Tampilkan postingan dengan label Kura-Kura Pejalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kura-Kura Pejalan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 Desember 2023

Thrifting Yang Gagal, Amira, dan Balada Leadership

 

8 Desember, pagi. Tepatnya hari Jumat dan aku telat bangun. Padahal sebelumnya aku telah berencana untuk ngethrift pagi ini dan bertanya kepada Zulaikha tentang tips trik ngethrift di Karang Sukun.

Dari ucapannya, aku ambil beberapa poin, satu:

“pertama kamu harus pake bahasa Sasak, umumnya harga disana tinggi-tinggi jadi kamu harus bisa nawar sampai harga serendah-rendahnya”

Well, ini menarik. Aku sudah siap tempur. Penggunaan bahasa Sasak kurasa digunakan agar aku bisa berbaur dengan masyarakat sini. Karena berhadapan dengan orang Sasak maka aku akan menggunakan adat istiadat Sasak. Artinya aku tidak boleng datang kesana terus menunduk seperti orang Jepang dan berkata “Ohayo Gozaimaaaasu!”

Soalnya, selain dikira kesurupan sama orang Jepang, cuma takut aja pedagang disana malah akan balas “Ikeh-ikeh!”

Terkait  poin kedua untuk menawar pada titik terendah, aku telah siap adu bacot. Aku siap banting-bantingan dengan mamang-mamang disana, adu boxing sekalian. Sebelumnya aku juga belajar teknik Ackerman, jadi aku akan bersiap-siap mengalahkan mereka dengan drama-drama yang akan buat pedagangnya kasih harga gratis! Slebew! 

Yap, kali ini aku adalah Levi Ackerman dan dia adalah Titan abnormal yang telanjang dan bego!

Pesan kedua Zulaikha berbunyi

“Jangan pake tas kuliah, gunakan pakaian yang biasa, compang camping kalau perlu. Jangan pake pakaian kuliah, jangan pake pakaian formal, pake baju mainmu!”

Okeh. Cocok! Sebelumnya aku juga pernah tanya kepada Kamin bagaimana untuk ngethrift di Karsuk, dan dia mengatakan kepadaku untuk menggunakan pakaian bola. Baik Zulaikha dan Karmin, memiliki satu kesamaan, gunakan pakaian yang biasa.

Ketika Karmin mengatakan trik tersebut waktu itu, aku hampir membawa kesebelasan main bola agar benar-benar kelihatan kek orang biasa, namun untungnya nggak jadi karena kesibukan masing-masing. Pesan Kamin waktu itu satu, pastikan kamu kesana tidak tahu tentang fashion.

Dan poin dari kedua Zulaikha ini, satu: terlihatlah biasa. Jangan terlalu formal, dan jangan norak. Misalnya kalian main kesana pake baju ala Hitler, tidak boleh, itu terlalu formal. Atau mungkin kalian kesana (agar terlihat nggak tahu fashion) malah menggunakan bawahan rok warna kuning, baju pink, terus di kepala ada celana dalam nyantol warna ungu. Nggak boleh. Itu terlalu norak dan dibuat-buat, dan bukannya ngethrift, lu bakal dikeroyok massa karena dikira jelmaan Mimi Peri.

Compang-camping kalau perlu seperti kata Zulaikha, artinya lu bener-bener kelihatan kek orang miskin. Bahkan kalau bisa, biar lebih realistis, lu harus datang nggak hanya pake pakaian kusam dan nggak mandi selama tujuh hari, tapi juga bawa sekarung beras dibelakang punggung sambil berjalan kek orang tua injak tahi sapi; terseok-seok.

Paslah malam itu bersiap-siap.

Dan paginya, aku kelolosan.

Dan begitulah, untuk ketiga kalinya dalam hidup, aku gagal ngethrift.

Zulaikha ketika di kelas nanya kepadaku “Gimana Zis? Jadi ngethrift?”

“Aku kelolosan” ucapku, watados.

***

Tapi kampretnya adalah, ada hal yang unik pagi itu, sebuah mimpi yang buat aku kelolosan dan nggak jadi ngethrift untuk pertama kalinya dalam hidup. Dan mimpi itu aneh betul.

Saat itu pertandingan bola, dan yang main bola adalah raksasa-raksasa, beberapa orang seperti Blackbeard, Whitebeard, Kaido dan Bigmom, juga ikut main bola. Enggak tahu kenapa dreamworldku tiba-tiba didatangi karakter-karakter kampret dari One Piece.

Main bolalah mereka, dan kala itu ada bangunan-bangunan, saat aku kesana aku malah ketemu Amira, si cewek kacamata. Dan disana juga ada Ibnu, aku nggak ingat beberapa part dan drama apa yang terjadi. Yang jelas, Ibnu mengangkat Amira dari belakang dan dada Amira kena kayu, ketika diturunkan, luka hitam jelas banget didadanya.

Amira langsung tereak nangis kejer kek kakinya kejepit pintu kulkas “HUAAAAAA…..BAPAAAAAAAAAAAAK!”

Ibnu kabur.

Tinggal aku, dan nggak tahu harus apa, akhirnya aku datang kedepannya dan peluk dia.

Yap, peluk dia.

Dia masih nangis emang, dan kala itu tiba-tiba saja ada seorang kakek tua. Aku meminta bantuannya untuk mengobati Amira dan akhirnya Amira diletakkan diatas dipan, karena dadanya terluka maka pakaiannya dilepas, dan aku cukup kaget…kok…nggak ada buah dadanya ya? Rata aja gitu kek balok.

Perlahan aku telusuri dari dadanya, ke pusar, ke baw….

AAAAAAAAAAAAH…..PENIIIIIS!

NJIR DIA PUNYA PENIIIIS!

Dia lanang cuy! Cowok! Cowok yang pake jilbaaaaab!

Dan setelah itu, kapanpun aku keinget Amira, ketemu Amira, aku jadi ilfil.

Masih nggak nyangka juga kalau dia punya penis yang unyu-unyu.

 

***

Leadership! Sebelum UAS kami dipertemukan lagi dengan perkuliahan Leadership. Hal yang menarik hari ini adalah bahwasanya dalam perkuliahan kami dituntun untuk membuat tim. Akhirnya aku dan Asrul maju, sebelumnya, aku pernah troll Mariya.

“Ayo! Siapa yang maju” perintah pak Adin

“Aziiis, ayo Aziiis!” ucap kawan-kawanku, kek manggil monyet.

“Indah aja! Kepala suku!” balasku, namun Indah tidak mau

Sebab aku duduk dibelakang dan ada Mariya di depanku. Ide jahat muncul di kepalaku.

“MARIYA AJA PAK!”

“AAAAAAAH! NGGAAAAAAAK!”

Teriaknya keras banget njir, seolah kalau kedepan dia akan jadi istrinya pak Adin secara langsung.

Tapi kalau dipikir-pikir, keren juga sih. Si Mariya teriak” AAAAA….NGGAAAK! tapi lumayan sih, punya sugar daddy! Ehe!” *sambil kedipin mata

Akhirnya semuanya pun menjadi random. Akulah yang maju, dan secepat kilat temen-temenku ambil timnya masing-masing kek main Mobile Legend. Aku telah bersekongkol dengan Ivan untuk satu tim, namun hancur karena imannya goyah akibat Mia dan Jer.

Akhirnya, aku sekali lagi team up sama dua ncup itu. Dan Ivan team up sama Mariya dan Zulaikha. Megan kusatukan dengan Ziya dan Indah, yang lain aku satukan dengan yang nggak Indah.

Hal yang kocak adalah Zar yang datang tepat waktu, ikut sama kita, dan malah kena usir karena kelas D disuruh masuk belakangan. Kocak betul. “Hey, aku gini-gini ketua Romusha di sekolahku!” ucapnya.

“Masyaallah, siapa tahu kamu adalah keturunan nabi! Pasti ada habib dibelakang namamu!” ucapku

“Hm, aku tahu! Kamu pasti keturunan nabi Ya’kub!” balas Ivan.

“Keturunan Fir’aun”

Begitulah hari berlalu. Satu hal yang menarik, Ivan secara sengaja berkata “Mariya, sebenarnya aku ada perasaan sama kamu”

Namun Mariya tidak menggubris, Zulaikha diam, mungkin merasa kalau Ivan becanda. Tapi sebagai sahabat, aku langsung berdiri.

“Ayo Mariya! Aku siap jadi penghulunya!”

 

***

Malam ini  aku berencana membeli kertas Vinyl, aku bahkan nyari di Google Maps dan dibawa ke jalan Aneka di Udayana. Seru malam-malam ketika nggak ada keperluan berjalan-jalan. Waktu itu juga aku sedang menyasar rektor untuk penurunan UKT.

Namun sayang, aku malah ke Airlangga, beli buku. Dua buku yang aku beli dengan harga murah: Espresso karya Bernard Batubara, dan Karung nyawa karya Haditha. Harganya 15.000 dan 10.000. Siapa yang nggak mau beli?

Esok kita akan camping, jadi aku perlu istirahat.

Share:

Rabu, 06 Desember 2023

Aku Usai Titi, AKU USAAAAAAAAI

 

Perlahan, semua terlihat memudar; Impian, harapan, cita-cita, asa, semuanya. Aku malah terlihat seperti sebuah kapal titanic besar nan angkuh, dan tepat didepanku ada sebuah bongkahan es raksasa yang menunggu. Aku menabraknya, patah jadi dua, hancur berkeping-keping. Aku jatuh dalam samudera yang gelap dan dingin bersama impian-impian yang aku miliki.

Tidak tahu juga mengapa aku mengawali tulisan ini dengan paragraf seperti itu, mungkin sebab proposal yang aku tulis belum ada satupun batang hidungnya, mungkin karena kawan-kawanku telah berlari jauh sementara aku tertinggal dibelakang, mungkin karena aku berjalan terlalu pelan, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Namun aku berusaha, tentu, aku berusaha. Aku berusaha tetap bernapas diantara gempuran segalanya, tentang kehidupanku yang monokrom dan ampas, tentang perasaan yang membatu dan tidak bisa aku miliki. Dalam urusan ini kawanku berkata untuk menunggu, namun aku telah menunggu terlalu lama, setiap detik, jam, bulan, dan tahun. Aku bahkan tidak lagi menghtung telah berapa banyak purnama. Aku terjatuh, rebah, terluka menatap bintang. Aku terbakar pada rumput ilalang, aku usai, aku ingin segalanya usai, aku berakhir, tertikam, digenjet oleh batu-batu. Aku pengen teriak, baiklah aku akan teriak: AAAAAAAAAAAAAH!

Tapi kampretnya perasaan ini tidak bisa keluar, ia mendekam terlalu dalam, sangat dalam sampai aku bahkan bingung harus apa. Aku, aku mungkin butuh pertolongan, seseorang, seseorang, tapi dalam kehidupan kita yang sibuk, saat manusia-manusia lainnya juga sibuk dengan urusan mereka masing-masing, apakah meminta pertolongan adalah hal yang tepat? Aku berusaha, namun semuanya nampak meninggalkan aku terbakar diatas rumput ilalang. Seseorang, seseorang, seseorang mungkin semestinya membunuhku, agar aku tidak lagi menghirup napas-napas harapan dan asa. Agar aku mati semati-matinya.

Dalam keniscayaan dan keputusasaan ini aku menulis. Dalam diamku, dalam senyumku yang bahkan tidak aku tahu palsu tidaknya. Aku tertikam. Atau mungkin aku perlu menaburkan bensin disekujur tubuhku agar sekali lagi aku usai diatas rumput ilalang ini.

Orang-orang telah seperti kereta api yang berjalan jauh dengan suara bising-bising mereka, dan aku masih berdiam diri, menatap mereka menjauh. Aku melihat mereka seperti perahu mungil dengan layar-layar terkembang bahagia, melintasi laut dan samudera, singgah pada benua satu ke benua lainnya. Sementara aku disini, menjadi kapal Titanic yang karam ditengah jalan. Patah jadi dua, masuk kedalam samudera.

Dalam diamku, aku hanya berpikir bagaimana semua bergerak begitu cepat, meninggalkan kita di masa lalu. Kita semua melumut menunggu masa-masa itu, sesuatu yang kita kejar tapi menjauh. sesuatu yang pada akhirnya usang, dan noda-noda hitam pada baju, debu-debu yang ada pada wajah. Semuanya…semuanya…mengapa begitu jauh?

Tapi mungkin benar. Beberapa orang di dunia ini diciptakan untuk sendirian dan bergulat dengan rasa sepi. Beberapa manusia di dunia ini akan selamanya berada pada lingkarannya sendiri dan tidak dapat keluar dari lingkaran itu. Selamanya mereka akan disana, berdiri sampai akhir waktu, kemudian perlahan usang dan mati. Perlahan, terbunuh. Beberapa orang itu akan tetap ada disana, dalam kesendirian dan kesunyian, dalam kesepian yang akan selamanya merangkak. Mereka akan hidup dalam dunia yang monokrom, tempat dimana semuanya abu-abu, tanpa warna. Mereka akan habis masa, terbunuh sebab tertikam, atau mungkin yang paling menyedihkan, terbunuh sampai habis usia.

Mereka tidak memiliki kawan, tidak memiliki lawan, hanya ada dirinya dan waktu.

Dan sayangnya, orang itu jugalah aku.

Maka ajarkanlah aku tentang warna-warna, tentang keramaian, tentang segala yang membuat apiku menyala kembali. Dan padang ilalang terbakar yang kita lewati, menyisakan abu untuk bunga-bunga baru bertumbuh. Tempat kita tertawa dan menari, tempat hanya aku dan kamu.

Disini.

Share:

Cowok dan Sosial Media Jam 12 Malam

 

Aku terbangun pada shubuh-shubuh betul, dan hujan lagi garang-garangnya diluar. Guntur menggaung kayak kambing kayang di kaki langit, kilat-kilat menyambar kayak fotografer, hujan menyerang kayak taju kage bunshin Naruto, kuyang lewat, sapi goyang dumang, ceilah!

Intinya shubuh itu dingin banget dan si ketum Danil lagi tepar setelah semalaman belajar tentang proposal untuk Metode Penelitian. Karena ngulang kelas, akhirnya dia berhadapan dengan si metopen, bigbossnya semester 5. Sampai saking bigbossnya, dulu teman kelasku sampai nangis saat naik semester, mereka peluk-pelukan, jatuh, terus guling-guling di tangga PGMI. Gila betul!

Tetapi balik lagi ke hujan tadi, aku kemudian tertantang dan perlahan membuka baju sehingga otot-ototku yang kekar menunjukkan diri (branding dikit biar keren, hehe), dengan sarung yang masih menempel, aku mendorong gerbang agar terbuka, menatap langit yang hitam legam dengan hujan deras yang seperti cinta kamu ke dia.

Aku kemudian berjalan dibawah hujan, melawan rintikan air itu, menantangnya. Andai mereka seukuran sapi dan bisa hidup, aku dan dia pasti sudah gelud. Begitulah pagi dimulai dengan segala kekampretannya.

Tapi emang dingin banget. Aku maksa tetap dibawah hujan dan berada pada pancuran yang airnya jatuh dari atap. Aku mengoles tubuhku dengan sabun sembari tetap didalam pancuran. Rasanya, beuh, dingin tapi asoy.

Hal yang membagongkan adalah sebab sedari malam aku mencoba tidur tapi tetap tidak bisa tidur. Nggak tahu kenapa. Akhirnya sepanjang malam aku scroll Tiktok, buka Facebook untuk cari meme, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dan nggak tahu kenapa, percaya atau tidaknya beberapa media sosial akan menunjukkan watak aslinya kalau malam. Coba deh jangan tidur semalaman dan jangan kedip sama bernapas, besoknya pasti kamu tewas. Itu pernah dicoba sama almarhum kawanku.

Maksudku begini, entah kenapa media sosial kalau malam itu menjadi aneh dan abstrak. Tiktok kalau siang hari isinya edukatif semua, tentang kekayaan, kesuksesan, rekomendasi buku dan film, cara menjadi guru, cara dapat pekerjaan, cara magang di lampu merah, cara manggil Baphomet, cara kudeta presiden, dan hal-hal edukatif lainnya.

Sementara kalau malam kampret banget! Iyo, yang muncul adalah kebalikannya. Dari perempuan joget sampai laki-laki joget, dari bapak DPR yang joget sampai presiden joget. Emang aneh, kok bisa malam-malam joget struktural itu bisa muncul. Dan nggak tahu kenapa, media sosial kalau malam-malam itu pasti memunculkan cewek cantik, cakep, dan bohay.

Disitu aku menyadari bahwa media sosial sudah diibaratkan pasar, cuma kalau malam, jadi pasar malam, dan kalau hari senen, jadi pasar senen. Hehe. Dan masalahnya adalah, kita sebagai konsumennya akan susah lepas dari perangkap-perangkap genjutsu itu.

Bayangkan aja kalau lu adalah cowok yang berantem sama ceweknya tiap hari, sehabis maghrib lu kalah main togel, lose-streak di ML, terus buka Tiktok jam 1 malam dan cewek-cewek brutal itu muncul sambil goyangin pantat kek bebek. Halusinasi cowok pasti keganggu, dan harapan mereka untuk menang pasti berubah menjadi pertanyan; kok gue gagal ya.

Setelah ini mereka pasti akan—setidaknya—bakar rokok, kaki naik sebelah, hirup rokok terus buang ke langit, terus goyang pargoy.

Media sosial itu sok tahu keinginan manusia, tapi mereka nggak bener-bener tahu. Hanya diri kita yang tahu tentang diri kita sendiri, emang bener sih media sosial kadang menawarkan solusi, tapi kampret tahinya itu cuma teori, sementara aksi hanya bisa dilakukan oleh diri kita sendiri.

Jadi kalau lu cowok, terus malam-malam stress, gabut, depresi sambil buka media sosial. Insyaf bro.

Dan balik lagi ke peristiwa hujan, aku pada akhirnya balik setelah entah berapa lama kehujanan. Dengan fisik yang tidak stabil akibat begadang, kemudian shubuhnya mandi hujan, kalian pasti tahu apa yang akan terjadi.

Yak betul, besoknya aku kena flu.

Tapi alhamdullilah sih, daripada kamu kena bisul, yahahahhaha.

Share:

Cara Jatuh Cinta Kepada Seseorang, Catatan Orang Mati Rasa

 

Belakangan ini aku kembali tanyakan kepada teman-temanku pertanyaan terkait hal-hal yang afektif. Pertanyaan yang gabut memang, dan nampak tidak ada gunanya. Namun bagiku, it’s a bit of everything. Itu bermakna.

Cita-citaku mau menjadi penulis. Kalau mau lebih detail, impianku adalah ingin membuat sebuah buku atau tulisan yang akan mengobati orang lain, tulisan yang akan lebih bermakna dan berguna daripada antidepresan manapun di muka bumi. Tulisanku suatu saat nanti akan membuat orang berhenti untuk bunuh diri, karena ketika nanti mereka membacanya, mereka akan berhenti sejenak dan bilang….oh iya iya. Dan damn! Itu sulit kecapai.

Anjirnya adalah, aku orang yang nggak perasa, aku nggak peka, aku nggak tahu kalau cewek kalau bilang ‘iya’ itu akan sangat berbeda dengan bilang ‘iyaaaaa’. Aku nggak tahu kalau cewek yang bilang ‘terserah’ artinya adalah seorang cowok harus menerka dengan membaca seluruh kitab suci serta alam semesta beserta isinya dan harus paham akan tafsirannya. Ketika cewek bilang ‘aku mau sendiri’ artinya mereka nggak mau sendiri, dan ketika mereka bilang ‘aku mau sendiri’ artinya mereka memang mau sendiri. Ketika mereka cuek maka cowok harus, peka, harus lebarin mata, lebarin telinga, dan harus buka indra keenam. Intinya kalau berhadapan dengan cewek, maka pastikan lu adalah makhluk paling bersalah di muka bumi, lu adalah tahi gigi dan dia adalah emas murni, dan pastikan kalau lu berhadapan dengen cewek, lu harus ngerti kalau mereka baku seperti Undang-Undang dan lu harus lembek kayak kutang-kutang. Nah! Lho!

Kan asu!

Problem pertamaku adalah itu, satu, aku nggak peka. Akhirnya selama bertahun-tahun aku hidup tanpa ada rasa, nggak tahu cewek mana yang benci dan suka, nggak tahu mereka maunya apa kalau lagi mangap-mangap kayak ikan mujair, dan nggak tahu juga mereka lagi ngapain kalau tiba-tiba ngereog kayak orang Bali sambil ngendus-ngendus kek babi. Tapi kalau kasus terakhir ini, mereka keknya kesurupan deh.

Nggak ada perasaan membuat aku akhirnya hidup ya hidup, mati ya mati, dan hal tersebut yang terjadi selama bertahun-tahun membawa aku pada satu kenyataan, aku sedang dalam fase ‘numb’, mati rasa.

Gila ga tuh? Aku yang mau nulis tentang perasaan manusia malah nggak punya rasa, hidupku kayak…kok gini gini aja, nggak ada warna, nggak ada api, nggak ada perempuan atau banci. Yang jelas pada akhirnya, aku berambisi untuk punya cewek. Yap, betul sekali, aku berambisi untuk jatuh cinta kembali.

Catat, jatuh cinta kembali.

Jatuh cinta.

Itu intinya.

Namun kemudian aku paham bahwasanya ini cukup berat. Kukira manusia telah berevolusi dalam urusan cinta dan afeksi yang ditandai bahwasanya manusia-manusia banyak yang tidak menikahi manusia yang sesama jenis, mereka menikahi besi, boneka, bahkan tembok Berlin (Mereka malam pertamanya ngapain njir!) Apalagi yang tembok berlin, mending-mending punya anak, kejedot iya.

Jadi tentu saja, scope jatuh cintaku adalah seorang perempuan yang benar-perempuan, mereka berasal dari makhluk makhluk betina yang spesies manusia, normal, pake kacamata kalau perlu, dan kalau bisa rajin baca buku. Oh, oh! Satu, mereka tidak hobi bertingkah aneh seperti tiba-tiba jalan pake empat kaki dan kemudian ngompol di tiang lampu merah. Nggak, itu nggak boleh. Dan yang jelas, ia murni perempuan, bukan laki-laki menyerupai perempuan, dan bukan siluman.

Keinginan aku untuk suka sama orang sebenarnya berkali-kali muncul, tapi objek yang aku sukai nggak tahu kenapa lenyap nggak berbekas. Mereka diibaratkan dinosaurus kepentok meteor yang udah punah, dan anehnya dalam beberapa aspek cewek-cewek tipikal kek gitu; berkacamata dan baca buku, aku temukan, tapi kok aku nggak suka ya?

Jangan-jangan aku gay?

Jangan-jangan jodohku belum muncul ya? Atau mungkin temen-temenku benar, bahwasanya cinta emang nggak bisa dipaksakan.

Kalau itu kenyataannya, aku harus nunggu seberapa lama lagi coba?

Capek lho nunggu kepastian itu.

Dan akhirnya, aku coba suka sama orang. Tapi masalahnya kemudian satu; bagaimana cara kita suka sama orang? Ini penting, soalnya nggak ada mata pelajaran itu di sekolah.

Akhirnya aku kemudian membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai rumusan masalah. Yap betul, nggak tahu kenapa ini kek ngerjain skripsi.

Judul Skripsi: Strategi Mahasiswa-Mahasiswi PGMI Dalam Menemukan Cinta Asoy Mereka Masing-Masing

Latar Belakang: Saya mau suka sama orang

Rumusan Masalah: Bagaimana cara suka sama orang? Mengapa kita bisa suka sama orang?

Manfaat Penelitian: Teoritis, catatan ini bisa menjadi acuan untuk mereka yang goblok dalam soal percintaan seperti saya. Manfaat praktis, saya bisa suka sama orang, dapat jodoh kalau bisa.

Metode dan Pendekatan Penelitian: Deskriptif Kualitatif

Trianggulasi Data : Sumber, Teknik, dan Waktu

Kesimpulan: Kan masih proposal anjir!

Dan begitulah.

Mungkin pertanyaan-pertanyaan itu akan aku tulis lain waktu, mau sholat dulu soalnya, hehe.

Share:

Sabtu, 02 Juli 2022

Rasa Diantara Titik Nadir : Aku Memimpikanmu Dengannya, Tapi Aku Bisa Apa?

Ada beberapa hal yang mengganjal jantungku belakangan ini, dan semakin aku merenung, aku semakin aku takut hal itu terjadi. Namun pada akhirnya, aku hanya menarik napas, membuangnya jauh-jauh seperti seorang nelayan melempar jala.

Tapi sebelum aku memulai kesahku. Aku Cuma ingin mengatakan.

Aku sayang padamu.

Dan semoga Tuhan memberikan yang terbaik untukmu.

Juga untukku.


Diantara Titik Nadir; Apakah Semua Mimpi Memiliki Arti?

Beberapa purnama yang lalu aku bermimpi, dan kendati ini bukan pertama kalinya aku memimpikanmu, namun mimpi inilah yang belakangan ini menghantuiku dan menggigit jantungku berkali-kali, membuat dadaku sesak, membuat diriku kesulitan bernapas.

Mimpi itu sebenarnya sederhana, aku sedang menggunakan motor dan tanpa sengaja melihatmu dirumah (Yang entah mengapa berada di Cerok) bersama dengan seorang lelaki lain. Aku memberhentikan motor, mencuri dengar hal yang terjadi, dan satu-satunya hal yang bisa aku dengar adalah sebuah kalimat.

“Jangan khawatir, kalau urusan air, biar aku yang urus”

Deg.

Its hard.

Perasaanku meluap dan aku segera melajukan motor dengan secepat-cepatnya, meninggalkan tempat itu sampai aku tidak tahu aku telah berada di daerah yang mana. Yang aku rasakan hanyalah sakit hati, seperti aku menelan sebuah jarum kecil namun jarum itu menembus usus menuju hati.

Mereka akan…menikah?

Pikirku. Namun semua kekesalan itu aku lemparkan pada gas motor, melaju lebih cepat, lebih ganas dan lebih brutal. Sampai aku tersesat dan tidak tahu harus kemana lagi.

Bingung. Hal yang bisa aku lakukan adalah kembali, namun ketika aku kembali. Motorku malah tembus tebing rendah dan masuk kerumahnya. Motorku berhenti diantara pertengahan pintu ruang tamu ke teras, dan aku kikuk.

“Azis? Kamu kok bisa ada disini?” ia melihat aku yang kikuk dan tidak tahu harus berkata apa. Dan suaranya disertai tawa yang renyah segera memenuhi isi kepala dan jantungku.

“Eh” kataku takut dan mencari alasan “Aku mau balik, tadi nyasar. Nggak tahunya aku udah sampai sini. Btw aku mau pergi dulu yaa, aku mau sholat Jumat”

Aku tidak sempat melihat lelakinya, akan tetapi dalam sisa ingatanku ia menggunakan topi dan rambutnya agak panjang, sedikit keriting.

Disana juga aku menemukan ayahnya, dan entah mengapa seperti dirinya sedang disimak Al-Quran oleh ayahnya. 

Tidak mau berada pada situasi canggung itu terus menerus, akhirnya aku pergi. Aku mengebut di jalan raya, meninggalkan enigma yang masih tidak kuketahui.

Aku tidak akan menceritakan mimpiku berikutnya sebab mimpinya menjadi cringe. Saat jumatan aku malah jumatan di jalan sama anak-anak pondok. Dan anehnya setelah jumatan, mereka balik pondok sambil yel-yel.

Kurang cringe apalagi tuh?


Masa Depan: Mimpi dan Bekas Masa Lalu

Ia mengatakan bahwa dirinya tidak menahu apapun. Bahkan dirinya tertawa. Ia mengatakan kepadaku bahwasanya memang banyak orang mengatakan dan menganggap dirinya telah menikah. Namun ia tidak terlalu peduli.

Kami berdua tetap chatan kalau ada wakti sampai aku merasa bahwa dirinya punya pacar. Dan ketika dirinya punya pacar, aku bingung. Aku bingung harus apa dan bagaimana. Apalagi setelah kejadian hujan bulan Juni, ia menjauh, tidak pernah membalas chatanku.

Namun semakin ke masa depan, kendati perasaanku pada akhirnya mengawang dan tidak jelas kemana. Aku semakin merasa kosong. Silau dunia yang indah dan penuh gemerlap tidak membuatku jatuh cinta, tapi membuatku mati rasa. 

Dan pada suatu momentum, sebuah kenyataan menamparku keras. Dia memang pacaran, namun ketika dia menge-post siapa orangnya, aku hanya diam saja. 

Ngilu? Tentu saja ngilu. Padahal aku percaya bahwa jantung ini tidak berdetak kepada siapapun. Ia mengunci diri, tidak mau terlalu jatuh dalam hal yang tidak terlalu penting. Dan cinta menurutku hal yang tidak penting.

Akan tetapi apa yang kemudian membuatku gentar? Entah mengapa belakangan ini ingatan akan mimpi itu keluar. Dan yang membuatku panik adalah lelaki yang dipacarinya. 

Dia...dia begitu mirip dengan lelaki di mimpi itu. Kendati aku tidak mengingat wajahnya, namun entah mengapa aku merasa bahwa itu memang dirinya.

Dan mengetahui hal ini, hatiku mencelos. Ia bagai jatuh ke lantai dan kemudian hancur berkeping-keping. Dan semua kenangan akan masa depan semakin pupus. Hatiku kosong, dan semua tubuhku dipenuhi bara yang menyiksa.

Namun pada akhirnya aku bisa apa? Doaku kepadanya yang selalu kuucapkan adalah ‘Berikanlah dirinya yang terbaik’, dan jikalau memang lelaki itu adalah yang terbaik, bukankah seharusnya aku bangga? Bukankah seharusnya aku senang?

Jikalau dia memang yang terbaik, bukankah semestinya aku tidak sakit hati?

Tapi apakah aku juga salah? Jika aku mencoba menjadi yang terbaik untuknya. Berharap bahwa dirikulah yang membuatnya tersenyum, bahwa akulah yang membuatnya bangga.

Tapi bukankah dalam cinta keegoisan memang mesti ada?

Dan jikalau hal itu mesti ada, bisakah aku disalahkan?


Masa Sekarang; Interpretasi Mimpi 

Sebenarnya banyak hal yang bisa aku perkirakan dari mimpi itu, dari hal yang paling baik, sampai hal yang paling buruk. Dan jika ini adalah game, mungkin ini bisa disebut good ending dan bad ending. Semua ending yang akan kutemui, tergantung keputusanku di masa ini.

Mengapa? Karena aku yang ada di mimpi itu, yang kikuk dan dilihat olehnya. Merupakan penentu akan menjadi apa masa depan nanti, dan sekali lagi, semua itu ditentukan olehku.

Jadi ada beberapa kemungkinan mengenai mimpi tersebut, diantaranya:

1. Mimpi Itu Adalah Bunga Tidur

Ini merupakan kemungkinan netral, yang artinya mimpi itu tidak memiliki implikasi apapun terhadap masa ini atau masa nanti. Itu hanyalah…bunga tidur

2. Mimpi itu adalah ketakutan alam bawah sadar yang kumiliki

Aku tidak tahu ketakutan alam bawah sadarku apa, apakah ketakutan itu merupakan aku tidak ingin ia dimiliki oleh siapapun selain aku? Aku tidak tahu. Lagipula aku tidak pernah memikirkannya. 

3. Mimpi itu adalah perasaan terpendam dan muncul untuk memperingatkanku kembali

Seperti mimpi kedua, namun kali ini lebih kepada perasaan yang timbul dan kadang tenggelam itu merupakan pertanda. Dan timeline-ku ingin memperingatkanku kembali.

4. Mimpi itu adalah pertanda dari Tuhan agar aku menerima kenyatannya

Mungkin ini yang terburuk, dimana dia memang bukan takdirku dan selama ini aku hanya membuang-buang waktu. Namun Tuhan Maha Baik, dia memperingatkan aku untuk bersiap diri bila aku kehilangan dirinya untuk selamanya. Tuhan mungkin tahu kalau aku menyayanginya, namun rasa sayang yang kumiliki bisa membuat diriku benar-benar patah sampai kejadian terburuk bisa terjadi kapanpun.


Pada akhirnya…

Pada akhirnya…ini semua hanyalah mimpi. Sebagai manusia aku bebas untuk bertindak. Aku memiliki mimpi yang harus aku penuhi, suatu hal yang harus aku kejar.

Dan lagipula, aku hanyalah manusia biasa yang selalu mendoakannya yang terbaik. Diriku yang berdoa semacam itu sebenarnya adalah hal yang subjektif, membiarkan Tuhan menilai mana yang terbaik, dan tentu saja, Allah akan memberikan yang terbaik bagi hambanya. Pasti.

Semenjak aku semakin dewasa, aku sudah tidak lagi berdoa untuk memilikinya. Namun fokus untuk mendoakannya agar diberikan yang terbaik. Namun kembali lagi, konsensi sebuah doa adalah bahwasanya kita harus beriman kepada doa itu. 

Dan jika pada akhirnya, aku bukanlah yang terbaik?

Ya…begitulah. Kau tahu kan?

Sebagai hamba, aku hanya harus beriman. Percaya itu adalah yang terbaik untuknya. Dan jikalau pada akhirnya itu membuat aku patah dan hancur, membuat tubuhku babak belur. Aku hanya bisa berdoa. Dan ini mungkin akan menjadi doa terakhirku;

Allah, thanks for everything you gived.

I love her so much

Can you make a palace in the heaven, please?

She would be a queen

The most beautifull queen in the heaven

God, you know that I love her so much

I love her, coz I see You in her

So whenever I love her…

I fall in love with You again…

So I am so sorry if I so egoist

Coz I dont wanna You taked by someone

I love you my God

And I love her too

And whenever and wherever I fall in love to you

It guide me to love her again

And whenever I fall in love with her

It make me fall in love with You again

Share:

Jumat, 01 Juli 2022

MY DREAM! YEAAH!

Aku menulis ini ketika liburan, jadi ini bisa disebut sebagai suatu hal yang menggabut. Akan tetapi, tidak ada yang akan pernah tahu rasa sakit hati itu akan menyerang kapan, jadi setidaknya aku akan membuat mimpiku sendiri, hal yang akan kubangun satu demi satu, bata demi bata, batu demi batu.

Pada suatu masa aku percaya, semua mimpi ini akan menjadi nyata, asalkan aku berani melangkah. Menkonversikan semua rasa sakit yang kumiliki menjadi suatu hal yang indah.

Setidaknya, aku percaya.

Banyak orang mengatakan bahwa sebaiknya mimpi tidak diceritakan, dan kendati itu benar. Aku akan memberontak. Ada beberapa orang dalam hidupku yang tahu akan mimpiku, namun tentu mimpi perlu revisi.

Dan well, inilah mimpi-mimpi yang akan aku bangun sendiri. Adapun nanti kalian bisa lihat progress impianku melalui tagar berani bermimpi. Mungkin aku akan menjadikannya video dan meletakannya di Youtube dan Tiktok, but who knows?

Seingatku dalam bermimpi, ada konsep SMART yang harus digunakan. SMART sendiri adalah: 

Specific         : Yang artinya bahwa mimpi itu harus spesifik, harus jelas, dan benar.

Measurable      : Dapat diukur,

Achievable : Dapat diraih

Reasonable : Masuk akal

Timely : Jangka waktu


So here are my dreams!

1. Merubah PGMI

2. Menulis 50 artikel untuk PGMI

3. Menulis 5 buku sebelum tamat PGMI

4. Menciptakan lima lagu dan menyanyikannya

5. Bisa bermain gitar (tentu untuk menyanyikan lagu sendiri)

6. Bisa masak sendiri

7. Bisa manjat pohon dan tentunya berani turun (Soalnya aku takut ketinggian)

8. Subcriber menyentuh 1 juta subs

9. Akun TikTok mendapat 1 juta followers

10. Memiliki akun Instagram 1 juta

11. Keluar Lombok sendiri

12. Ikut Stand Up Komedi 

13. Keluar negeri sendiri 

14. Keluar negeri bareng pasangan (Kalau Allah ngasih jodoh!)

15. Menjadi SEO Specialist

16. Membuat Tiga Film Yang Bermakna

17. Menjadi Salah satu public speaker terbaik di dunia

18. Berani Ngomong Sama Orang Asing

19. Bisa Sulap (Biar bisa senangin anak anak kalau nangis)

20. Membaca 100 buku dan menulis review tentangnya

21. Menghasilkan 100 juta pertama sebelum berumur 25

22. Menulis Buku Kura-Kura Pejalan

23. Ahli dalam Copywriting dan Hypnowriting

24. Membuat Kura-Kura Pejalan menjadi sebuah platform berbagi kasih

25. Memiliki toko dimana-mana

26. Membuat 100 video tentang destinasi wisata di Indonesia

27. Membangun Mall Santri

28. Memiliki 100 karyawan

29. Opini Terbit di Koran

30. Jurnal terbit di SINTA



Penjelasan:

1. Merubah PGMI

Maksudku merubah disini adalah bahwasanya ada hal yang berbeda dari PGMI. Menurutku PGMI yang sekarnag terlalu monoton. Mahasiswanya hanya bersaing pada IPK belaka. Aku berharap bisa merubah sedikit kondisi sosialnya disana, atau meninggalkan sejarah yang baik. Jangka waktu sampai tamat.

2. Menulis 50 artikel untuk PGMI

Yaps, aku memang berniat menulis 50 artikel untuk PGMI, aku memang telah menyediakan template namun belum ada artikel satupun. Jadi dengan menulis di PGMI ada hal yang bisa berubah. Terlebih dalam soal kognitif. Jangka waktu: 1 tahun cukuplah. Tepatnya 2023.

3. Menulis 5 buku sebelum tamat PGMI

Aku berharap bisa secepatnya menulis buku, buku yang sedang kutulis ini agak terhambat karena aku patah hati. Jangka waktu, sampai tamat PGMI.

4. Menciptakan lima lagu dan menyanyikannya

Aku suka menaruh perasaanku pada puisi dan lagu yang aku tulis. Dan mungkin aku akan menyanyikannya di Youtube atau di platform mana. Kalau bisa aku tentu akan bekerjasama dengan band yang bisa bermain drum atau komposer lagu. 

5. Bisa bermain gitar (tentu untuk menyanyikan lagu sendiri)

Aku pengen bermain gitar, apalagi ada seseorang istimewa yang mengatakan kepadaku ‘if I can, I will force you to play guitar’ so I will play it.

6. Bisa masak sendiri

Aku pernah keracunan saat aku masak sendiri, untuk saat ini aku hanya bisa masak mie. Jadi untuk menghindari tidak ada orang yang meninggal karena masakanku, aku ingin bisa memasak.

7. Bisa manjat pohon dan tentunya berani turun (Soalnya aku takut ketinggian)

Ketinggian adalah salah satu hal yang aku takuti, tapi aku nggak akan takut lagi

8. Subcriber menyentuh 1 juta subs

Wuuh, berat sih ini. Tapi aku percaya aku bisa

9. Akun TikTok mendapat 1 juta followers

Kalau TikTok mungkin lebih cepat, soalnya raja platform sekarang

10. Memiliki pengikut akun Instagram 100.000 pengikut

Kenapa nggak satu juta? Soalnya aku jarang di Instagram

11. Keluar Lombok sendiri

Yah, aku nggak mau dianggap anak terakhir dan terlalu dielu-elukan

12. Ikut Stand Up Komedi 

Yaps, aku akan mencobanya!

13. Keluar negeri sendiri 

Hooh! Ini pasti menyenangkan!

14. Keluar negeri bareng pasangan (Kalau Allah ngasih jodoh!)

No Comment

15. Menjadi SEO Specialist

Aku belum tahu asesmen SEO Specialist apa, tapi aku akan keep try

16. Membuat Tiga Film Yang Bermakna

Film! Aku suka membuat film!

17. Menjadi Salah satu public speaker terbaik di dunia

Kendati ambievert, aku suka ngomong (Maaf sisi introver ku!)

18. Berani Ngomong Sama Orang Asing

Yaps! Aku akan ngomong dengan mereka! Nanti aku videokan!

19. Bisa Sulap (Biar bisa senangin anak anak kalau nangis)

Wuuuh, ini pasti menyenangkan

20. Membaca 100 buku dan menulis review tentangnya


21. Menghasilkan 100 juta pertama sebelum berumur 25


22. Menulis Buku Kura-Kura Pejalan


23. Ahli dalam Copywriting dan Hypnowriting


24. Membuat Kura-Kura Pejalan menjadi sebuah platform berbagi kasih


25. Memiliki toko dimana-mana


26. Membuat 100 video tentang destinasi wisata di Indonesia


27. Membangun Mall Santri


28. Memiliki 100 karyawan


29. Membuat Toko Love and Gift


30. 

Share:

Minggu, 19 Juni 2022

Mati Rasa


Mati rasa.

Kayaknya hal itu adalah hal yang aku alami saat ini, dan kampretnya, aku nggak tahu harus apa.

Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan adalah memutar lagu Avenged Sevenfold-Hail To The King agar aku bisa mencari tetesan adrenalin dalam jiwaku. aku menyukai tantangan yang disukai oleh jiwaku, aku tertarik untuk membunuh rasa takut, aku tertarik untuk melawan hidup yang semakin tak menentu.

Aku tidak suka dibelenggu, aku ingin hidup!

Sembari aku menulis tulisan ini, Hail To The King telah habis, berganti menjadi lagu So Far Away. Aku membukanya di Youtube dan ada dirumah Baye dengan fasilitas WiFi gratis. Jadi mumpung Wifi ini gratis, kuharap perasaan itu dapat kutemukan kembali.

Menurutku mati rasa terjadi karena beberapa hal, misalnya kau terlalu menahan sesuatu dalam jangka waktu yang lama, dan ketika perasaan yang kau pendam itu mencuat, tubuh dan jiwa kamu yang rapuh tidak bisa menampungnya. Dan hasilnya? End.

Namun bagaimanapun, ini hanyalah sekedar hidup. Kita tidak akan pernah tahu kedepannya akan seperti apa. Siapa juga yang tahu? Charless Benington melakukan bunuh diri walau terlihat baik-baik saja, dan kurasa pada momen itu, vokalis Linkin Park itu memang sedang mati rasa. Dan keputusan terakhirnya membuat tubuh rapuh yang menampung rasa itu pada akhirnya ikut mati.

Mati rasa bisa terjadi kapanpun dimanapun. Berbeda dengan stress, frustasi, dan depresi yang membuat kita merasa sangat tertekan akan sesuatu. Mati rasa adalah keadaan dimana kita tidak tahu mau apa, tidak tahu harus apa, dan tidak tahu harus melakukan apa.

Counter terbaik mati rasa menurutku adalah kembali jatuh cinta. Sebab dengan cinta segala hal yang kita lakukan akan terasa menyenangkan. Bahkan dengan cinta, percakapan ambigu, tolol, dan kampret kadang menjadi lucu dan bermakna.

Namun cinta adalah hal abstrak yang sulit untuk ditebak, ia kadang datang dan pergi, dan kendati banyak orang mengatakan bahwa cinta itu abadi. Pada akhirnya aku meragukannya. Cinta pada ujungnya menjadi suatu hal asing yang tidak aku ketahui, dan sebaiknya umat manusia memaknai cinta dengan cara yang berbeda-beda. Sebab semakin kita mendeskripsikannya, maknanya akan semakin menghilang.

Lalu bagaimana cara jatuh cinta?

Aku tidak tahu, tapi jika kamu mati rasa dan merasakan hal yang sama sepertiku. Hanya satu pintaku, yang kuat yaa. Ini Cuma salah satu fase dalam hidup yang harus kita lewati, seperti ulat yang merasakan dirinya mati dalam kepompong. Kita hanya sedang menunggu untuk ‘terlahir kembali’. Dalam wujud yang sama, namun dengan sudut pandang yang berbeda.

Lagipula, beberapa hal memang akan terlihat berbeda setelah kita melewatinya.

Tips dariku; lakukanlah apa yang bisa kau lakukan. Aku tahu mati rasa adalah kondisi dimana kita merasa ‘mati’. Tapi masa bodohlah! Lakukan hal-hal yang baru walau kau tidak tahu itu apa. Lemparlah seekor anjing agar dikejar atau apalah hal-hal seru seperti itu! Berikan senyuman kamu pada dunia dan orang lain, berikan orang lain hal yang masih kamu miliki, entah itu uang atau sisa-sisa kebahagiaan yang bisa kamu bagikan. Dengarkanlah musik yang kau suka, bernyanyilah walau itu akan membuatmu dikejar-kejar tetangga!

Tapi tentu saja, no narkoba! No mabuk-mabukan! Itu hanya akan membuat kamu memiliki perasaan semu yang malah menjerumuskan kamu ke jurang kehinaan.

Tetaplah lakuin hal itu sampai kau memiliki alasan untuk mencintai sesuatu atau mencintai diri kamu sendiri. karena terkadang, umat manusia merasakan mati rasa ketika mereka lupa cara untuk jatuh cinta.

Jadi satu pintaku, tetaplah hidup!


Btw, Saat tulisan ini berakhir, lagu A Little Peace of Heaven juga berakhir.

Share:

Pulang

 

Aku pikir, setiap orang memiliki tempat pulang. Namun kata pulang hanya pantas untuk orang yang memiliki rumah. Dan rumah tidak mesti bangunan dari semen dan bata, kadang berbentuk orang, benda, entitas, atau tempat tertentu yang bisa membuat kita nyaman.

Kata pulang dan rumah pada akhirnya tidak diinterprestasikan sebagai suatu hal yang bermakna satu, melainkan suatu hal yang bermakna lebih. Dan sebab alam semesta dan segala yang ada didalamnya merupakan rumah yang diciptakan Tuhan, kita diberikan keleluasaan untuk ‘pulang’.

Tapi kemana?

Pertanyaan inilah yang pada akhirnya membelenggu, ketika kita semua semakin kehilangan kepercayaan pada apapun dan siapapun, umat manusia menjadi gelandangan yang tidak tahu arah untuk pulang, kita berjejeran di jalanan dan saling menginjak sambil berharap keajaiban yang kita sebut sebagai rumah bisa kita temukan.

Namun kapan selalu mengenai waktu, dan waktu yang kita maksud tidak pernah benar-benar jelas kapan tepatnya. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan adalah menunggu, dan sembari menunggu, kuharap aku memiliki tempat untuk berbagi kisahku.

Aku sering mendengar kalimat ini ‘kembalilah ke Tuhan’ dan aku setuju. Sebagai suatu entitas yang aku percayai adanya, Tuhan selalu menjadi tempat untuk pulang, untuk bercerita, untuk melepas penat yang membara.

Akan tetapi berat ya? Sebab iman kita tidak sekuat nabi, dan pengetahuan kita tidak seperti pengetahuan Khidir. Kita mengambil kesimpulan takdir dari kacamata yang kita gunakan sehingga ketika takdir yang kita dapatkan adalah ampas, kita mengelak dan memberontak, kita marah dan menyangkal, kita berbondong-bondong lepas dari harmoni Tuhan dan pergi jauh dari rumah.

Namun kini, tiada siapapun yang tahu bahwa kita akan kembali atau tidak, dan pertanyaan apakah Tuhan menjadi tempat terbaik untuk kita pulang itu benar atau tidak pada akhirnya menjadi urusan personal yang tidak akan bisa aku ganggu.

Dan bersyukurlah kalau kau masih memiliki alasan untuk kembali, karena menurutku Tuhan dan diri kita sendiri merupakan sandaran yang paling baik. Bukan sok bijak, tapi berharap pada manusia adalah hal yang rapuh. Manusia itu munafik dan dinamis, hari ini bilang begini, besok bilang begitu. Jadi tidak bisa dijadikan sandaran yang pasti.

Jadi kendati kau jatuh cinta pada manusia atau makhluk hidup dan mati yang ada di Bumi. Hati-hati ya, aku nggak tahu bahwa itu akan bertahan lama atau tidak, yang aku tahu, jatuh cinta adalah hal yang menyenangkan.

 

Share:

Jumat, 17 Juni 2022

Alfamart Seribu Rasa

Aku sedang menelpon Jolie ketika aku di Alfamart, sementara hape kananku sedang berada di telinga, tangan kananku membawa botol air ukuran besar untuk kami nikmati nanti. Namun ketika aku mengangkat wajah, jantungku serasa kosong, aku menerka dan menganalisa seorang perempuan yang bergerak laksana hantu dan berjalan melewatiku.

Kacamatanya yang ikonik, wajahnya yang muram, tatapannya yang laksana pembunuh berantai. Perempuan itu begitu cerdik sampai menganggapku seperti batu, ia tidak peduli, alih-alih memberi sapa, ia bergerak begitu saja dan lenyap diantara rak-rak beraneka macam jajan.

Entah mengapa aku seperti tidak bisa bernapas, hanya beberapa detik sampai aku memaksa paru-paruku memompa udara lebih banyak. Agar aku menghirup oksigen untuk bernapas. Ruang Alfamart yang ramai dengan antrian, dengan suara kasir yang melayani pembeli, semua entah mengapa terasa sunyi untuk sepersekian detik.

Dan aku kembali ditarik pada realitaku.

Aku tidak pernah memprediksi hal semacam ini bisa terjadi. Aku bahkan tidak pernah memprediksi bahwa dia akan datang dengan cara seperti itu. Namun semua terjadi, dan bayangan akan masa lalu sedikit berkelumat meskipun pada akhirnya bisa aku tepis.

Aku menyadarkan diri, dan kendati aku tidak tahu perasaan apa yang baru saja melewati jantungku. Aku memaksa untuk terus sadar, aku tidak ingin kembali diikat pada perasaan semu tiada berkesudahan. Aku telah tersiksa bertahun-tahun, aku tidak mau menghabiskan hidupku dalam kekangan lagi.

Lagipula aku telah tahu bahwasanya dia telah dimiliki orang lain, orang yang tentu jauh lebih tampan dari aku, dan mungkin saja, lebih kaya. Setidaknya perempuan ini telah diratukan oleh orang lain, kendati kekhawatiranku tiada berujung namun doa-doa telah kupanjatkan, dan kuharap, Tuhan mau mendengar.

Yang paling aku takutkan adalah bahwasanya ini masih perasaan yang sama, perasaan dulu yang coba aku bunuh dan tikam berkali-kali namun terus breinkarnasi. Aku takut, namun sekali lagi aku sadarkan diri dan percaya bahwa itu tidak akan pernah terjadi.

Hidup seperti sebuah buku, bab demi bab, halaman demi halaman yang menceritakan tentang perjalanan kisah setiap individu. Dan aku sangat percaya bahwa bab dan ribuan halaman tentangnya telah berakhir. Aku telah memiliki mimpi, dan kendati pada akhirnya mimpi itu perlahan-lahan aku wujudkan tanpa dirinya. Aku ingin memeluk mimpi ini rapat-rapat dan tiada ingin melepaskannya lagi.

Aku ingin hidup pernuh warna, namun dialah salah satu alasan kehidupanku tetap berwarna.

Aku tidak mau hidup dalam penderitaan lagi, aku ingin terus menggapai mimpiku. Namun yang aku takutkan, dia masih menjadi bagian dari mimpiku. Dan bila itu terjadi, aku bisa apa? Membuangnya jauh lagi? Mengulang semuanya dari awal?

Aku segera mengantri di depan kasir, melupakan semua hal yang telah terjadi. Berharap semua ini tidak pernah terjadi. Malam akan panjang, namun kurasa, malam ini akan teramat panjang dan butuh perenungan yang lama.

Aku kadang berbalik hadap untuk menyaksikan punggungnya, menikmati suara dan sahabatnya yang memilih minuman apa yang akan dibeli, sementara aku memutuskan memberikan uang kepada kasir, menunggu kembalian, kemudian pergi tanpa pernah menoleh lagi.

Setiap umat manusia memiliki masa lalu, dan memang pada akhirnya akan ada beberapa masa lalu yang sebaiknya akan tetap ada di masa lalu. Dan lagipula, aku masih memiliki mimpi yang harus kukejar, dan mimpi teramat panjang dan jauh sampai entah dimana ujungnya.

Yang aku harap, rasa ini memang bertepuk sebelah tangan. Aku tidak bisa menerka banyak hal tentang wanita. Aku bahkan tidak bisa menerka ekspresinya dan rasa yang ada didalam jantungnya. Cukup. Jika pada akhirnya kehidupanku kembali kelabu, aku ingin tetap berada pada warna ini sampai aku sudah memang siap untuk jatuh cinta lagi.

Dan aku berharap, aku tidak jatuh cinta pada orang yang sama lagi.

Aku tetap menjauh tanpa pernah menoleh, meninggalkan Alfamart dengan seribu rasa yang ia tawarkan. Namun aku tidak peduli. aku ingin hidup lebih lama, kendati jantung ini tidak kuketahui berdetak untuk siapa. Aku hanya ingin berkata kepada jantungku:

Terima kasih udah sekuat ini, masih banyak hal untuk kita hadapi. Yang kuat yaa, kita bisa kok. Memang perih dan berdarah, tapi aku percaya, selama aku, logika, dan kamu masih bersinergi. Semua bisa kita lewati, sama seperti perasaan itu yang muncul kembali.

Aku mencintaimu, dan terima kasih telah berdetak.

Share:

Terima Kasih Untuk Semester IV Ini

Aku hanya bisa bilang terima kasih untuk semester ini, jam demi jam dalam kelas, detik demi detik yang kita lalui didalam kampus. Segala pertengkaran dan tawa canda yang kemudian menjelma satu dalam pelukan waktu.

Akankah berakhir?

Teman-temanku yang lain senang bisa naik ke semester berikutnya, namun aku semakin gusar. Kau tahu mengapa? Karena semakin kita menuju masa depan, kita pada akhirnya akan menemukan titik akhir perkuliahan kita, sebuah tempat dimana kita akan berpisah dan setiap momen yang kita buat hanya akan kita kenang melalui gambar demi gambar yang kita bina.

Aku ingin lebih lama bersama kalian, aku ingin kita abadi dalam kebersamaan. Namun ekspektasiku harus aku patahkan karena tiada yang benar-benar abadi, sebab waktu pun akan berakhir, dan kita semua akan fana.

Aku mencintai kalian dan ingin lebih lama bersama kalian, jadi kuharap kita semakin sering membuat kegiatan diluar kelas, entah itu kegiatan yang sepele, entah itu kegiatan yang hanya bertukar informasi. Namun sampai pada titik itu, aku ingin bersama kalian menguntai kenangan, memilin detik-demi detik, membunuh waktu yang kian berjalan.

Bukankah engkau dan aku sama-sama lucu?

Kita semua dulu asing, tidak kenal satu sama lain, kemudian kita menyatu dalam jurusan yang bernama PGMI. Kelas E, kelas paling terasing sampai saat semester satu kita lebih sering liburnya. Namun entah mengapa itu semua lucu. Kita semua orang asing dengan tujuan yang berbeda-beda, bahkan sampai ada yang tidak tahu masuk PGMI untuk apa. Kita semua asing, namun perlahan, kita semua menemukan titik cerah, kita semua menemukan titik indah. Sebab PGMI bukan kutukan, melainkan keberkahan.

Aku bersyukur Tuhan mempertemukanku dengan orang seperti kalian, aku yang tidak tahu arah hidupku akan seperti apa mulai memahami bahwa sebenarnya langkah-langkah dalam hidup yang kita miliki merupakan takdir yang dibuatkan Tuhan. Dan semakin kita melangkah, kita semakin sadar bahwa pilihan itu akan semakin terang, bahwa pada akhirnya hidup adalah tentang melangkah; membuang rasa takut dan keraguan, berjalan menuju titik yang telah ditentukan Tuhan.

Kita adalah orang-orang yang lucu; kita berawal dari keterasingan. Dan pada suatu masa, toga akan ada di kepala kita, buket bunga akan ada di tangan kiri, dan pada saat itu pula, kita akan kembali asing. Kita akan kembali terasing, membuat jalan kita sendiri, berpisah dari koloni.

Hidup yang aku jalani membuatku mampu melihat kenyataan bahwasanya masa depan yang akan kita jalani akan benar-benar dingin dan sepi. Lorong gelap panjang yang entah dimana titik terangnya, dengan jalan dipenuhi duri dan kerikil tajam yang melukai kaki. Siapkah kita hadapi?

Pada suatu titik di masa depan, kau dan aku hanya akan tinggal kenangan. Sebab pada akhirnya, setiap jalan yang kita pilih akan selalu memiliki akhir. Pada akhirnya, kita semua fana, pada akhirnya kita akan kembali sendiri.

Namun kau tahu? Kendati aku tahu bahwa kita sama-sama fana, aku akan membuat kefanaan ini bermakna. Menguntai lebih banyak waktu bersama kalian, mencoba lebih banyak hal yang baru, mencoba agar suatu titik, kenangan ini akan membuat kita abadi.

Akan kutulis semua tentang kita, agar kita abadi dalam sejarah. Kan kuukir kisah kita bersama malam-malam yang dingin, bersama dengan sepinya malam kala semua tak lagi terbangun. Akan kuceritakan kisah kita pada keabadiaan bahwa kami akan tetap tinggal, pada momen ini, pada detik ini, pada masa depan.

Kita semua berawal dari keterasingan dan akan kembali asing. Namun sebelum toga sampai diatas kepala, akan kita buat kisah yang paling indah, akan kita buat cerita penghancur gelisah. Asal kita masih bersama, cerita itu pun akan kita susun bersama.

Kita semua memang asing, dan akan kembali asing. Akan tetapi itu tidak mengapa, selama semua itu tentang kita, fana pun tak mengapa.

Kita semua memang asing, dan akan kembali terasing. Dan masa depan dengan toga diatas kepala, dan kehidupan yang kita akan terlepas darinya. Akan kuuntai lebih banyak kisah bersamamu.

Akan kuuntai lebih banyak kisah bersamamu…


Aku dan anak anak kelas E

Lihat Hermianti wkwkwkw, kayak lihat hantu!



Putri bilek: Aku akan berpura-pura kerja agar nilaiku tinggi!



Perempuan saat diajak debat, nyenyenyenye


Cowok-Cowok PGMI20 sebelum mengenal Togel

KAMI SUDAH SEJAUH INI! KAMI AKAN MENYELESAIKAN SKRIPSI KAMI!



Api Sartina! APIIII APIIII!!!
Share:

Sabtu, 11 Juni 2022

Zulaikha Dan Perjuangan Untuk Ikhlas

Beberapa hari kemarin kami sebagai kelompok yang ingin menyelesaikan UAS Akidah Akhlak kumpul didalam perpus, kami ingin membuat buku mengenai pembelajaran Akidah Akhlak karena menurut kami, membuat buku 14 halaman itu sangat mudah.

Akhirnya kami kumpul disana dan seperti biasa, kekuatanku tidak muncul kala itu sehingga aku memutuskan untuk menjadi seorang mata-mata pada mata pelajaran Evaluasi Pembelajaran. Aku memang lebih aktif dimalam hari, saking aktifnya, Batman sampai insecure.

Mata-mata yang kulakukan berhasil membuatku paham mengenai metode yang digunakan Bu Mulaybiyyah kala itu, kami dibagi menjadi ganjil dan genap dengan soal yang berbeda-beda. Soal yang akan muncul untuk genap merupakan realiabilitas, validitas, dan kesukaran soal. Untuk ganjil, sama saja, cuma beda soal.

Aku kemudian mewawancarai Irwan, anak kelas C yang lebih dahulu keluar karena pusing melihat soalnya. Dari wawancara yang aku lakukan, semakin terkuaklah ternyata soal itu merupakan soal yang memang harus bisa aku kalahkan, dan mau nggak mau, aku harus siap.

H-1 sebelum tugas evaluasi pembelajaran, namun aku tidaklah takut. Karena kendati aku akan berhadapan dengan angka, aku menyadari memang ada beberapa hal di dunia ini yang akan berlalu. Aku sadar bahwa baik dan buruk yang menimpa umat manusia hanyalah perkara waktu. Entah itu patah, atau patah kaki.

Itulah mengapa, sebagai manusia kita memang diperintahkan untuk tawakkal, pasrah, dan tentunya, kita diperintahkan untuk ikhlas.

Namun ketika aku kembali ke perpus dan mendengar cerita Zulaikha, aku bingung, apakah manusia memang ditakdirkan untuk ikhlas?

Zulaikha Dan Perjuangan Untuk Ikhlas

Pada tahun 2020, kendati samar-samar aku mendengar kabar bahwasanya ayah Zulaikha meninggal dunia. Namun itu hanya sekedar berita belaka dibandingkan cerita asli yang Zulaikha paparkan kepada kami saat ini.

“Kau tahu? Ketika ayahku sakit kala itu, aku menyangkal bahwa dirinya sakit. Aku marah pada siapapun orang yang berani mengatakan kalau bapakku sakit. Bapakku memang menderita kangker, tapi aku selalu percaya bahwa dia akan sembuh, aku selalu berdoa agar ia segera sembuh….”

“…aku akan mengunci kamar bapakku dirumah sakit hanya agar aku berdua bersama ayahku. Aku tidak akan membiarkan seorangpun menginterupsi, aku tidak mau ayahku meninggal, aku ingin terus disampingnya. Bahkan, aku akan menghitung detik demi detik detak jantung yang keluar dari dadanya, juga memperhatikan bagaimana matanya. Ketika ayahku tertidur untuk beristirahat, aku akan membangunkannya untuk memastikan bahwa dirinya masih hidup…”

“...Aku memang dimarahi, Zis. Tapi aku nggak mau kehilangan beliau, aku ingin selalu ada disampingnya. Dan entah mengapa, aku juga melakukannya tanpa sadar, aku nggak tahu apa yang terjadi sebenarnya, aku nggak mau dia pergi, dan bahkan ketika beliau meninggal, aku menyangkal bahwasanya dia telah meninggal…”

“…bisa kamu bayangin Zis? Ketika orang semua pada nangis, aku akan marahi orang-orang itu dan menyangkal kematian bapakku, Aku akan memarahi mereka karena menangis dan meneriaki mereka ‘bapakku masih hidup! Lihat, dia masih bernafas! Bapakku nggak meninggal kan? Jangan nangis! Beliau masih hidup!’ aku selalu bilang gitu kepada orang-orang disana, dan aku nggak tahu, aku ngelakuinnya tanpa sadar, aku gila ya? Bahkan sampai sekarang, aku masih percaya bahwa bapakku nggak pernah meninggal…”

“…Tapi kemudian, aku terus didatangi lewat mimpi, bapakku akan datang padaku dan mengatakan ‘ikhlas ya nak…’ bapakku terus mengatakan hal itu, dan itu tidak sekali melainkan berkali-kali. Tapi aku selalu sangkal hal itu, aku selalu percaya bahwa bapakku masih hidup, menurutmu Zis, gimana?”

Kami semua diam, pembicaraan ini memang terjadi gara-gara kami menyinggung Selagalas sebagai titik rumah orang gila di Lombok, dan pembicaraan kami melebar ke sampai mana yang dikatakan gila dan mana yang bukan dikatakan gila. Namun aku tidak tahu bahwa pembicaraan kami akan sampai kepada bagaimana masa lalu Zulaikha bisa diceritakan disini.

Aku menarik napas dan berharap ucapanku bisa membuat suasana membaik.

“aku memang gak tahu, tapi yang pernah aku baca, dalam ilmu psikologi ada beberapa tahapan manusia dalam menerima kenyataan, yaitu denying atau menyangkal, frustrate atau frustasi, anger atau marah, dan berdamai dengan diri sendiri atau acceptance. Aku memang bukan ahli, tapi mungkin kamu memang masih tahap denying, dan memang dalam persoalan ini kita nggak bisa sat set set, butuh waktu yang lama agar kita bisa berdamai dengan diri kita sendiri, dan kita nggak tahu itu kapan. Dan mengenai masalah kamu gila atau nggak, aku nggak tahu, menurutmu Van?”

“Yaa gak tahu juga, tapi mungkin itu juga wajar soalnya kamu sayang sama bapakmu. Coba aja lihat cerita Layla dan Majnun, itu sampai gila si Majnun gara-gara Layla. Jadi mungkin itu karena kamu terlalu sayang sama bapakmu Fa”

“Saya setuju dengan pendapatnya Evan” ucapku “Karena bagaimanapun kita nggak bisa sebut orang gila dan enggak karena itu hanya persepsi. Kita anggak diri kita waras karena kita dan orang lain percaya kalau kita waras, dan begitupula sebaliknya. Coba aja lihat orang gila, bahkan ada juga yang sampai sholat, sholawatan, kita nggak pernah tahu apakah mereka memang gila atau memang udah sampai tingkatan tasawuf. Kita nggak pernah tahu”

“Btw yang sholat tapi gila itu, keterima gak sholatnya?” tanya Zulaikha

“Ya mana tahu, dalam Islam syarat beragama kan berakal” jawab Evan.

“Bener tuh yang dikatakan Evan, Tapi balik lagi, emang kamu yakin mereka gila? Atau selama ini, kita yang sebenarnya gila?”

Kami semua diam, Wahab, Dewi, sedari tadi juga diam. Mereka asik DDN, Diam-Diam Nyimak.

“Tapi kau tahu? Aku iri sama kamu Zul” ucapku

“Kenapa?”

“Karena bapakmu masih peduli sama kamu, padahal beliau sudah meninggal. Setiap ayah di muka Bumi ini pasti ingin anaknya hidup tenang dan bahagia, apalagi kalau anaknya perempuan. Dan bapak kamu udah buktiin itu. Tapi dilain sisi, aku juga bingung apakah kamu memang harus ikhlas atau nggak, bagaimanapun karena kamu sayang sama bapakmu dan karena kamu nggak ikhlas, bapak kamu jadi tetap datang dalam mimpimu, dan kamu bisa lepas rindu disana. Lagipula, siapa sih orang yang nggak pengen ketemu sama orang yang mereka sayang? Tapi balik lagi Zulaikha, bapak kamu mungkin nggak bisa tenang di alam sana gara-gara kamu nggak ikhlas, ia juga berhak tenang dan bahagia di alam sana. Jadi untuk urusan ini, ikhlas enggaknya, aku akan serahkan semuanya pada kamu. Berdamai dengan diri sendiri memang nggak bisa langsung, jadi ini semua tergantung kamu”

Jam demi jam berganti, dan perpusatakaan kian sepi. Kami segera keluar dari perpustakaan dan kemudian memutuskan untuk pulang. Dalam tugas UAS Akidah Akhlak ini, tinggal aku yang belum jadi, lagipula yang susun kan aku sama Evan, jadi bolehlah aku santuy.

Tapi kadang ketika aku dengar cerita ini, aku jadi merinding. Soalnya aku bisa membayangkan Zulaikha waktu itu yang memarahi setiap orang dan menyangkal bahwa ayahnya telah meninggal. Aku bisa membayangkan bagaimana dirinya akan berdoa sepenuh hati agar ayahnya bisa sembuh dari penyakit kangker yang menggerogoti tubuh tersebut kian detik.

Aku bisa merasakannya.

Dinding rumah sakit lebih sering mendengar doa-doa orang tulus dan pencinta dibandingkan rumah ibadahpun di muka Bumi ini. Namun sayang tulusnya doa terkadang memang akan kalah oleh takdir yang telah ditetapkan Tuhan.

Manusia diperintahkan untuk ikhlas dan tawakkal, namun mempelajari dua hal tersebut tentu akan sulit karena akan berkaitan dengan keimanan umat manusia.

Dan terakhir, jikalau kamu berdoa dengan tulus dan doa kamu tidak diterima oleh Tuhan.

Bersabar yaa…

Yang berdoa dengan tulus bukan hanya kamu.



Dokumentasi Semester IV, Evaluasi Pembelajaran

Dokumentasi di Semester V, Desain Pembelajaran


Share:

Kamis, 09 Juni 2022

Engkau dan Tangisan Bulan Juni

 Engkau dan Tangisan Bulan Juni

“Aku nggak apa-apa Zis…aku nggak apa-apa…tapi sakiiit” kemudian isakan tangis terdengar.

Video berdurasi 10 detik itu dan disetel untuk sekali lihat, dan video itu sukses membuat aku terdiam tak bersuara disertai rasa takut dan khawatir yang memuncak. Aku bingung harus melakukan apa, aku tidak tahu, diluar sana hujan bergemuruh menabrakkan diri ke genteng-genteng seng dan membuat suara bak peluru.

Dan aku terdiam membeku.

Mira menangis malam itu, tangisannya yang pilu bersenandung bersama hujan bulan Juni yang semakin membesar dan membesar, kendati aku ingin segera kesana, aku tidak mampu sebab aku juga sedang memiliki janji.

Memberikan pesan kepada Baye adalah hal yang terbaik, aku segera mengirimkan vn-ku kepadanya:

“Bay, kalau kamu sudah selesai dengan urusan kamu, tolong chat mbak ya atau kamu hubungi dia, dia butuh kita sekarang”

Tidak berapa lama ia kemudian memberikan balasan.

“Dia kenapa lagi we”

Dan aku tidak tahu harus menjawab apa selain merententi dia dengan permohonan untuk menjaga Mira.

Baye merupakan salah satu sahabat Mira yang terdekat, mereka lebih kenal satu sama lain jauh lebih lama dibandingkan aku. Jadi pilihan yang paling bijak adalah mempertemukan mereka berdua.

Malam ini begitu dingin, hantaman guntur mengayun di cakrawala dan memberikan cahaya melalui kilatnya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Mira menangis sendirian, entah dimana, diantara hujan bulan Juni yang semakin menggila.

Aku pun tidak tahu harus melakukan apa, hanya saja aku tadi keluar menggunakan skin anti hujan namun naas, hujan malah merembes dan membasahi pakaianku. Baju dan celanaku basah, bahkan bagian dalamnya juga basah. Aku tidak pernah sebasah ini, jas hujan yang kumiliki kucurigai bersekongkol dengan hujan itu sendiri.

Terhalang ruang dan jarak, tidak tahu harus melakukan apa. Hanya saja aku berharap doa-doa yang kulantunkan dapat didengar oleh Tuhan. Namun dapatkah harapan itu menembus langit? Tatkala ia terbang meninggi, ia tentu akan dihantam oleh milyaran air hujan dari balik awan.

Aku menyukai hujan dan setiap kenangan yang terukir dengannya, hanya saja kali ini aku berharap bahwa hujan ini sirna secepatnya. 

Diantara angin dan badai yang mendera, aku pun bingung karena apapun yang akan kulakukan akan menghasilkan kesalahan. Bagaimanapun Mira telah menjadi milik orang lain, yang artinya sebagai laki-laki, aku akan selamanya memiliki batasan untuk mengakses dirinya.

Aku berharap Baye segera menuntaskan tugasnya.

“Kamu yang kesana, saya gak diangkat”

“Kenapa aku?” tanyaku polos.

“Kamu yang bisa, saya nggak bisa keluar ni masalahnya”

Aku diam, kupandangi pesan-pesan itu yang membisu. Sementara diluar hujan bulan Juni masih menggebu-gebu, mematahkan harapan orang sekaligus membangkitkan harapan orang lainnya. 

Aku memang menyukai hujan, namun kuharap hujan ini berhenti. Agar orang yang peduli denganmu lebih jelas mendengar tangisanmu, dan agar engkau bisa menghapus air matamu sendiri.

Namun hujan bulan Juni tetap menggebu-gebu, dan membayangkan bagaimana dirinya menangis diantara hujan-hujan ini membuatku meringis. Aku bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup dalam kesendirian, hidup dalam kesepian, menunggu waktu yang tepat agar semua segera berlalu.

Namun seperti hujan bulan Juni, mereka tidak pernah benar-benar berlalu.

Share:

Kamis, 17 Juni 2021

Tolong Dikondisikan Pak!

 

Apes! Mungkin itu adalah satu-satunya kata yang bisa menunjukkan perasaan hatiku saat ini, sebab bagaimana tidak? Aku di PHP dosen Tafsir Tharbawy, pak Ridwan. Pun aku sendiri tidak tahu mengapa, namun yang jelas, aku sakit hati.

Ini bermula pada awalnya ketika aku sebagai ketua Kosma kelas E, memutuskan untuk segera menghubungi pak dosen Tafsir Tharbawy guna mendapatkan pemberitahuan segera mengenai kapan UAS Tafsir Tharbawy. Pun aku telah memberitahu Syaid akan hal ini dan kami berdua berencana melakukan penyergapan kerumah pak dosen seperti agen FBI, dan dari hal ini, aku bisa membayangkan kalau pak dosen sedang mengajar dirumah, dan tiba-tiba:

Aku : FBI OPEN THE DOOR!

Syaid segera menangkap pak dosen sembari menodong dengan senjata api AK-47[1], menutup kepalanya pake karung, lalu menyeretnya ke tempat tertutup. Sumpah deh, aku jadi nggak tahu perbedaan agen FBI sama maling ayam.

Namun aku berinisiatif menghubungi pak dosen via WA walau memang si Megan, Wakosma kelas E yang baik hati dan tidak sombong itu telah memberitahu bahwa ia orangnya anti online dan tidak suka dihubungi, bagi Megan, pak Dosen lebih baik langsung digrebek dirumahnya, dan hal ini membuatku curiga bahwa Megan adalah orang yang pro dalam menemukan orang selingkuh, hal ini tentunya menjadi pertimbangan dalam dunia pernikahan karena aku berpikir seperti ini:

Pikiran itu telah dihapus.

Ya, lebih baik tidak memikirkan Megan yang tidak-tidak.

Kembali ke pak dosen, pak dosen ternyata membalas WA milikku dan mengatakan bahwa ia bisa ditemui saat pagi di kampus, pun aku segera memberitahu Syaid dan Megan akan hal ini, dan ia si Megan hanya mengatakan bahwa aku orangnya nekat, sementara si Syaid dana aku akhirnya membuat rencana pertemuan dengan dosen.

Namun yang menjadi titik masalah adalah karena pak dosen berkata bahwa ia bisa ditemui besok pagi di LPM, dan karena aku orangnya kurang update masalah kampus, akhirnya aku bertanya kepada si Syaid dan orang-orang yang memantau status mengenai kepanjangan LPM.

Ada hal yang membuat aku terpaksa bertanya, hal itu karena aku percaya bahwa LPM memiliki arti Laporan Pertangggungjawaban, dan M pada huruf terakhir mungkin memiliki Menantu. Jadi LPM adalah Laporan Pertanggungjawaban Menantu.

Bagaimana konsepnya? Aku datang kerumah pak dosen, pak dosen menungguku dengan membawa putrinya yang cantik jelita plus menggunakan cadar, kami berdua dinikahkan, dan yeay! Happy Ending!

Dan jawaban pak dosen itu juga telah membuatku mendapatkan suatu blunder, ini sih gara-gara Syaid. Jadi awalnya si Syaid berkata bahwa dia berasal dari Lotim, namun Megan berkata bahwa ia berasal dari Narmada, dan karena mereka berdua tidak kuketahui mana yang lebih shahih perkataannya, aku segera mencari jalur lain, yaitu mencari Kosma yang dekat dengan kampus.

Setelah kutanya Syaid, ia berkata bahwa Fitri adalah mahasisiwi yang berasal dari Ampenan, aku segera mencari kontaknya di WA dan menanyakan si Syaid siapa yang benar.

“Ini aku punya beberapa kontak, si Fitri PMII, dan Nurul Fitriana PMII”

“itu tuh si Nurul Fitriana PMII”

Akhirnya aku mengechat si Nurul Fitriana dan kampretnya, itu bukan dia, itu adalah atasanku di PMII, kampret emang, padahal aku sampai bilang woy ke beliau. Akhirnya, guna meredam kekacauan yang terjadi, aku langsung menyebut kak padanya, menanyakan apa pelajaran saat semester 3 dan empat, dan membuatku semakin khawatir karena ternyata pada semester itu pelajaran Matematika semakin ada, apalagi kalau pelajaran matematika telah mulai berbasis bahasa Inggris, yang kata kakak itu, harus ditranslate dulu agar bisa dipelajari.

Karena kejadian ini, aku langsung memarahi Syaid dan dia tertawa, dia mengatai aku fakboy dan akhirnya mengirimiku nomer yang benar, dan akhirnya, terjadilah percakapan aku dengan si Nurfitria, kosma kelas A.

Nurfitria berasal dari Ampenan, itu kata Syaid, dan taktik kami akhirnya dapat terlaksana dengan baik, yaitu dengan cara si Nurfitria akan datang terlebih dahulu guna menunggu dosen, terlebih agar ia tidak di prank sama pak dosen yang belum kita ketahui sifat dan wujudnya.

Aku akhirnya terjebak pada chat bersama si Nurul Fitriana juga si Nurfitria, si Fitria berkata bahwa dia kenal aku saat keakraban, mengatakan bahwa aku pernah berkata kating kami adalah tanda-tanda akhir zaman, namun aku tidak mengingatnya dengan baik, dan begitulah…

Paginya aku bangun, membawa buku bahasa Arab dan Tafsir Tharbawy, aku segera menuju ke kampus dan untungnya pak dosen belum sampai, beliau bilang akan datang nanti karena saat ini beliau sedang menuju ke MAN 1 Mataram.

Aku menuju ke gedung PGMI, mencari LPM namun tidak kutemukan sedikitpun tulisan yang berkata LPM, aku juga tidak menemukan menantu pak dosen yang menggunakan cadar, calon istriku hehehehehehe.

Dan waktu pun berjalan, Syaid datang, ia menyuruhku datang ke akademik dan disana, mereka berdua telah menunggu. Syaid seperti biasa, cool dan Nurfitria, cantik. Nurfitria adalah perempuan yang menggunakan cadar, jadi aku hanya bisa menatap matanya tanpa tahu bagaimana rupa wajah aslinya. Memang dulu aku pernah lihat, tapi lupa, dan bagiku, perempuan sebaiknya tetap misteri sampai ia menjadi milik suami.

Kami berbicara sepanjang jalan, dan semakin lama, aku merasa semakin menjadi nyamuk diantara mereka. Aku sampai khawatir apakah Syaid membawa obat nyamuk dengan melihat pergerakan tangannya, namun untungnya, tidak ada. Nurfitria juga nampaknya tidak membawa benda yang berbahaya, maksudku, bisa saja ia tiba-tiba membuka cadar dan ternyata ada obat nyamuk diantara giginya, seketika ia bersalto di udara dan melemparkan aku obat nyamuk yang berputar seperti shuriken.

Namun tidak apa-apa, semua aman terkendali, imajinasiku saja yang tidak. Setelah aku berani bertanya, kami menemukan LPM dimana, tempatnya cukup jauh jika kami berjalan sambil merangkak, akhirnya kami memutuskan mengambil motor dan segera menuju kesana.

Disana cukup canggih, ada lift yang akan membawa kita pada lantai ketiga, dan sebenarnya, aku takut lift, aku takut benda yang tiba-tiba bergerak, aku takut ketinggian, dan banyak hal yang kutakuti, namun menurutku, tidak ada yang lebih menakutkan daripada sakit hati.

Nurfitria sepertinya memang anak kota, ia segera mampu membawa kita sekejap mata ke lantai dua menggunakan lift yang ada. Dan disana, tertulis dengan jelas, LPM. Dan seperti kata Megan, itu adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Ah sial! Kenapa tidak Laporan Pertanggungjawaban Menantu? Aku bisa membayangkan aku langsung mendobrak dan banyak ukhti-ukhti yang siap dijadikan pasangan hidup, mereka akan menatapku sembari tersenyum malu, aku bisa membayangkan diriku berjalan seperti pangeran, duduk dihadapannya dan mengeluarkan cincin berlian dari saku celanaku.

“Menikahlah denganku…”

Lalu ia akan menatapku dari balik cadarnya, tersenyum manis menyembunyikan rona pipinya yang merah karena malu, kemudian dia akan bertanya.

“Mengapa harus aku?”

“Sebab aku temukan Sang Maha Pengasih dimatamu”

Terus aku akan membawanya keluar, dan diluar, Nurfitria hanya bisa bertepuk tangan, si Syaid akan menangis tersedu-sedu dan berteriak “Kenapa aku fakbooooi!” dan kami menikah dan bahagia. Tamat.

Yah, itu hanya ekspektasi, masalah yang terjadi ternyata tidak seperti itu, kami menunggu lama waktu itu, lama sekali, saking bosannya, aku memberanikan diriku untuk masuk atas usulan Syaid dan si Nurfitria, apalagi aku semakin berani karena ada kakak kelas yang masuk keruangan itu.

Aku menahan napas, perlahan tanganku maju perlahan menuju gagang pintu, aku menariknya kemudian kutemukan cahaya yang hampir membutakan mata….ah….inikah surga? Adakah disana ukhty-ukhty sebagai Laporan Pertanggung Jawaban Menantu? Namun belum aku selesai berhalusinasi, realitas membawaku pada tragedi dimana didepanku tidak ada satupun ukhti-ukhti, melainkan aki-aki[2].

Aku yang langsung masuk dan langsung sengap[3] semua pria paruh baya itu langsung menatapku. Pada ruangan itu, mata itu seolah mercusuar-mercusuar yang menyergap kancil yang mencuri ketimun. Aku diam. Ukhti-ukhti yang seharusnya semenarik Nanno[4] telah dikutuk menjadi kakek-kakek serupa Sugiono[5].

“Cari siapa dek?”

“Cari pak Ridwan pak”

“Oh, beliau belum datang”

“nggih pak, kalau begitu saya undur diri, assalamualaikum”[6]

Aku keluar dan segera menyemprot kedua kosma itu. Anjir memang, ternyata ruangan itu tidak seperti dugaan si Fitria yang mengatakan bahwa ruangan itu luas, memiliki bangsal-bangsal dan bagian yang bisa ditanyai, disana hanya ada orang, maksudku ruangan itu adalah kantor para dosen! Ngeri deh.

Apalagi ternyata disana tidak ada dosen perempuan yang setidaknya mirip Lisa Blackpink, tidak ada! Yang ada hanya dosen laki-laki, itupun tidak ada yang pink, black semua orangnya.

Akhirnya aku bertanya mengenai dimana pak dosen akan tetapi mereka tidak tahu, jadilah kami menunggu sekian lama sampai sore semakin menutup usia. Ketika sore semakin menjelang, Syaid dan Nurfitria pada akhirnya pamit ingin pulang, namun aku tidak mau pulang lebih dulu, aku mempercayai bahwa pak dosen akan datang.

Sore semakin menjelang, tidak ada satupun kabar, pesanku hanya di read pak dosen, orang-orang yang di kampus satu persatu pergi dan tidak kembali. Kampus menjelma kuburan yang begitu sepi, para satpam terlihat becanda mengisi kebosanan mereka, meninggalkan aku sendiri dalam kesendirian.

Akhirnya aku menyalakan motor, pergi menuju kosan Upa untuk saling berjumpa. Tidak lama sebelum aku memutuskan untuk pergi dan menatap sore yang akan menutup mata. Aku tahu bahwa dunia memang pengkhianat, akan tetapi jika semua dosen seperti ini, aku tidak mau dikhianati lagi.

Dan senja memeluk tubuhku yang hilang di permukaan jalan raya, menyalip kendaraan lain yang ditunggangi manusia yang pernah dikhianati jua.



[1] Njir, padahal AK-47 Adalah Senjata Teroris, bukan FBI wkwkwkkwkw

[2] Kakek-kakek

[3] Kaget sampai tidak bisa berbicara

[4] Seorang perempuan di Girls In Nowhere, film Thailand, katanya seru sih

[5] Tidak kuketahui nama aslinya, tapi kakek ini memiliki reputasi legend bagi para lelaki penyuka po*no

[6] Kalian nggak akan percaya aku berbicara sambil tangan menutup di bagian diafragma, aku menunduk seperti orang Jepang setiap kali ngomong, LOL deh pokoknya.

Saking gabutnya, aku pernah bikin video ini wkkwkwkwkwkw


Share: