Rabu, 06 Desember 2023

Cowok dan Sosial Media Jam 12 Malam

 

Aku terbangun pada shubuh-shubuh betul, dan hujan lagi garang-garangnya diluar. Guntur menggaung kayak kambing kayang di kaki langit, kilat-kilat menyambar kayak fotografer, hujan menyerang kayak taju kage bunshin Naruto, kuyang lewat, sapi goyang dumang, ceilah!

Intinya shubuh itu dingin banget dan si ketum Danil lagi tepar setelah semalaman belajar tentang proposal untuk Metode Penelitian. Karena ngulang kelas, akhirnya dia berhadapan dengan si metopen, bigbossnya semester 5. Sampai saking bigbossnya, dulu teman kelasku sampai nangis saat naik semester, mereka peluk-pelukan, jatuh, terus guling-guling di tangga PGMI. Gila betul!

Tetapi balik lagi ke hujan tadi, aku kemudian tertantang dan perlahan membuka baju sehingga otot-ototku yang kekar menunjukkan diri (branding dikit biar keren, hehe), dengan sarung yang masih menempel, aku mendorong gerbang agar terbuka, menatap langit yang hitam legam dengan hujan deras yang seperti cinta kamu ke dia.

Aku kemudian berjalan dibawah hujan, melawan rintikan air itu, menantangnya. Andai mereka seukuran sapi dan bisa hidup, aku dan dia pasti sudah gelud. Begitulah pagi dimulai dengan segala kekampretannya.

Tapi emang dingin banget. Aku maksa tetap dibawah hujan dan berada pada pancuran yang airnya jatuh dari atap. Aku mengoles tubuhku dengan sabun sembari tetap didalam pancuran. Rasanya, beuh, dingin tapi asoy.

Hal yang membagongkan adalah sebab sedari malam aku mencoba tidur tapi tetap tidak bisa tidur. Nggak tahu kenapa. Akhirnya sepanjang malam aku scroll Tiktok, buka Facebook untuk cari meme, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dan nggak tahu kenapa, percaya atau tidaknya beberapa media sosial akan menunjukkan watak aslinya kalau malam. Coba deh jangan tidur semalaman dan jangan kedip sama bernapas, besoknya pasti kamu tewas. Itu pernah dicoba sama almarhum kawanku.

Maksudku begini, entah kenapa media sosial kalau malam itu menjadi aneh dan abstrak. Tiktok kalau siang hari isinya edukatif semua, tentang kekayaan, kesuksesan, rekomendasi buku dan film, cara menjadi guru, cara dapat pekerjaan, cara magang di lampu merah, cara manggil Baphomet, cara kudeta presiden, dan hal-hal edukatif lainnya.

Sementara kalau malam kampret banget! Iyo, yang muncul adalah kebalikannya. Dari perempuan joget sampai laki-laki joget, dari bapak DPR yang joget sampai presiden joget. Emang aneh, kok bisa malam-malam joget struktural itu bisa muncul. Dan nggak tahu kenapa, media sosial kalau malam-malam itu pasti memunculkan cewek cantik, cakep, dan bohay.

Disitu aku menyadari bahwa media sosial sudah diibaratkan pasar, cuma kalau malam, jadi pasar malam, dan kalau hari senen, jadi pasar senen. Hehe. Dan masalahnya adalah, kita sebagai konsumennya akan susah lepas dari perangkap-perangkap genjutsu itu.

Bayangkan aja kalau lu adalah cowok yang berantem sama ceweknya tiap hari, sehabis maghrib lu kalah main togel, lose-streak di ML, terus buka Tiktok jam 1 malam dan cewek-cewek brutal itu muncul sambil goyangin pantat kek bebek. Halusinasi cowok pasti keganggu, dan harapan mereka untuk menang pasti berubah menjadi pertanyan; kok gue gagal ya.

Setelah ini mereka pasti akan—setidaknya—bakar rokok, kaki naik sebelah, hirup rokok terus buang ke langit, terus goyang pargoy.

Media sosial itu sok tahu keinginan manusia, tapi mereka nggak bener-bener tahu. Hanya diri kita yang tahu tentang diri kita sendiri, emang bener sih media sosial kadang menawarkan solusi, tapi kampret tahinya itu cuma teori, sementara aksi hanya bisa dilakukan oleh diri kita sendiri.

Jadi kalau lu cowok, terus malam-malam stress, gabut, depresi sambil buka media sosial. Insyaf bro.

Dan balik lagi ke peristiwa hujan, aku pada akhirnya balik setelah entah berapa lama kehujanan. Dengan fisik yang tidak stabil akibat begadang, kemudian shubuhnya mandi hujan, kalian pasti tahu apa yang akan terjadi.

Yak betul, besoknya aku kena flu.

Tapi alhamdullilah sih, daripada kamu kena bisul, yahahahhaha.

Share:

0 comments:

Posting Komentar