Kamis, 17 Juni 2021

Tolong Dikondisikan Pak!

 

Apes! Mungkin itu adalah satu-satunya kata yang bisa menunjukkan perasaan hatiku saat ini, sebab bagaimana tidak? Aku di PHP dosen Tafsir Tharbawy, pak Ridwan. Pun aku sendiri tidak tahu mengapa, namun yang jelas, aku sakit hati.

Ini bermula pada awalnya ketika aku sebagai ketua Kosma kelas E, memutuskan untuk segera menghubungi pak dosen Tafsir Tharbawy guna mendapatkan pemberitahuan segera mengenai kapan UAS Tafsir Tharbawy. Pun aku telah memberitahu Syaid akan hal ini dan kami berdua berencana melakukan penyergapan kerumah pak dosen seperti agen FBI, dan dari hal ini, aku bisa membayangkan kalau pak dosen sedang mengajar dirumah, dan tiba-tiba:

Aku : FBI OPEN THE DOOR!

Syaid segera menangkap pak dosen sembari menodong dengan senjata api AK-47[1], menutup kepalanya pake karung, lalu menyeretnya ke tempat tertutup. Sumpah deh, aku jadi nggak tahu perbedaan agen FBI sama maling ayam.

Namun aku berinisiatif menghubungi pak dosen via WA walau memang si Megan, Wakosma kelas E yang baik hati dan tidak sombong itu telah memberitahu bahwa ia orangnya anti online dan tidak suka dihubungi, bagi Megan, pak Dosen lebih baik langsung digrebek dirumahnya, dan hal ini membuatku curiga bahwa Megan adalah orang yang pro dalam menemukan orang selingkuh, hal ini tentunya menjadi pertimbangan dalam dunia pernikahan karena aku berpikir seperti ini:

Pikiran itu telah dihapus.

Ya, lebih baik tidak memikirkan Megan yang tidak-tidak.

Kembali ke pak dosen, pak dosen ternyata membalas WA milikku dan mengatakan bahwa ia bisa ditemui saat pagi di kampus, pun aku segera memberitahu Syaid dan Megan akan hal ini, dan ia si Megan hanya mengatakan bahwa aku orangnya nekat, sementara si Syaid dana aku akhirnya membuat rencana pertemuan dengan dosen.

Namun yang menjadi titik masalah adalah karena pak dosen berkata bahwa ia bisa ditemui besok pagi di LPM, dan karena aku orangnya kurang update masalah kampus, akhirnya aku bertanya kepada si Syaid dan orang-orang yang memantau status mengenai kepanjangan LPM.

Ada hal yang membuat aku terpaksa bertanya, hal itu karena aku percaya bahwa LPM memiliki arti Laporan Pertangggungjawaban, dan M pada huruf terakhir mungkin memiliki Menantu. Jadi LPM adalah Laporan Pertanggungjawaban Menantu.

Bagaimana konsepnya? Aku datang kerumah pak dosen, pak dosen menungguku dengan membawa putrinya yang cantik jelita plus menggunakan cadar, kami berdua dinikahkan, dan yeay! Happy Ending!

Dan jawaban pak dosen itu juga telah membuatku mendapatkan suatu blunder, ini sih gara-gara Syaid. Jadi awalnya si Syaid berkata bahwa dia berasal dari Lotim, namun Megan berkata bahwa ia berasal dari Narmada, dan karena mereka berdua tidak kuketahui mana yang lebih shahih perkataannya, aku segera mencari jalur lain, yaitu mencari Kosma yang dekat dengan kampus.

Setelah kutanya Syaid, ia berkata bahwa Fitri adalah mahasisiwi yang berasal dari Ampenan, aku segera mencari kontaknya di WA dan menanyakan si Syaid siapa yang benar.

“Ini aku punya beberapa kontak, si Fitri PMII, dan Nurul Fitriana PMII”

“itu tuh si Nurul Fitriana PMII”

Akhirnya aku mengechat si Nurul Fitriana dan kampretnya, itu bukan dia, itu adalah atasanku di PMII, kampret emang, padahal aku sampai bilang woy ke beliau. Akhirnya, guna meredam kekacauan yang terjadi, aku langsung menyebut kak padanya, menanyakan apa pelajaran saat semester 3 dan empat, dan membuatku semakin khawatir karena ternyata pada semester itu pelajaran Matematika semakin ada, apalagi kalau pelajaran matematika telah mulai berbasis bahasa Inggris, yang kata kakak itu, harus ditranslate dulu agar bisa dipelajari.

Karena kejadian ini, aku langsung memarahi Syaid dan dia tertawa, dia mengatai aku fakboy dan akhirnya mengirimiku nomer yang benar, dan akhirnya, terjadilah percakapan aku dengan si Nurfitria, kosma kelas A.

Nurfitria berasal dari Ampenan, itu kata Syaid, dan taktik kami akhirnya dapat terlaksana dengan baik, yaitu dengan cara si Nurfitria akan datang terlebih dahulu guna menunggu dosen, terlebih agar ia tidak di prank sama pak dosen yang belum kita ketahui sifat dan wujudnya.

Aku akhirnya terjebak pada chat bersama si Nurul Fitriana juga si Nurfitria, si Fitria berkata bahwa dia kenal aku saat keakraban, mengatakan bahwa aku pernah berkata kating kami adalah tanda-tanda akhir zaman, namun aku tidak mengingatnya dengan baik, dan begitulah…

Paginya aku bangun, membawa buku bahasa Arab dan Tafsir Tharbawy, aku segera menuju ke kampus dan untungnya pak dosen belum sampai, beliau bilang akan datang nanti karena saat ini beliau sedang menuju ke MAN 1 Mataram.

Aku menuju ke gedung PGMI, mencari LPM namun tidak kutemukan sedikitpun tulisan yang berkata LPM, aku juga tidak menemukan menantu pak dosen yang menggunakan cadar, calon istriku hehehehehehe.

Dan waktu pun berjalan, Syaid datang, ia menyuruhku datang ke akademik dan disana, mereka berdua telah menunggu. Syaid seperti biasa, cool dan Nurfitria, cantik. Nurfitria adalah perempuan yang menggunakan cadar, jadi aku hanya bisa menatap matanya tanpa tahu bagaimana rupa wajah aslinya. Memang dulu aku pernah lihat, tapi lupa, dan bagiku, perempuan sebaiknya tetap misteri sampai ia menjadi milik suami.

Kami berbicara sepanjang jalan, dan semakin lama, aku merasa semakin menjadi nyamuk diantara mereka. Aku sampai khawatir apakah Syaid membawa obat nyamuk dengan melihat pergerakan tangannya, namun untungnya, tidak ada. Nurfitria juga nampaknya tidak membawa benda yang berbahaya, maksudku, bisa saja ia tiba-tiba membuka cadar dan ternyata ada obat nyamuk diantara giginya, seketika ia bersalto di udara dan melemparkan aku obat nyamuk yang berputar seperti shuriken.

Namun tidak apa-apa, semua aman terkendali, imajinasiku saja yang tidak. Setelah aku berani bertanya, kami menemukan LPM dimana, tempatnya cukup jauh jika kami berjalan sambil merangkak, akhirnya kami memutuskan mengambil motor dan segera menuju kesana.

Disana cukup canggih, ada lift yang akan membawa kita pada lantai ketiga, dan sebenarnya, aku takut lift, aku takut benda yang tiba-tiba bergerak, aku takut ketinggian, dan banyak hal yang kutakuti, namun menurutku, tidak ada yang lebih menakutkan daripada sakit hati.

Nurfitria sepertinya memang anak kota, ia segera mampu membawa kita sekejap mata ke lantai dua menggunakan lift yang ada. Dan disana, tertulis dengan jelas, LPM. Dan seperti kata Megan, itu adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Ah sial! Kenapa tidak Laporan Pertanggungjawaban Menantu? Aku bisa membayangkan aku langsung mendobrak dan banyak ukhti-ukhti yang siap dijadikan pasangan hidup, mereka akan menatapku sembari tersenyum malu, aku bisa membayangkan diriku berjalan seperti pangeran, duduk dihadapannya dan mengeluarkan cincin berlian dari saku celanaku.

“Menikahlah denganku…”

Lalu ia akan menatapku dari balik cadarnya, tersenyum manis menyembunyikan rona pipinya yang merah karena malu, kemudian dia akan bertanya.

“Mengapa harus aku?”

“Sebab aku temukan Sang Maha Pengasih dimatamu”

Terus aku akan membawanya keluar, dan diluar, Nurfitria hanya bisa bertepuk tangan, si Syaid akan menangis tersedu-sedu dan berteriak “Kenapa aku fakbooooi!” dan kami menikah dan bahagia. Tamat.

Yah, itu hanya ekspektasi, masalah yang terjadi ternyata tidak seperti itu, kami menunggu lama waktu itu, lama sekali, saking bosannya, aku memberanikan diriku untuk masuk atas usulan Syaid dan si Nurfitria, apalagi aku semakin berani karena ada kakak kelas yang masuk keruangan itu.

Aku menahan napas, perlahan tanganku maju perlahan menuju gagang pintu, aku menariknya kemudian kutemukan cahaya yang hampir membutakan mata….ah….inikah surga? Adakah disana ukhty-ukhty sebagai Laporan Pertanggung Jawaban Menantu? Namun belum aku selesai berhalusinasi, realitas membawaku pada tragedi dimana didepanku tidak ada satupun ukhti-ukhti, melainkan aki-aki[2].

Aku yang langsung masuk dan langsung sengap[3] semua pria paruh baya itu langsung menatapku. Pada ruangan itu, mata itu seolah mercusuar-mercusuar yang menyergap kancil yang mencuri ketimun. Aku diam. Ukhti-ukhti yang seharusnya semenarik Nanno[4] telah dikutuk menjadi kakek-kakek serupa Sugiono[5].

“Cari siapa dek?”

“Cari pak Ridwan pak”

“Oh, beliau belum datang”

“nggih pak, kalau begitu saya undur diri, assalamualaikum”[6]

Aku keluar dan segera menyemprot kedua kosma itu. Anjir memang, ternyata ruangan itu tidak seperti dugaan si Fitria yang mengatakan bahwa ruangan itu luas, memiliki bangsal-bangsal dan bagian yang bisa ditanyai, disana hanya ada orang, maksudku ruangan itu adalah kantor para dosen! Ngeri deh.

Apalagi ternyata disana tidak ada dosen perempuan yang setidaknya mirip Lisa Blackpink, tidak ada! Yang ada hanya dosen laki-laki, itupun tidak ada yang pink, black semua orangnya.

Akhirnya aku bertanya mengenai dimana pak dosen akan tetapi mereka tidak tahu, jadilah kami menunggu sekian lama sampai sore semakin menutup usia. Ketika sore semakin menjelang, Syaid dan Nurfitria pada akhirnya pamit ingin pulang, namun aku tidak mau pulang lebih dulu, aku mempercayai bahwa pak dosen akan datang.

Sore semakin menjelang, tidak ada satupun kabar, pesanku hanya di read pak dosen, orang-orang yang di kampus satu persatu pergi dan tidak kembali. Kampus menjelma kuburan yang begitu sepi, para satpam terlihat becanda mengisi kebosanan mereka, meninggalkan aku sendiri dalam kesendirian.

Akhirnya aku menyalakan motor, pergi menuju kosan Upa untuk saling berjumpa. Tidak lama sebelum aku memutuskan untuk pergi dan menatap sore yang akan menutup mata. Aku tahu bahwa dunia memang pengkhianat, akan tetapi jika semua dosen seperti ini, aku tidak mau dikhianati lagi.

Dan senja memeluk tubuhku yang hilang di permukaan jalan raya, menyalip kendaraan lain yang ditunggangi manusia yang pernah dikhianati jua.



[1] Njir, padahal AK-47 Adalah Senjata Teroris, bukan FBI wkwkwkkwkw

[2] Kakek-kakek

[3] Kaget sampai tidak bisa berbicara

[4] Seorang perempuan di Girls In Nowhere, film Thailand, katanya seru sih

[5] Tidak kuketahui nama aslinya, tapi kakek ini memiliki reputasi legend bagi para lelaki penyuka po*no

[6] Kalian nggak akan percaya aku berbicara sambil tangan menutup di bagian diafragma, aku menunduk seperti orang Jepang setiap kali ngomong, LOL deh pokoknya.

Saking gabutnya, aku pernah bikin video ini wkkwkwkwkwkw


Share:

0 comments:

Posting Komentar