Mengapa Nayla Alika Azmi Salah? Sebuah Catatan Pertarungan Komunikasi
Esai ini menjelaskan mengapa Nayla Alika dapat dinyatakan salah dan mesti meminta maaf. Dijabarkan secara struktrur dari latar belakang yang memuat masalah, pembahasan yang memuat penjabaran, dan penutup yang memuat kesimpulan.
Latar Belakang
Nayla Alika adalah seorang perempuan yang tanpa sengaja dipertemukan alam semesta beberapa tahun yang lalu. Tidak mengingat betul, namun perkiraan pertemuan dan perkenalan kami bermula diantara tahun 2023 dan 2024, disebabkan oleh kesamaan komunitas, yaitu Lombok Book Party. Nampak, terdapat kesamaan diantara kami, yaitu sama-sama menyukai membaca buku.
Perlahan, kami juga semakin dekat dan intens komunikasi. Sama-sama menceritakan tentang kehidupan atau saling menjelaskan perihal suatu hal. Akan tetapi permasalahan mulai muncul semenjak beberapa hal yang semestinya tidak menjadi masalah, menjadi masalah, dan alasan mengapa hal yang semestinya menjadi masalah menjadi masalah itu adalah keanehan, terutama untuk saya yang tidak peka.
Masalah yang saya maksud itu adalah masalah lamanya saya membalas pesan. Kadangkala pesan yang masuk dalam sosial media memang lama saya balas sebab satu, banyaknya pesan masuk, dua, kehidupan saya bukan hanya di sosial media, tiga, perasaan… pesannya udah saya balas deh, empat, efisiensi tenaga, lima, kerja dan beraktivitas, enam, tidak ada kuota, dan tujuh, kemerdekaan individu.
Akan tetapi hal ini kemudian menjadi masalah dan saya memakluminya. Sebagai gantinya, saya menyematkan pesan Nayla sebagai sarana berkomunikasi yang baik, bijak, benar dan wadidaw. Komunikasi pun berjalan lancar sampai tiba-tiba Nayla menjelaskan bahwa WA-nya disadap sehingga si penyadap bisa mengetahui pesan-pesan yang masuk kedalam WA-nya. Saya menyarankan untuk membuka Youtube, namun ia menolak karena kuotanya tinggal 2 GB. Saya kemudian menyarankan untuk menggunakan uang di DANA, namun ia menolak.
Ini perempuan maksudnya apa dah…
Sampai suatu ketika pada minggu tersebut saya pulang dari Mataram ke Bajur, Bajur ke Praya dan Praya ke Kopang, selain itu saya mengejar beasiswa dengan keluarga yang tidak merestui, menjadi pemateri di sebuah organisasi yang kini terpecah, dan pada momen itu, dengan tubuh yang capai sebab berkegiatan, saya menemukan sebuah pesan masuk di SMS yang menanyakan kabar (dari Nayla), dan kemudian saya jawab;
ngantuk.
Tidak ada balasan dimanapun, baik di media sosial atau di media nasional. Sebab mengantuk dan capai, saya memutuskan untuk tidur. Namun ternyata, itu adalah masalah baru.
Oleh sebab itu, tulisan ini menjelaskan secara singkat disertai tuntutan beberapa poin, yaitu satu :
1. Saya tidak bisa dikatakan bersalah dalam kasus ini
2. Nayla Alika salah secara total dan harus klarifikasi dalam bentuk video
Pembahasan
Komunikasi adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia sebab hanya dengan komunikasi manusia bisa memahami sesamanya. Tidak hanya manusia, baik itu burung dan hewan-hewan, bahkan jamur sampai pohon pun berkomunikasi. Belakangan, penelitian menemukan fakta bahwasanya pohon berkomunikasi melalui akar mereka yang mana membuat kenyataan menghebohkan sebab ternyata tindakan-tindakan manusia di zaman lampau yang mempercayai alam berkomunikasi dengan caranya adalah hal yang benar.
Namun seiring berkembangnya kehidupan manusia, seiring itu pula komunikasi beradaptasi dan terkadang memendek untuk menunjukkan efisiensi. Rhenald Kasali dalam The Shifting menjelaskan bahwasanya kehidupan manusia kedepannya mengacu pada platform (Kasali, 2018). Pendapat Kasali ini dapat kita temukan di zaman sekarang yang mana manusia hidup di dalam media sosial dan terpolarisasi di dalamnya.
Whatsapp hingga saat ini menjadi salah satu platform media sosial yang paling digemari dan dibutuhkan sebab menawarkan efisiensi. Dibandingkan platform selainnya seperti Tiktok dan Instagram, Whatsapp berfokus kepada komunikasi sementara lainnya berfokus pada entertainment atau hiburan.
Terlepas dari hal tersebut, manusia adalah manusia yanga mana kehidupannya tidak hanya berbasis kepada media sosial belaka, melainkan kehidupan nyata. Kendati wawasan akan Metaverse yang digagas Mark Zuckenberg memberikan kita sedikit pandangan akan masa depan, namun nyatanya manusia lebih cenderung hidup di kehidupan nyata dan menikmati apa yang ada di dalamnya.
Oleh sebab itu, adalah hal yang tidak adil untuk menilai manusia berdasarkan kehidupan media sosialnya tanpa mengetahui kehidupan nyatanya. Orang yang memposting hal-hal menyenangkan di media sosial belum tentu benar-benar senang di kehidupan asli mereka, Davidowits dalam Everybodies Lies mengemukakan bagaimana manusia baik di kehidupan asli dan maya jauh berbeda sebab kebanyakan manusia di media sosial menunjukkan sisi palsu mereka, atau hematnya, berpura-pura.
Sementara itu, majunya dunia teknologi juga semakin membentuk umat manusia efisien dalam bekerja maupun berbicara. Terjadi penyingkatan besar-besaran dalam berbagai aspek kehidupan berkomunikasi manusia dan kemudian dilabeli dengan bahasa gaul. Sony Tan dan Suherman (2020) menyebut proses normalisasi semacam ini sebagai new normal, yang mana pada awalnya semua kebiasaan tersebut ditentang namun kemudian banyak yang setuju dan menggunakannnya sehingga menjadi kebiasaan. Dalam komunikasi, istilah panjang correct me if I am wrong disingkat CMIIW, for your information sebagai FYI, dan banyak lagi yang lainnya.
Dalam permasalahan kasus dengan Nayla, hal ini juga merupakan hal yang serupa. Pertama, sebagaimana Davidowits yang menjelaskan bahwa kehidupan media sosial tidak bisa menjadi acuan kehidupan asli manusia, maka tidak bisa juga kita nilai manusia serta kondisi-keadannya berdasarkan ‘chat’ belaka. Kedua sebagaimana fenomena penyingkatan kata yang terjadi, bukan berarti menjadi sebuah bentuk ketidaksukaan atau benci.
Sangat perlu digarisbawahi bahwasanya permasalahan yang terjadi merupakan kasus salah tangkap atau misintepretasi Nayla terhadap chat yang saya berikan. Pada pertengahan Februari kesibukan saya memang banyak, tidak hanya menjadi pemateri, namun juga ikut andil dalam kegiatan-kegiatan menyelamatkan literasi bangsa. Belum lagi masalah mental yang diawali keluarga-keluarga di rumah.
Melalui komunikasi di media sosial, setidaknya ada beberapa hal yang menjadi misintrepertasi Nayla. Beberapa diantaranya adalah melaui SMS sebagaimana berikut:
![]() |
Gambar 2.1 Komunikasi dengan Nayla Alika via SMS, dan dia tidak membalas pesan |
Pada gambar 2.1 tersebut dapat diketahui bahwasanya kami masih melakukan komunikasi. Jum’at, 7 Februari pukul 21.54 saya menjelaskan bahwasanya saya masih memiliki acara dan kemudian menanyakannya ‘apa kamu nggak apa-apa?’, dan dia tidak menjawabnya. Ya, dia mengacangi saya. Kedua, pada Kamis, 13 Februari, tepatnya pukul 14.56 saya bertanya ‘Kamu nggak apa-apa?’ dan tidak dibalas. Benar, saya dikacangi kembali. Dan pada 18 Februari, tepatnya hari Selasa pada pukul 20.38 dia mengechat kembali TANPA MEMBALAS PESAN-PESAN SAYA SEBELUMNYA dengan mengatakan ‘kakak oke kah?’. Sebagaimana saya kemukakan sebelumnya, kehidupan media sosial tidak bisa menggambarkan secara penuh kehidupan nyata, maka saya menjawab ‘ngantuk’, yang mengindikasikan bahwasanya saya capai dan mau istirahat. Namun apa yang terjadi kemudian? Tidak ada balasan pesan. Sebab tidak ada balasan pesan, saya kemudian mengechatnya ‘halooo’ dan tidak ada balasan lainnya.
Dalam SMS yang lain, dengan nomor yang berbeda. Pada hari Rabu, 19 Februari, pukul 11.06 Nayla Alika kembali memberikan pesan dan menanyakan kabar, ‘are you okay?’, dan saya jawab ‘fineeeeee’. Tidak ada pesan berikutnya sampai pukul 16.46, yang memberikan pesan ‘aku kurang sehat kunyuk’ yang mengindikasikan bahwa ia sedang sakit dan kemudian saya balas pada pukul 20.21 ‘ya mana tahu’. Namun sebab tidak ada pesan lanjutan, saya mengingatkannya untuk istirahat pada pukul 22.03 (kurang baik apa saya coba?).
![]() |
Gambar 2.2 Komunikasi via SMS lainnya dengan Nayla |
Sementara di kehidupan media sosial, Whatsapp misalnya, saya cenderung mengasingkan diri dan menonaktifkan Whatsapp sebab gempuran keluarga. Sementara Instagram fokus pada pengembangan akun berbasis meme. Selain itu, Whatsaapp Nayla Alika juga sempat kena hack atau sadap, yaitu pada tanggal 17 Februari 2025. Hal tersebut membuat komunikasi pada akun Whatsappnya yang satuan tidak bisa digunakan. Akhirnya, komunikasi pun menggunakan satu akun. Namun, pesan berakhir semenjak saya bilang bahwa saya masih ada kerjaan. Tidak ada balasan lagi setelah itu.
![]() |
Gambar 2.3 Bukti bahwa saya cepat membalas pesannya disertai keterangan yang jelas |
Balasan berikutnya terjadi pada akun yang sudah di hack tersebut, tepatnya pada hari Minggu, 23 Februari dengan pesan sekali lihat. Setelah saya balas, Nayla kemudian memberikan long text panjang statemennya, berikut pesannya:
sekarang mau keluarin alasan apa lagi? sibuk? ngantuk? infj? apa? coba sekali kasih adek alasan yang bisa adek terima lagi, yang bisa adek maklumi lagi. Dibanding adek, lebih sibuk siapa? adek mana kuliah, mana kerja, mana urus ponaan, tugas adek juga menumpuk, tapi kalau untuk kakak adek ada. Adek di atas gunung merapi, di tengah gawean badaruwihi saja adek bakal tetep cari kakak, gimanapun caranya. Ngantuk? dibanding adek siapa yang lebih ngantuk? adek juga ngantuk seharian kecapean beraktivitas malamnya insomnia, siapa yang lebih ngantuk?. INFJ? kita sepakat kok kakak INFJ, dan adek sangat bisa maklumi itu, tapi sampai kapan? ...Padahal, adek selalu bilang setiap kita begini, setiap adek merasa keberatan, setiap adek merasa tertekan dengan sikap kakak yang adek anggap "seenaknya" ini, kalau kakak mau bilang nggak juga bilang, biar adek tahu adek posisikan diri gimana, tapi kakak ngga jawab itu. Ok, adek anggap kakak 'mau' makaknya kakak lanjutkan. Tapi yang namanya anggapan ngga selalu benar, sekarang jadi lucu kan? hatinya untuk orang tapi sama kita, apa iya pelampiasan? lucu kan?
kita sepakat kalau adek masih berfikir anak-anak, kita sepakat kalau adek 17 tahun, kita sepakat adek ga paham apa-apa, kita juga sepakat adek ngga bisa menjadi 'standar' yang kakak pengen. Tapi, seandainya kakak tahu..apapun untuk kakak, adek tetap usahakan, adek selalu coba..itu karena apa? karena adek sangat sayang kakak, kakak tau dirinya di sayang, malah makin begini.. seenaknya, terlalu sering adek kasih toleransi, terus kakak pikir adek ngga bisa sakit hati begitu?... Bukan karena adek kecil, lalu adek ngga ngerti hal ini, bukan..
adek sewaktu-waktu juga bisa capek kayak kakak, bisa ngantuk, dan bisa jadi introvert lagi, tapi untuk kakak, apapun itu.. I'll try. Adek bahkan sering kesampingkan perasaan sendiri hanya sekedar untuk maklumi sikap kakak yang entah akan menerima diri sebagai 'infj' sampai kapan. Dulu, kalau belum siap direpotkan ngapain mulai? bukankah kakak yang memulai? ada apa? gabut? ga ada kerjaan lain? penasaran? apa mungkin di orang lain kakak juga begini?
sekarang ngomong aja deh, jujur aja deh, sebenarnya kakak melanjutkan semua ini untuk apa? ngapain? dan kenapa? di orang kakak bisa jujur, di adek kenapa ngga bisa kan?
biar adek ngga begini-begini terus...adek mau bilang capek, ini mungkin kata ke "4536272625338374638" yang kakak denger. Jadi ya udah, mau gimana lagi...adek capek itu, Iya. Tapi ngga ngomong juga lebih cape..mau adek ngomong ngamuk-ngamuk, perengat perengut kayak kemaren juga sama aja..kakak masih sama.. sekarang ngomong aja deh..biar kita sekali-kali berhenti, ga ada ujungnya begini. Jangan seenaknya terus...
Oleh sebab itu, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi. Hal ini juga menjadi closing point yang menjelaskan saya tidak bersalah, dan Nayla Alika Azmi, bersalah.
1. Nayla Alika Azmi, Misinterpretasi
Nayla mempercayai bahwa saya tidak menyayanginya bila saya tidak memberikan pesan sebagaimana ia memberikan pesan. Pesan ‘ngantuk’ yang saya berikan diinterpretasikan sebagai sebuah pesan menghujam dan benci, padahal maksud saya ‘iyaaa, nanti dulu aku balas pesannya, aku ngantuk sebab capek jadi aku mau tidur dulu, luuuuv muaaach’
2. Nayla Alika Azmi, Tidak Konsisten
Keberadaan dua akun membuat Nayla sebenarnya tidak konsisten, terlebih ketika akun komunikasi satuan di hack, sudah jelas saya akan komunikasi dengan akunnya yang satuan, namun jika pesan di akun yang tidak di hack hilang dan tidak menjawab? Macam mana? Disinilah ketidakonsistenan itu. Misalnya saja, jika pesan di akun yang di hack tiba-tiba muncul, bagaimana kita tahu bahwa itu Nayla atau bukan? Bagaimana itu bukan Nayla tapi ternyata tukang Nasgor yang ternyata intel dan menculik Nayla?
3. Nayla Alika Azmi, Kerasukan Iblis
Poin ini terlihat bercanda, namun ini benar adanya dan saya bisa memberikan buktinya. Pada suatu malam Nayla mengechat saya dan cerita bahwa ia tidak bisa tidur karena diganggu oleh jin, dan pesan berikutnya, ia menjelaskan bahwa iblis itu ‘masuk melalui hidungnya’, dan pesan berikutnya dihapus total.
![]() |
Gambar 2.4 Bukti bahwa setan/iblis masuk melalui hidungnya Nayla Alika Azmi |
Berdasarkan fakta tersebut, besar kenyataan bahwa sebenarnya Nayla Alika Azmi sedang dirasuki oleh iblis. Pesan-pesan yang dihapus adalah bukti bahwa Nayla membutuhkan pertolongan namun sebab ia dikontrol oleh iblis, ia menghapus semua pesan itu. Pesan ‘ini dia masuk ke hidung adek’ adalah kesadaran terakhir Nayla sebelum dikendalikan oleh iblis. Turut berdukacita, Nayla.
Bagaimanapun juga, saya selalu membalas pesan Nayla, kendati tidak langsung dan membutuhkan waktu. Hmmmm.
Penutup
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa saya tidak bersalah, namun Nayla Alika Azmi, bersalah. Terdapat beberapa alasan mengapa Nayla bersalah, yaitu satu, tidak konsisten, misinterpretasi, dan tentunya, kemasukan iblis.
Oleh sebab itu saya menyarankan Nayla untuk di ruqyah, sebab kita tidak tahu apakah ia benar-benar Nayla, ataukah jin? Ataukah masih di kontrol Iblis? Selain itu, saya memberikan tuntutan kepada Nayla untuk memberikan video klarifikasi dan menyatakan bahwa dirinya bersalah.
DAFTAR PUSTAKA
Njir, ada daftar pustakanya WKAKAKKAKA
Ciee yang baca sambil senyum tapi kesel, WKAKAKAKAK
![]() |
Ada-ada saja. |
0 comments:
Posting Komentar