Tampilkan postingan dengan label 2025. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 2025. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 Juli 2025

Rabu, 25 Juni 2025

glimpse

Dalam ketidakpastian, dan kebingungan memilih apa diantara yang mana. Namun hidup harus terus bergerak. Pun juga, kalah adalah bagian dari hidup, mesti diterima dengan selapang lapangnya.


Share:

Selasa, 24 Juni 2025

Selamat Menikah Bq. Lina Hayati

Lina menikah hari ini, untuk kalian yang tidak mengenalnya, dia adalah temanku ketika SD, anak yang selalu berada di posisi pertama kelas, disusul Yupita dan Yati Sukma. Rankingku? Nyempil kek tahi gigi.

Hal yang unik adalah, bahwa beberapa hal seperti bocil Velocity, nama Lina yang sebenarnya Auksar apalah, dan kedatanganku yang ternyata cuma sendiri. Kan lucu. Kalau fotoan bisa kek nyamuk, bahkan bisa dianggap orang ke 3.

Yang datang juga kek syeikh-syeikh atau orang alim. Seperti penghafal Al-Quran, itu tamu cowok. Tamunya Lina? Benar. Sebab ia menggunakan cadar, maka tongkrongannya orang yang mengenakan cadar juga. Hal ini jauh berbeda denganku yang hanya mengenakan kemeja, hampir pengen pinjam cadar untuk bisa fotoan sama mereka.

Hingga saat ini, aku masih nunggu temen. Kok nggak muncul-muncul. Dahlah, namanya juga hidup.

Quote yang kudapat hari ini : lelaki yang baik adalah yang baik kepada istrinya. Jika orang mengatakan bahwa lelaki itu tidak baik, tetapi istrinya mengatakan dia baik, maka sungguh lelaki itu baik. Begitupula sebaliknya.

see? So many jubah panjang people.
Share:

Senin, 23 Juni 2025

Masih Bertanya

Perang sudah ada di depan mata, nampak sudah tidak bisa dihindari lagi. Pengeboman Amerika ke Iran bisa menjadi pemicu yang baik. Pertanyaannya, apakah sebaiknya aku ikut militer untuk belajar disiplin? Atau ikut perang karena aku merasa hidupku kurang menantang dan berarti?

Kadangkala aku merasa semangatku ketika saat remaja menuju dewasa, mungkin SMA ke S1 awal begitu membara. Aku pernah menulis 300+ lebih esai waktu itu, hanya saja sekarang aku merasa berkarat. Kupikir, memiliki tempat untuk memacu diri, menghancurkan diri sendiri, mati, bukanlah ide yang buruk bukan?

Pun juga, aku ingin tahu apakah aku benar-benar memiliki jiwa, beberapa rasanya terasa kosong. Aku butuh sebuah tempat untuk hidup kembali. Tetapi, aku tidak tahu. Dimana tempat itu, dapatkah kita menciptakannya?

Masih bertanya-tanya.
Share:

Minggu, 22 Juni 2025

Sebuah Catatan 21-23 Juni

Kadangkala, aku hanya bisa meminta maaf pada diriku sendiri. Pun aku tidak tahu mengapa, hanya karena aku terlalu keras? Atau hanya karena aku terlalu malas. Aku tidak bisa membedakannya. Harapanku, kedepannya akan lebih baik.

Catatan ini aku tulis 24 Juni, 2025, tepatnya hari Selasa. Kemarin sempat ada informasi bahwa Bq. Lina Hayati menikah dengan Erick, dan pernikahannya akan dilaksanakan hari Rabu besok, 25 Juni.
Catatan sebelumnya, 21-23 Juni, tertulis:

Belakangan aku ketagihan bermain Zombie Forrest 3, gamenya cukup unik, sayangnya bukan tantangan yang baik untukku. Aku segera mampu menamatkannya dalam beberapa hari, bahkan melalui aplikasi Stayfree, aku pernah memainkannya lebih dari 4 jam sehari, bahkan 8 jam 33 menit 39 detik pada 21 Juni 2025. Yeah, begitulah. Tetapi 23 Juni kemarin, aku menghapusnya. 

23 Juni kemarin juga, aku membuat video bersama bocil untuk melengkapi video membaca nyaring. Hasilnya, mengecewakan. Kenzhie pargoy di depan kamera, anak-anak susah fokus. Ah shibal! Video kedua lebih hancur lagi, dan dua hari lagi, aku butuh sebuah buku cerita, dan tiga anak untuk didongengkan.
Share:

Selasa, 17 Juni 2025

Betapa Rindu Kadangkala Muncul Melalui Tabir Waktu

 

Pun kadangkala aku memikirkannya. Aku memikirkan sekaligus merindukan bagaimana aku dulu bisa menulis banyak kata, merindukan bagaimana ketika aku masih di pondok mampu menulis ragam tulisan dan karya. Memang, aku berkembang, beberapa prestasi aku toreh, tetapi rindu itu tidak bisa aku bohongi. Aku mengingat malam-malam di Pena Santri, ketika aku menulis dan menyelesaikannya ketika shubuh mulai datang, mengemas barang, dan berangkat untuk sholat shubuh berjamaah.

 Aku merindukan masa-masa yang mana kita hanya perlu menikmati apa yang ada, sebuah tempat kita merasa cukup. Sementara kini, kurasa, kendati tidak benar-benar peduli, tuntutan itu semakin ada disana-disini. Ia mengepungku seperti hyena mengepung kelinci. Aku tak bisa mengelak. Pun juga, tidak ada pilihan selain melawannya. Berdiri, menghadapinya.

Malam ini pukul 12:57, sembari menulis ditemani Fahmi yang sedang bermain Mobile Legend, dengan lagu Andra and The Backbone ‘Sempurna’, dan tarian-tarian jari di atas keybord ini, aku kembali merindu.

Betapa kenangan masa lalu seringkali muncul melalui tabir-tabir waktu, yang tersingkap dalam memori, melalui gambar dan orang-orang. Melalui cerita dan titik-titik waktu.

Kadangkala, aku ingin kembali ke masa-masa itu, tetapi waktu mesti terus bergerak maju.

 

Share:

Jumat, 25 April 2025

Membuat Laporan Observasi

Belakangan banyak yang memberikan pesan dan bertanya tentang ‘bagaimana melakukan observasi di sekolah?’, kemudian, pertanyaannya adalah bagaimana formatnya?. Well, kedua pertanyaan tersebut sebenarnya tidak sulit-sulit amat, namun sekiranya perlu diketahui biar tidak salah tulis biar hasilnya manis, uhuy!

Pertama, kita akan membahas dulu pertanyaan yang pertama; Bagaimana melakukan observasi?

Hal pertama yang harus dilakukan adalah bertanya kepada diri sendiri atau melihat tugas yang diberikan terkait ‘hal yang akan diobservasi’. Dalam melakukan observasi tugasnya bisa macam-macam, apakah yang diobservasi adalah cara mengajar guru? Kelengkapan sekolah? RPP atau Silabus? Pelaksanaan program sekolah? Kesiapan siswa atau murid? Atau barangkali tukang cilok yang mangkal di depan sekolah? 

Hal tersebut perlu diperjelas agar jangan-jangan tugasnya adalah mengobservasi guru di sekolah tapi yang dilihat adalah tukang mamang cilok yang ada di depan sekolah. Kenapa penting? Satu, nanti nilai bisa jeblok. Kedua, nanti mamang ciloknya bisa ge’er.

Jadi perlu ditahu dulu hal yang perlu di observasi. Jika yang di observasi adalah sekolahnya? Maka observasinya juga banyak, namun bisa sekali turun. Data bisa diminta di TU sekolah, foto-foto bisa di ambil sendiri, dan RPP maupun silabus juga diminta.

Namun jika yang di observasi adalah cara mengajar? Maka itu beda lagi. Perlu adanya cheklist tentang bagaimana guru mengajar. Apakah ia menggunakan RPP? Apakah gurunya interaktif? Apakah gurunya memiliki manajemen kelas yang bagus? Apakah murid suka dengan penjelasan guru? Banyak. Jika murid yang di observasi, juga bisa dengan pertanyaan-pertanyaan sejenis.

Maka dari itu, perlu tahu secara jelas ‘hal yang di observasi’.

Untuk memperjelas hal yang di observasi, maka perlu sekiranya dibuat LEMBAR OBSERVASI.

Jadi, pembahasan kedua adalah tentang lembar observasi.

Simplenya lembar observasi mencakup hal-hal yang terdapat saat melakukan observasi, wujudnya bisa macam-macam, misalnya dalam bentuk cheklist ada/tidak, atau bisa juga sering/kadang-kadang/tidak pernah, atau iya/tidak. Bisa dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, dan lainnya.

Lembar observasi memang mencakup hal yang di observasi, dan pengisiannya bisa nanti saat membuat laporan, bisa juga saat di tempat.

Ketiga, Bagaimana menyusun hasil Observasi?

1. Cover yang berisi logo UIN, Nama observer dan NIM (Pastikan ini ada biar dosennya tidak bingung kasih nilai siapa), dan tentu saja Fakultas dan Prodi kita tercinta.

2. Halaman pengesahan (Kalau ada)

3. Kata Pengantar 

4. Daftar Isi

5. Lampiran (Saya tidak tahu lampiran diletakkan paling depan atau paling belakang observasi, yang jelas taruh saja) Dalam lampiran inilah ditaruh foto-foto observasi. Misalnya data murid, data guru, piagam sekolah, sesi wawancara, murid, bebas. Kalau mau taruhin foto kamu pelukan sama pacar juga boleh, tapi nilainya anjlok ayayayayyaya

6. BAB I PENDAHULUAN, Bab ini berisi Latar Belakang, Tujuan Observasi, Manfaat observasi (Misal, mahasiswa bisa mengetahui/memahami), dan tempat observasi.

7. BAB II Hasil Pelaksanaan Observasi, Disini ditulis hal-hal yang telah di observasi berdasarkan lembar observasi. Apakah wawancara soal iya/tidak, apakah sering/kadang-kadang/ jarang atau tidak pernah? Bebas.

8. BAB III : PENUTUP yang mencakup kesimpulan dan saran


Bisa tidur deh!

Begitulah.

Kalau salah gimana kak?

Santuy aja, namanya juga belajar.

Tugas itu yang penting jadi, kalau salah? Yaaaa, namanya juga belajar.

Kuncinya satu; dengerin dosen.


Filenya bisa di download disini (Nggak menjamin laporannya benar, namanya juga dibuat pas masih seumuran kalian, wkakaka): LINK DRIVE LAPORAN.  

 

 


Share:

Kamis, 24 April 2025

Pagi ini Aku Awali Dengan Rindu

Pagi ini aku awali dengan rindu, pada pukul 05:37 aku sedang mengetik tulisan ini setelah sebelumnya menyeduh secangkir susu dan sebelumnya lagi membaca buku Cara-Cara Terbaik Mengajarkan Matematika yang ditulis Randi Stone.

Hanya saja kerinduanku kepada sang ayah muncul, barangkali buku matematika itu menjelaskan sebuah skema bagaimana ayahku jago matemtaika, sementara aku harus berjuang habis-habisan untuk mempelajarinya. Barangkali juga karena pagi ini aku duduk sembari menikmati keadaan, dan bahwasanya hidup mesti disyukuri.

Hanya saja aku merindukan ayah kendati ia telah pergi. Aku merindukan senyum atau ucapan-ucapannya, aku merindukan segala hal-hal yang berkaitan dengan dan merindukan bagaimana cinta yang semestinya aku ungkapkan tidak akan mungkin lagi bisa aku sampaikan. Bahkan jutaan bunga di atas batu nisan tidak akan mengubah kenyataan bahwa orang yang kita cintai telah pergi.

Pagi ini aku awali dengan secangkir susu dan sekelumit rindu. Perasaan lainnya adalah ketakutan aku terhadap IELTS yang akan segera aku laksanakan. Aku sangat taku bilamana aku akan gagal, aku dipenuhi keraguan, namun baarangkali takut dan ragu adalah bagian dari hidup yang harus aku tapaki. Sebuah langkah—bagaimanapun jua—harus tetap dilakukan. Barangkali aku juga akan terluka dan terseok-seok, namun hidup adalah hidup, dan sebagaimana mimpi yang dipertaruhkan, ia hanya bisa didapatkan bilamana kita memenangkannya.


Share:

Jumat, 18 April 2025

Suatu Saat Jika Aku Menikah Nanti….

 Suatu Saat Jika Aku Menikah Nanti….

Jika suatu saat aku menikah, aku ingin membeli kasur yang empuk untuk istriku, mungkin cukup besar untuk kami, mungkin juga cukup untuk kami bermain. Aku ingin kasur itu empuk agar kami bisa tidur nyaman, agar istriku bisa istirahat, dan agar istriku bisa bangun dengan perasaan penuh sukacita. 

Suatu saat jika aku menikah nanti, aku akan terbangun dengan melihat orang yang paling cantik sedunia, yang ada disampingku, yang ada dihadapanku. Kala aku membuka mata, aku akan menjadi orang yang paling bersyukur sebab bisa menjadi milikmu, dan bersyukur sebab diantara jutaan lelaki yang bisa kamu pilih, kamu memilih aku. Barangkali aku juga akan iseng mencium bibir atau keningmu, atau mungkin meletakkan tangan kananku di pipimu.

Sautu saat nanti jika aku menikah, aku ingom sebuah mesin cuci yang bisa mengeringkan pakaian-pakaian basah. Aku ingin kegiatan mencuciku lebih efektif, aku ingin kegiatan lain bisa kita lakukan dengan lebih cepat. Aku ingin kita menjemur baju, dan aku harap sinar matahari bisa menjangkau kita berdua sebab aku ingin lebih sehat jika bersamamu. 

Barangkali, entah teras, ruang tamu, atau meja makan. Aku juga ingin memilikinya. Aku ingin kita menghabiskan makanan dan santap-santap berdua disana. Jika pada akhirnya meja makan itu tidak bisa kita miliki, jika ternyata rumah kita terlalu kecil untuk sebuah meja. Aku ingin kita makan satu lantai bersama. Kamu dan aku, dengan lauk pauk, dengan nasi hangat yang baru kita ambil dari rice cooker, dengan sayur bayaram dan brokoli, dengan senyuman kamu di hari itu, ah, indahnya…

Suatu saat nantu jika aku menikah, aku ingin kita lebih banyak berkomunikasi dan berbicara, aku ingin kita  lebih banyak menunjukkan cinta dan tak malu-malu saat melakukannya. Aku harap aku bisa sedikit lebih romantis karena aku orangnya kaku dan kikuk, namun aku ingin tetap bersyukur setelah aku memiliki kamu, hidupku jadi lebih bewarna pelangi dan merah jambu.

Jika pada suatu saat nanti aku pada akhirnya menikah. Aku ingin kamu tahu bahwa barangkali aku masih sempat berpikir bahwa kau  akan jauh lebih bahagia jika bersama orang lain, hal yang kadangkala membuatku sedih dan gundah, dan mulai mempertanyakan, apakah aku bisa membuatmu lebih bahagia dibandingkan kemarin? Aku ingin tahu apakah tujuanku menikah sudah benar; bahwa tujuanku adalah untuk membuat kamu bahagia, dan aku ingin , kebahagaiaan itu cukup untuk kamu, cukup untuk aku, cukup untuk siapapun yang ada di rumah ini, dan cukup untuk siapapun yang terlahir dari rahimmu.

Suatu saat nanti jika aku menikah, aku berharap memiliki rumah yang tidak terlalu besar, namun tidak juga terlalu kecil. Sebuah rumah yang pas dengan tanah-tanah yang bisa kita tanami tumbuhan cabai atau mungkin pohon-pohon jambu. Jika boleh, aku ingin menanam durian atau alpukat, dan jika boleh juga, jeruk atau rambutan. Aku bukanya ingin membuat rumah kita seperti hutan, aku hanya ingin bahwa di masa tua kita, kita masih bisa hidup santai, tanpa harus terlalu peduli dengan riauh riuhnya dunia yang selalu bergerak cepat dan mempermasalahan hal-hal sepele.

Suatu saat nanti jika aku menikah denganmu, aku berharap bahwa kita bisa melalui kebosanan -kebosoanan yang akan ada, barangkali ia muncul tiap hari dan tiap waktu, namun harapanku adalah aku ingin kita bisa melewatinya dan sadar bahwa sebuah hubungan panjang tidak hanya diisi oleh keseruan-keseruan belaka, melainkan juga ketahanan kita akan kebosanan, dan bagaimana kita berupaya untuk terus bersama.

Sauatu saat jika aku menikah nanti, aku berharap bahwa uangku cukup untuk membeli hal-hal yang kita butuhkan, hal-hal yang bisa membuat kita tidak terlalu bekerja keras untuk uang, hal yang bisa membuat kita tidak terlalu khawatir akan esok hari, hal yang membuatku ingin hidup untuk saat ini, di tempat ini, bersamamu.

Barangkali aku juga akan belajar bagaimana bisa romantis bersamamu, dan aku harap sebagaimana aku yang menerima kamu dengan masa lalumu, kamu nisa menerima aku dengan masa laluku.

Dan dosa-dosa, semoga menjadi hal yang kita tinggalkan di esok hari. Hari ini, aku ingin lebih lama bersamamu.

Dan jika suatu saat nanti aku menikah denganmu, aku ingin lebih banyak ruangan untuk buku-buku, mungkin juga tempat baca. Sofa empuk? Aku harap bisa memilikinya. Sebuah tempat dimana kita bisa membaca buku, dan kamu akan ada di pangkuanku.

Aku ingin rumah ini diisi cinta yang banyak namun cukup. Cukup untuk aku dan kamu, untuk orang lain, dan cukup untuk siapapun yang ada di Bumi.


Share: