Minggu, 10 September 2023

Hari Ini Aku Adalah Kegagalan

 

Hari ini aku adalah kegagalan, aku mengebut dari Mataram menuju Kopang dan berharap dunia bisa secepatnya berakhir. Aku berharap dunia ini juga berakhir, juga berharap bagaimana kehidupan yang sedang aku jalani berakhir juga.

Aku adalah wujud asli dari kegagalan itu, sebab mimpiku yang besar menamparku dengan keras, membuat diriku terjatuh pada aspal dan segera dilindas truk. Impianku yang besar, duniaku yang hancur ingar bingar.

Hari ini aku adalah kegagalan, kulihat teman-temanku telah memiliki judul proposal dan aku tertinggal. Kulihat teman-temanku telah bersiap untuk seminar proposal dan disinilah aku tertinggal. Memang benar proposal bukanlah segalanya, namun aku merasa gagal.

Pada malam-malam yang panjang aku merasa kerdil di dunia yang kecil. Merasa kalah diantara pertarungan manusia-manusia yang berotot gajah. Aku merasa terinjak-injak dan berharap kegelapan segera menelanku, menghancurkan diriku yang tidak layak untuk dicintai. Mati dilumat kenyataan, dimakan oleh keadaaan, ditelan malam, dibunuh.

Duhai malam yang panjang dengan segala kenyataan pahit yang dimiliki, tidak bisakah semuanya berakhir saat ini? Sebab kegagalan-kegagalan yang mendatangiku, menertawai, meledekku. Diangkatnya pantatnya dan dikentutinya aku, dibasuhinya aku dengan lumpur hitam bak jelaga dari entah berantah; mengabadikan aku menjadi kegagalan.

Ya ampun Azis, kamu tidak akan pernah menjadi apa-apa, dan tidak akan pernah bisa menjadi apa-apa. Semua impian yang kamu miliki tidak akan pernah memiliki tempat di Bumi ini, dan semua kebaikan yang kamu berikan hanyalah ilusi yang kamu ciptakan sendiri.

Kamu adalah kegagalan Azis, tidak ada gunanya kamu berjuang. Pada malam ini kamu mencari mati, berharap dilindas truk, berharap ditabrak jutaan kendaraan. Lihat? Bahkan mati pun kamu gagal, sebab apa? Benar, sebab kamu adalah wujud dari kegagalan itu sendiri.

Apa yang kamu perjuangkan, apa yang kamu pertahankan, semua akan hancur didepan matamu dan kamu akan menjadi pengemis yang akan meminta-minta validasi, namun hal itu juga gagal terjadi sebab kamu adalah kegagalan itu sendiri.

Kamu tidak pernah diharapkan di dunia ini, Azis. Kamu dengar apa kata ibumu? Tidak pernah ia rasakan rasa sakit ketika mengandung kakak-kakakmu, tapi kamu membuatnya sakit. Kamu membuat ibumu kesakitan, kamu memaksa Tuhan untuk hadir ke Bumi disaat Tuhan tidak sudi menciptakan kamu.

Terimalah! Kamu adalah kegagalan, dan berhentilah berjuang. Kamu lebih layak untuk tidak pernah ada, lebih layak untuk mati dan terbunuh, ah tidak, kamu bahkan tidak layak untuk mati dan terbunuh sebab kematian bahkan tidak sudi untuk menerimamu.

Hari ini kamu adalah kegagalan, dan esok kamu juga adalah kegagalan itu sendiri. Hari ini kamu hanyalah mahasiswa bodoh yang bahkan tidak bisa menentukan judul proposal. Kamu tolol, kamu goblok, tidak ada jatah kesuksesan yang diberikan Tuhan kepada kamu sebab KAMU AKAN SELAMANYA MENJADI KEGAGALAN ITU SENDIRI.

Matilah Azis, kenapa kamu hidup? Kenapa kamu harus dilahirkan? Kamu hanya menjadi beban untuk kehidupan ini, kepada orang lain, bahkan kepada diri kamu sendiri. Kamu sebaiknya tidak pernah ada, kegagalan seperti kamu mestinya tidak pernah tercipta. Kamu bodoh, tolol, dan dungu. Mengapa kamu harus ada?

Menyerahlah, bunuh impianmu.

Dalam dunia yang panjang ini, kamu tidak ada gunanya.

Bahkan proposal untuk skripsi saja kamu nggak mampu.

Bahkan nyari referensi 10 judul buku saja kamu nggak mampu.

Kamu payah, bodoh, dungu, tolol, goblok.

Tidak pernah ada satupun orang yang akan menerima kamu di dunia ini, sejauh manapun kamu berjalan, sejauh apapun kamu melangkah, kamu hanya akan menemukan kegagalan.

Sebab kamu adalah kegagalan itu sendiri.

Share:

Mogre VS Motor-Motor Kampret

 

Sehabis RTAR dan menyelesaikan tugas di kosnya Amoepa, aku kem udian memaksakan diriku untuk berangkat menuju Kopang sebab sebagian besar pakaianku masih berada disana. Malam datang dan pikiran akan kegagalan yang mendatangiku membuat aku kesal, aku semakin kesal sebab ada sebuah motor kampret dengan knalpot bersuara jelek dengan asap abu-abu yang membuat diriku terbatuk.

Motor kampret! Aku sesekali mengumpat dan bahkan berimajinasi untuk menendangnya sehingga ia akan terbunuh diatas jalan. Pikiranku terbagi menjadi dua dimana pikiran negatif memintaku untuk menyelesaikannya, sementara pikiran positifku menyuruhku untuk mendoakannya.

Namun pada akhirnya aku memilih untuk berpikir positif walau kurasa lebih seru untuk baku hantam di jalanan, lagipula hari begitu buruk belakangan ini, satu atau dua orang mati diatas jalanan tentu tidak jadi masalah dan masih bisa untuk tidak dipedulikan.

Malam semakin panjang dan beberapa perhentian akibat lampu merah membuat waktu juga semakin terhambat. Aku hampir tabrakan sebab seorang bapak tiba-tiba me-letting dan kemudian berbelok; membuat aku segera menurunkan gigi dan berbelok kearah kiri.

Aku telah kenyang oleh asap, dan para kampret-kampret itu jelas tidak pernah mempedulikan siapapun di jalanan dan hanya mempedulikan dirinya sendiri. Pada lampu merah, dua motor kampret itu berhenti dan bersiap untuk balap; mereka saling lihat dan aku segera mengisi tempat kosong diantara mereka; kini aku sejajar.

Tidak ada aturan memang, namun Mogre yang aku tunggangi juga meraung. Aku kerap mendengarkan bagaimana kawan-kawanku yang pembalap liar dan ilegal kala malam, bagaimana mereka berjudi diatas sebuah motor dan orang yang menungganginya. Dan kini pun begitu. Aku seolah berjudi dengan kehidupanku yang malang, sedih, dan penuh kegagalan. Aku berjudi terhadap segala hal-hal yang akan aku tinggalkan dibelakang, aku akan menaruhnya, membuangnya, menguburnya. Aku tidak peduli apa aku akan mati malam ini, aku hanya peduli pada jalanan dengan segala harapan yang ia tinggalkan.

Maka ketika lampu merah menjadi kuning, kita semua ngebut dan balap. Sayangnya Mogre kalah start karena aku belum siapkan gigi 1, hasilnya aku ketinggalan dan motor-motor kampret itu lebih dahulu menerjang.

Namun Mogre adalah iblis merah. Dengan cepat aku menaikkan gigi dan mengejar, namun mereka teramat cepat dan bisa berkelak-kelok laksana ular. Namun Mogre adalah Mogre, segera ia berkelok juga dan membawaku pada kemungkinan-kemungkinan yang ada di hari ini. Mati atau hidup adalah urusan nomor dua, mengalahkan mereka adalah urusanku yang nomor satu.

Aku pada akhirnya bisa menyalip mereka ketika mereka ragu untuk melewati sebuah truk besar sementara aku segera mengambil posisi paling kanan dan kemudian tancap gas dan meninggalkannya dibelakang. Aku melaju dan melaju menuju peradaban yang aku inginkan, meninggalkan segala kenangan dengan segala hal yang memuakkan.

Aku menjauh dari mereka sampai tidak dapat lagi aku dengar suara busuk dari motor mereka. Aku ngebut semakin jauh dan melewati mobil-mobil cepat truk-truk yang dapat melindasku. Aku melewati motor-motor dengan lampunya yang bercahaya laksana kunang-kunang; aku meninggalkan semuanya, membiarkan mereka menjadi bagian dari masa lalu agar aku dapat menikmati masa ini.

Rasanya menenangkan.

Impianku yang besar menginjak-injakku seolah aku adalah seorang pecundang. Ia mengangkangiku dan kemudian menjatuhkan aku kedalam keputusasaaan. Aku mati dalam harapan dan impian yang akau ciptakan sendiri, aku terbunuh dalam kegelapan dan dimakan oleh kenyataan yang tidak pernah bisa aku realisasikan.

Aku marah.

Dalam balapan kali ini aku melepaskan semuanya dan tidak lagi peduli apakah hidup dan mati. Aku hanya ingin menang, namun kemenangan tidak pernah benar-benar bisa aku genggam, sebab kenyataannya, aku adalah kegagalan.

Maka pada malam yang pekat ini aku melibas semuanya, cukup Tuhan yang bisa menghentikan aku, dan jika ia memang mau membunuhku, maka biarkan. Aku pasrah. Namun aku tetap hidup, bahkan sampai perhentian di Mantang, aku masih bisa hidup dan sampai lebih dulu daripada yang lain.

Aku melewati motor dan mobil-mobil mewah, meninggalkan mereka dibelakangku menjadi kenangan. Bahkan ketika aku berhenti di lampu merah, sebuah motor N-Max datang dan parkir disampingku, kuanggap ia juara kedua. Sementara kemudian datanglah seorang perempuan yang nampaknya sedang melakukan pindahan, kurasa ia tidak ikut lomba, apalagi ia membawa magikom. Tapi kusebut ia juara ketiga.

Ketika aku melihat dengan seksama kepada N-Max si juara kedua, ternyata pemiliknya menggantungkan hape pada dashbor motor dan sebuah video dangdut perempuan berjoget disana. Hal itu membuatku terkaget karena keunikannya.

Ternyata, hidup tidak hanya gelap dan diisi jutaan keputusasaan, melainkan diisi keindahan dan kekonyolan yang tolol. Kita mungkin sedikit lebih memandang dengan baik, dan mulai memperhatikan bagian-bagian terkecilnya.

Share: