Senin, 01 Maret 2021

Ketukan Pintu Sebelah Rumah

 

Ketukan Pintu Sebelah Rumah

Sebenarnya cerita ini akan kuceritakan kepadamu pada bulan February lalu, namun karena kendala mengurusi blog duniakuliahnusantara.blogspot.com, aku terpaksa menunda Kura-Kura Pejalan sebagai tempat menulis dulu dan menyibukkan diri pada hal yang lebih penting.

Kura-Kura Pejalan, atau blog yang kalian baca ini memang sebenarnya adalah pelarian dari kehidupanku, aku berniat akan menjual blog ini suatu saat nanti, dan jika tidak, aku akan mencoba mengkonversikan tulisan-tulisan yang aku miliki ke dalam buku agar bisa dikenal orang, bagiku, idoelogi adalah hal yang harus kita sebarkan agar menjadi makanan untuk orang-orang pintar.

Jadi saat ini, ketika aku duduk diatas kursi hijau sambil menunggu bagaimana aku menceritakan kisah ini, aku menyetel musik dari Iwan Fals, dan begitu banyak makna tentang kehidupan yang aku dapat. Bagiku, musik Iwan Fals memang sangat bagus untuk membuat inspirasi untuk kita.

Aku minta maaf kalau bab ini agak bertele-tele, aku membutuhkan waktu untuk membuat otakku panas karena sudah tiga hari aku tidak menulis artikel, jadi bakatku juga hilang seperti pasir yang kau tabur diatas tebing.

Baiklah, biar tidak ada curcol dan banyak bacot lagi, aku akan mulai bercerita:

Disamping rumah yang aku tinggali ini terdapat rumah kosong yang dinding batanya oranye se oranye tanah liat, beberapa bata itu ada yang telah terkelupas, genteng ada yang telah jatuh, dan retakan juga ada dimana-mana; mengangkang seperti petir di langit yang luas.

Memori-memori yang bisa aku ambil dari dalam kenanganku adalah bahwa dulu, didepan rumah itu terdapat pohon-pohon bambu yang memancang tinggi, kebanyakan batang bambu tersebut bewarna hijau tua dan keras, beberapa kali aku juga menemukan lubang-lubang di pohon bambu yang berarti adalah sarang kelelawar, dan beberapa kali juga, aku menemukan bambu kuning yang menjulang kesamping karena kakinya tidak lagi sanggup untuk menahannya.

Aku masih ingat ketika waktu hujan disertai angin deras menampar-nampar bumi, dan ketika itu terjadi, maka bambu-bambu tersebut akan saling bergesekan satu sama lain dan akan menciptakan suara creepy pintu tua yang engselnya rusak, seolah ada makhluk yang bernyanyi agar anak-anak bersedia kesana, dan ketika mereka kesana, mereka tidak akan mampu lagi kembali.

Bambu-bambu disana terkadang akan mengganggu tidurku dimalam hari, suara yang bergemerisik  atau angin-angin yang juga ikutan membuat daunnya saling menampar satu sama lain, aku mengingatnya. Aku mengingat bambu kuning yang hidup menyamping seolah membutuhkan orang lain untuk hidup, atau memang ada makhluk astral yang menungguinya sampai bambu itu tidak lagi mampu menopang dirinya sendiri… Tidak ada yang tahu, bahkan tidak ada yang pernah tahu.

Bagi sebagian masyarakat, pohon bambu dipercaya memiliki kekuatan yang lebih daripada yang lain, banyak yang mengatakan bahwa bambu yang bewarna kuning dihuni makhluk-makhluk astral dari dimensi lain dan menungggu kita terjebak dalam dimensi mereka, bambu kuning juga sering digunakan untuk menjadi senjata, bahkan menjadi jimat.

Bagiku sendiri itu adalah suatu hal yang tidak logis, bambu kuning tentu terjadi karena pohon tersebut yang menua dan akan mati, atau bisa jadi karena pohon itu memiliki penyakit bawaan, namun sampai aku mengenal agama Hindu, aku sering bertanya apakah pohon bambu yang bewarna kuning tersebut terjadi karena mereka yang berasal dari dimensi lain? Mereka memakan sari dari pohon itu dan menghabiskan nyawa pohon tersebut tiap waktu.

Teror dari pohon bambu tersebut pada akhirnya berakhir selepas pohon tersebut ditebang satu persatu, dan selepas hal itu terjadi, aku tidak lagi mendengar gemerisik pohon atau dedaunan atau bumi yang menganga, semua terror itu lenyap digantikan dengan kesunyian yang merangkak di malam hari.

Kembali lagi kerumah tersebut, pohon disana yang ditebang pada akhirnya diganti dengan bangunan baru yang dibuat sang pemilik rumah, namun aku tidak tahu mengapa, pada akhirnya pemilik rumah tersebut pindah tanpa pernah aku ketahui kemana dan mengapa, sekarang rumah itu tidak lagi berpenghuni, meninggalkan tembok dari bata oranye yang mengelupas, ruang keluarga yang dipenuhi tarantula, dan pintu yang meninggalkan jebol di beberapa tempat.

Sudah lama rumah itu tak ditinggali, bahkan sampai saat ini, rumah itu menjadi rumah kosong tidak berpenghuni dengan segala kemistisannya, dulu ia sempat dihuni oleh anjing-anjing yang membutuhkan tempat tinggal, namun aku bersama Erol, Dana dan Agung mengusir anjing-anjing tersebut yang dimana sekarang aku menyesal mengapa hal itu terjadi.

Rumah itu dibuka kembali selepas kejadian dimana Dina meninggal dunia, memang ia dibuka untuk sementara waktu namun melihat rumah itu bisa hidup kembali saja sudah membuatku senang, tidak ada lagi kesan gelap yang ia miliki, ia nampak hidup dengan segala keramaian yang ada, orang-orang yang ada disana menggunakan rumah tersebut untuk meletakkan beras[i] dan rumah tersebut menjadi central dalam acara jamuan untuk kami.

Namun tentu saja, tidak ada yang pernah abadi.

Tidak lama kemudian rumah tersebut menjelma menjadi kuburan yang sangat sepi dan segala kegelapan yang terkubur oleh kematian Dina kembali terungkap. Rumah itu kembali mati dan kini semakin menakutkan karena seringkali aku merasakan ada orang yang mengintipku dari jendelanya yang berdebu.

Terkadang aku juga merasakan hal-hal yang aneh ketika dekat dengan rumah tersebut, entah, mungkin mitos yang beredar itu benar karena terkadang aku ‘merasakannya’. Mereka yang telah meninggal katanya datang untuk hari-hari pertama setelah kematiannya, ada yang berkata 7 hari, ada yang berkata sampai 40 hari, entah versi mana yang benar namun terkadang kita merasakan mereka ada dan ingin berinteraksi dengan kita, dan tentu saja, bagiku hal itu ‘mengganggu’, namun hal itu semakin membuat aku percaya bahwa orang yang mencintai kamu memiliki alasan terbaik untuk mengganggumu dengan alasan rindu.

Dan Dina telah pergi selama-lamanya, meninggalkan kisah dan sejarah di gubuk kami. Aku memang tidak lagi merasa seperti beberapa hari selepas Dina pergi, aku tidak terlalu merasakan entitas lain dalam kehidupanku, namun itu semua berubah ketika aku tidak bisa tidur seminggu dua minggu kemarin, aku lupa penyebabnya apa, seingatku adalah aku bertengkar dengan sahabatku karena dia tidak ingin tidur, trauma dari masa lalunya kembali dan membuat ia menangis, ia berteriak malam itu namun aku tidak bisa melakukan apapun karena kami melalui video call, dan pada akhirnya, ia tertidur namun mataku tiba-tiba kembali menyala.

Waktu semakin merambat dan aku tetap tidak bisa tidur, jam satu malam telah lewat dan suasana begitu hening sehening danau yang tidak memiliki gelombang. Beberapa kali anjing memang kerapkali menggongong, suara serangga malam juga menemani, namun apa yang aku dengar malam itu membuat aku tidak bisa melakukan apapun selain mendengar suara itu berulang kali.

Entah bagaimana, rumah disamping rumahku diketuk oleh seseorang, suara ketukannya keras sampai masuk kedalam kamarku, aku tidak tahu dia siapa namun adalah hal yang tidak logis orang bangun untuk mengetuk rumah kosong dimalam hari.

Orang itu, entah dia ingin masuk atau keluar mungkin terhalang oleh sesuatu, pintunya mungkin tertutup keras sehingga ia tidak memiliki pilihan selain melakukannya, namun jika ia memiliki tangan, seharusnya ia bisa membuka pintu tersebut dengan menarik tuas yang ada didalam dan bisa ditarik dari luar melalui pintu yang bagiannya jebol.

Namun bagaimana kalau orang itu tidak memiliki tangan?

Cukup aneh menurutku bila ada orang yang tidak memiliki tangan mencoba untuk membuka pintu tersebut, terlebih tidak ada hal yang bisa didapatkan dari rumah kosong tersebut. Aku banyak berpikir, apalagi malam itu aku tidak bisa tertidur karena terus mendengar ketukan dari rumah sebelah, aku tetap diam sembari melihat langit-langit kamar, jendela telah kututup gorden jadi tidak ada orang yang bisa melihat apa yang terjadi didalam rumahku.

Namun tentu saja, aku tetap merasa takut bila ada sesuatu dibalik gorden itu yang bisa saja menyapa, terlebih ketukan itu tidak berhenti sampai sekarang dan semakin membuat aku bertanya: adakah makhluk yang tidak bisa membuka pintu? Namun ketika aku menulis ini, karena beberapa hari kemarin aku terus mendengar tentang kematian dari pengeras suara masjid, imajinasiku beranjak menuju seseorang yang telah mati, hidung mereka disumpal kapas, tubuh mereka dikafani dan diikat, lalu mereka dikubur.

Namun aku percaya, itu bukan mereka.

 

 

*Seingatku kejadian ini tanggal 25 February 2020

 



[i] Dalam islam, kami mengadakan acara untuk menghibur sang pemilik rumah yang anaknya meninggal dunia dengan membawa beras, uang, dan gula

Share: