Minggu, 10 September 2023

Hari Ini Aku Adalah Kegagalan

 

Hari ini aku adalah kegagalan, aku mengebut dari Mataram menuju Kopang dan berharap dunia bisa secepatnya berakhir. Aku berharap dunia ini juga berakhir, juga berharap bagaimana kehidupan yang sedang aku jalani berakhir juga.

Aku adalah wujud asli dari kegagalan itu, sebab mimpiku yang besar menamparku dengan keras, membuat diriku terjatuh pada aspal dan segera dilindas truk. Impianku yang besar, duniaku yang hancur ingar bingar.

Hari ini aku adalah kegagalan, kulihat teman-temanku telah memiliki judul proposal dan aku tertinggal. Kulihat teman-temanku telah bersiap untuk seminar proposal dan disinilah aku tertinggal. Memang benar proposal bukanlah segalanya, namun aku merasa gagal.

Pada malam-malam yang panjang aku merasa kerdil di dunia yang kecil. Merasa kalah diantara pertarungan manusia-manusia yang berotot gajah. Aku merasa terinjak-injak dan berharap kegelapan segera menelanku, menghancurkan diriku yang tidak layak untuk dicintai. Mati dilumat kenyataan, dimakan oleh keadaaan, ditelan malam, dibunuh.

Duhai malam yang panjang dengan segala kenyataan pahit yang dimiliki, tidak bisakah semuanya berakhir saat ini? Sebab kegagalan-kegagalan yang mendatangiku, menertawai, meledekku. Diangkatnya pantatnya dan dikentutinya aku, dibasuhinya aku dengan lumpur hitam bak jelaga dari entah berantah; mengabadikan aku menjadi kegagalan.

Ya ampun Azis, kamu tidak akan pernah menjadi apa-apa, dan tidak akan pernah bisa menjadi apa-apa. Semua impian yang kamu miliki tidak akan pernah memiliki tempat di Bumi ini, dan semua kebaikan yang kamu berikan hanyalah ilusi yang kamu ciptakan sendiri.

Kamu adalah kegagalan Azis, tidak ada gunanya kamu berjuang. Pada malam ini kamu mencari mati, berharap dilindas truk, berharap ditabrak jutaan kendaraan. Lihat? Bahkan mati pun kamu gagal, sebab apa? Benar, sebab kamu adalah wujud dari kegagalan itu sendiri.

Apa yang kamu perjuangkan, apa yang kamu pertahankan, semua akan hancur didepan matamu dan kamu akan menjadi pengemis yang akan meminta-minta validasi, namun hal itu juga gagal terjadi sebab kamu adalah kegagalan itu sendiri.

Kamu tidak pernah diharapkan di dunia ini, Azis. Kamu dengar apa kata ibumu? Tidak pernah ia rasakan rasa sakit ketika mengandung kakak-kakakmu, tapi kamu membuatnya sakit. Kamu membuat ibumu kesakitan, kamu memaksa Tuhan untuk hadir ke Bumi disaat Tuhan tidak sudi menciptakan kamu.

Terimalah! Kamu adalah kegagalan, dan berhentilah berjuang. Kamu lebih layak untuk tidak pernah ada, lebih layak untuk mati dan terbunuh, ah tidak, kamu bahkan tidak layak untuk mati dan terbunuh sebab kematian bahkan tidak sudi untuk menerimamu.

Hari ini kamu adalah kegagalan, dan esok kamu juga adalah kegagalan itu sendiri. Hari ini kamu hanyalah mahasiswa bodoh yang bahkan tidak bisa menentukan judul proposal. Kamu tolol, kamu goblok, tidak ada jatah kesuksesan yang diberikan Tuhan kepada kamu sebab KAMU AKAN SELAMANYA MENJADI KEGAGALAN ITU SENDIRI.

Matilah Azis, kenapa kamu hidup? Kenapa kamu harus dilahirkan? Kamu hanya menjadi beban untuk kehidupan ini, kepada orang lain, bahkan kepada diri kamu sendiri. Kamu sebaiknya tidak pernah ada, kegagalan seperti kamu mestinya tidak pernah tercipta. Kamu bodoh, tolol, dan dungu. Mengapa kamu harus ada?

Menyerahlah, bunuh impianmu.

Dalam dunia yang panjang ini, kamu tidak ada gunanya.

Bahkan proposal untuk skripsi saja kamu nggak mampu.

Bahkan nyari referensi 10 judul buku saja kamu nggak mampu.

Kamu payah, bodoh, dungu, tolol, goblok.

Tidak pernah ada satupun orang yang akan menerima kamu di dunia ini, sejauh manapun kamu berjalan, sejauh apapun kamu melangkah, kamu hanya akan menemukan kegagalan.

Sebab kamu adalah kegagalan itu sendiri.

Share:

Mogre VS Motor-Motor Kampret

 

Sehabis RTAR dan menyelesaikan tugas di kosnya Amoepa, aku kem udian memaksakan diriku untuk berangkat menuju Kopang sebab sebagian besar pakaianku masih berada disana. Malam datang dan pikiran akan kegagalan yang mendatangiku membuat aku kesal, aku semakin kesal sebab ada sebuah motor kampret dengan knalpot bersuara jelek dengan asap abu-abu yang membuat diriku terbatuk.

Motor kampret! Aku sesekali mengumpat dan bahkan berimajinasi untuk menendangnya sehingga ia akan terbunuh diatas jalan. Pikiranku terbagi menjadi dua dimana pikiran negatif memintaku untuk menyelesaikannya, sementara pikiran positifku menyuruhku untuk mendoakannya.

Namun pada akhirnya aku memilih untuk berpikir positif walau kurasa lebih seru untuk baku hantam di jalanan, lagipula hari begitu buruk belakangan ini, satu atau dua orang mati diatas jalanan tentu tidak jadi masalah dan masih bisa untuk tidak dipedulikan.

Malam semakin panjang dan beberapa perhentian akibat lampu merah membuat waktu juga semakin terhambat. Aku hampir tabrakan sebab seorang bapak tiba-tiba me-letting dan kemudian berbelok; membuat aku segera menurunkan gigi dan berbelok kearah kiri.

Aku telah kenyang oleh asap, dan para kampret-kampret itu jelas tidak pernah mempedulikan siapapun di jalanan dan hanya mempedulikan dirinya sendiri. Pada lampu merah, dua motor kampret itu berhenti dan bersiap untuk balap; mereka saling lihat dan aku segera mengisi tempat kosong diantara mereka; kini aku sejajar.

Tidak ada aturan memang, namun Mogre yang aku tunggangi juga meraung. Aku kerap mendengarkan bagaimana kawan-kawanku yang pembalap liar dan ilegal kala malam, bagaimana mereka berjudi diatas sebuah motor dan orang yang menungganginya. Dan kini pun begitu. Aku seolah berjudi dengan kehidupanku yang malang, sedih, dan penuh kegagalan. Aku berjudi terhadap segala hal-hal yang akan aku tinggalkan dibelakang, aku akan menaruhnya, membuangnya, menguburnya. Aku tidak peduli apa aku akan mati malam ini, aku hanya peduli pada jalanan dengan segala harapan yang ia tinggalkan.

Maka ketika lampu merah menjadi kuning, kita semua ngebut dan balap. Sayangnya Mogre kalah start karena aku belum siapkan gigi 1, hasilnya aku ketinggalan dan motor-motor kampret itu lebih dahulu menerjang.

Namun Mogre adalah iblis merah. Dengan cepat aku menaikkan gigi dan mengejar, namun mereka teramat cepat dan bisa berkelak-kelok laksana ular. Namun Mogre adalah Mogre, segera ia berkelok juga dan membawaku pada kemungkinan-kemungkinan yang ada di hari ini. Mati atau hidup adalah urusan nomor dua, mengalahkan mereka adalah urusanku yang nomor satu.

Aku pada akhirnya bisa menyalip mereka ketika mereka ragu untuk melewati sebuah truk besar sementara aku segera mengambil posisi paling kanan dan kemudian tancap gas dan meninggalkannya dibelakang. Aku melaju dan melaju menuju peradaban yang aku inginkan, meninggalkan segala kenangan dengan segala hal yang memuakkan.

Aku menjauh dari mereka sampai tidak dapat lagi aku dengar suara busuk dari motor mereka. Aku ngebut semakin jauh dan melewati mobil-mobil cepat truk-truk yang dapat melindasku. Aku melewati motor-motor dengan lampunya yang bercahaya laksana kunang-kunang; aku meninggalkan semuanya, membiarkan mereka menjadi bagian dari masa lalu agar aku dapat menikmati masa ini.

Rasanya menenangkan.

Impianku yang besar menginjak-injakku seolah aku adalah seorang pecundang. Ia mengangkangiku dan kemudian menjatuhkan aku kedalam keputusasaaan. Aku mati dalam harapan dan impian yang akau ciptakan sendiri, aku terbunuh dalam kegelapan dan dimakan oleh kenyataan yang tidak pernah bisa aku realisasikan.

Aku marah.

Dalam balapan kali ini aku melepaskan semuanya dan tidak lagi peduli apakah hidup dan mati. Aku hanya ingin menang, namun kemenangan tidak pernah benar-benar bisa aku genggam, sebab kenyataannya, aku adalah kegagalan.

Maka pada malam yang pekat ini aku melibas semuanya, cukup Tuhan yang bisa menghentikan aku, dan jika ia memang mau membunuhku, maka biarkan. Aku pasrah. Namun aku tetap hidup, bahkan sampai perhentian di Mantang, aku masih bisa hidup dan sampai lebih dulu daripada yang lain.

Aku melewati motor dan mobil-mobil mewah, meninggalkan mereka dibelakangku menjadi kenangan. Bahkan ketika aku berhenti di lampu merah, sebuah motor N-Max datang dan parkir disampingku, kuanggap ia juara kedua. Sementara kemudian datanglah seorang perempuan yang nampaknya sedang melakukan pindahan, kurasa ia tidak ikut lomba, apalagi ia membawa magikom. Tapi kusebut ia juara ketiga.

Ketika aku melihat dengan seksama kepada N-Max si juara kedua, ternyata pemiliknya menggantungkan hape pada dashbor motor dan sebuah video dangdut perempuan berjoget disana. Hal itu membuatku terkaget karena keunikannya.

Ternyata, hidup tidak hanya gelap dan diisi jutaan keputusasaan, melainkan diisi keindahan dan kekonyolan yang tolol. Kita mungkin sedikit lebih memandang dengan baik, dan mulai memperhatikan bagian-bagian terkecilnya.

Share:

Sabtu, 26 Agustus 2023

Cara Mengikhlaskan Orang Yang Sudah Meninggal


Pada saat saya masih berumur anak sekolah dasar, kakak saya menangis dan menjerit didalam kamar dan hal tersebut membuat saya kebingungan tentang apa yang terjadi. Saya kesana dan melihat dengan jelas bagaimana ia menangis, bagaimana kasur dan ruangan sempit yang ia tempati menjadi saksi bisu atas semua yang telah terjadi.

Beberapa saat setelah itu saya kemudian tahu bahwa kakak saya telah kehilangan orang yang ia sayang, pacarnya mati ditabrak, dan kini, ia sendiri.

Saat saya telah menjadi lebih dewasa, saya kemudian menemukan fakta bahwa ternyata ada banyak orang di dunia ini yang tidak bisa mengikhlaskan orang-orang yang mereka sayang, apalagi mereka telah meninggal dunia.

Dalam kasus Zulaikha dan perjuangan untuk ikhlas misalnya, kendati ayahnya telah meninggal dunia tapi ia tidak bisa merelakannya.

Bagaimana sebenarnya cara yang paling efektif untuk mengikhlaskan orang? semoga tulisan ini membantu.

cara mengikhlaskan orang yang sudah meninggal
Pixabay


5 Cara Mengikhlaskan Orang Yang Sudah Meninggal

Tulisan cara mengikhlaskan orang yang sudah meninggal ini saya buat berdasarkan apa yang saya baca dan alami, dari orang-orang yang juga curhat kepada saya tentang mereka yang telah pergi.

Dari cerita-cerita mereka, saya kemudian menyimpulkan bahwasanya ada beberapa cara yang efektif untuk mengikhlaskan orang yang telah meninggal, diantaranya:

1. Mengetahui Bahwa Kematian Bukanlah Akhir

Kita mungkin merasa bahwa kematian adalah akhir, namun faktanya tidak. Kematian hanyalah pembatas untuk merindu, sebuah kejadian yang membatasi kita antara alam nyata dan alam baka.

Memang bagi sebagian orang tidak menggunakan konsep ini, ada yang mengatakan bahwa alam baka itu tidak ada, dan bahkan beberapa agama mengatakan bahwa ketika kita mati maka kita akan terlahir kembali.

Terlepas dari kepercayaan apapun yang kita anut, cara paling baik untuk mengikhlaskan orang adalah dengan mengetahui bahwa pada suatu titik kita mungkin akan bertemu lagi.

Dan mengetahui hal itu akan terjadi, adalah penting untuk menyiapkan momen saat ini, menyimpan rasa rindu, dan jika pada akhirnya bertemu maka kita tidak memiliki rindu pada dunia, sebab kita pulang kepada-Nya.

2. Perpisahan Adalah Takdir

Perpisahan adalah takdir, adalah ketentuan Tuhan, adalah hal yang tidak akan bisa kita rubah, dan yang jelas, perpisahan adalah hukum alam.

Kita menyadari hal itu setiap hari, ketika anda membaca tulisan ini anda bisa merasakan bagaimana kehidupan di luar berganti-ganti. Awalnya pagi, kemudian siang, kemudian sore, dan kemudian malam.

Perubahaan alam itu juga adalah takdir, dan sama seperti perpisahan, juga adalah takdir.

Hari yang kita jalani saat ini jauh berbeda dengan hari yang akan kita jalani besok, momen yang kita miliki tidak mungkin terulang, dan mereka yang telah pergi akan selamanya pergi, seberapa kuatpun kita menangisi mereka.

Sadari bahwa itu adalah takdir, dan hiduplah untuk hari ini.   

3. Kematian Bukanlah Suatu Hal Yang Bisa Kita Kontrol

Ada beberapa hal di dunia ini yang bukan menjadi kehendak kita, kita bukanlah Tuhan yang bisa melakukan segalanya; kita hanya manusia dengan segala kekurangannya.

Kematian misalnya, adalah hal yang tidak bisa kita kendalikan. Ia bagaikan hujan yang kerap datang tiba-tiba, bahkan tanpa awan mendung sekalipun.

Sebab kematian bukanlah suatu hal yang bisa kita kendalikan, maka kita perlu fokus pada hal yang bisa kita kendalikan. Benar, reaksi kita.

Alih-alih meratapi kepergiannya, kita bisa merubah persepsi kita terhadap kepergiannya. Menyadari bahwa kita hanyalah manusia, yang pada akhirnya juga berpisah.

Jika memang kematian diri kita sendiri juga tidak bisa kita cegah, untuk apa memaksa mencegah kepergian orang lain?

4. Live The Moment

Hiduplah untuk hari ini, kendati hari ini memang tidak pernah sama seperti saat kehadirannya, kendati hari yang akan kita jalani juga hanya diisi kekosongan belaka. 

Tapi hiduplah, nangislah, teriaklah, nangis sambil garuk tembok juga nggak apa-apa, asal terus hidup. 

Sama seperti kematian dan perpisahan, bahkan dengan momen saat ini pun kita akan berpisah. Momen yang kita miliki saat ini akan pergi, maka manfaatkanlah dengan baik.

Kita terkadang lupa bahwa hal yang paling berharga adalah kehidupan itu sendiri.

5. Kejar Yang Masih Tertinggal

Bagaimana kalau sekarang fokusnya saya alihkan? Lupa akan hal-hal yang anda ingin lakukan? Mimpi-mimpi anda yang tertinggal?

Bukankah pada akhirnya kita menyadari bahwa ada banyak hal-hal sederhana yang kita lupakan, hal-hal sederhana yang mestinya buat kita bahagia, hal-hal yang mesti kita kejar?

Dan alih-alih fokus kepada apa yang sudah terjadi, bukankah kita bisa lebih fokus pada apa yang belum terjadi?

Ada banyak hal yang tertinggal dibelakang, hal-hal yang mesti kita lepaskan. Dan sekarang kita mesti fokus pada mimpi yang kita miliki, mengejarnya sampai mati.


Terima kasih telah membaca.

Sampai jumpa.

Share:

The Day She Depressed

Sore ini ia mengatakan bahwa dirinya depresi

Dikirimkannya aku foto

Pisau dan gunting

Dan ia tanyakan kepadaku

Mana yang lebih baik untuk melukai diri?

Ah, nona, kamu tidak pernah tahu

Seberapa banyak namamu kutulis didalam agenda

Dan seberapa banyak namamu kulontarkan didalam doa

Hanya karena aku bukan kekasihmu

Bukan berarti aku tidak peduli

Dan lagipula, beberapa cinta memang harus disembunyikan

Dilontarkan dalam diam

Dibentuk dalam sepertiga malam

Sebab dalam wujudnya itu cinta mungkin lebih abadi

Seperti Tuhanku, tidak pernah muncul, namun tetap abadi

Dan kujawab saja

Pikiranmu adalah hal paling baik

Untuk melukai dirimu sendiri

Tidak dijawabnya aku

Pun aku khawatir

Namun ayolah kawan,

Emang aku bisa apa saat berhadapan dengan perempuan? 

Puisi ini aku tulis 12 Desember 2022, mengacu pada kejadian tersebut.

Share:

Kamis, 24 Agustus 2023

Dari Mataram ke Kopang, Sampai Rumah Pada Pukul 00.00

Sampai Rumah Pada Pukul 00.00

Aku tidur di tenda biru, tidak berakhir dengan baik

Pada malam jumat, Kamis, 24 Agustus, aku terpaksa pulang dari Mataram ke Kopang setelah kumpul dengan HMJ dan PMII kemudian berakhir dengan sampai di rumah pada pukul 00.00. yak, benar pukul 00.00.

Dalam perjalanan ke rumah aku menelpon Talal dan bertanya kepadanya ia lagi dimana, ada hal yang saat itu perlu dibahas, dan itu mesti segera diselesaikan. SK HMJ sebentar lagi akan berakhir, sheingga hal itu tentu membuat kepengurusanku di HMJ laksana duduk diatas toilet, masuk, duduk, beol, cebok, pergi. Hanya saja ternyata Talal sedang ada kegiatan-katanya-.

Pada akhirnya malam itu aku pulang, dengan bensin yang belum diisikan oleh Farqy, aku menembus malam dengan segala kegelapannya, bahkan dengan motorku yang bensinnya sedang sekarat.

Pikiran-pikiran buruk yang aku miliki membayangkan bagaimana jika nanti Mogre mati di jalan, bagaimana jika motor supraku tiba-tiba berhenti dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Maka itu artinya aku akan mendorong motorku disamping jalan seperti maling.

Hal itu membuat aku membayangkan bagaimana jika nanti ketika aku mendorong motor orang-orang yang menganggap aku maling ke hadapan aku sambil membawa golok, obor, dan barbel. Kenapa bawa barbel? Entahlah.

Maka percakapan ini pasti akan terjadi:

“Hai makhluk jahat! Kamu pencuri ya?”

“Kok tahu?”

“Karena kamu telah mencuri hatiku”

“Chuaaaaks”

*Digebuk satu kampung

Dari Mataram ke Kopang, aku pulang pukul 00.00 dan tubuhku kedinginan sangat, saking dinginnya film Peaky Blinder sampai insecure.

Rasa dingin yang segera memeluk tubuh membuat aku menggigil, sayangnya dan kampretnya adalah entah mengapa celana panjang yang aku gunakan tiba-tiba menjadi gatal sangat, saking gatalnya aku sampai membakar diriku sendiri. Nggak, becanda. Saking gatalnya aku sampai melepas celana panjangku sehingga aku hanya menggunakan celana pendek.

Benar, celana pendek, jangan pikir aku akan gunakan celana dalam.

Tapi memang pada pukul 00.00 itu seluruh desa telah sepi, hanya ada cahaya lampu teras yang dibiarkan menyala sebagai tanda bahwa kehidupan masih berjalan. Hal yang kemudian membuat segalanya menjadi menakutkan adalah bahwa motorku tidak bisa aku masukkan kedalam garasi karena garasi telah kekunci, dan tentunya harus aku biarkan di luar.

Aku memutuskan untuk makan terlebih dahulu, mengisi perutku yang keroncongan dan mengisi baterai hape yang telah mati suri. Habisnya ketika pertama kali ke dapur aku mencoba menyalakan lampu namun ternyata lampunya mati, dengan baterai hape yang hanya 2%, senter hape hanya bisa bertahan beberapa detik saja sebab setelah itu dia mokad.

Kondisi dapur kala itu

Namun ternyata lampu dapur nge-prank aku, aku menemukan fakta itu karena aku memukulnya keras dengan jari sehingga ia kemudian menyala. Dengan itulah aku menemukan fakta bahwa ada tikus didalam dapur, dan hal itu membuat aku bisa mengecas hape sebab sebelumnya aku kelihatan kayak orang goblok dan buta sebab mencari colokan di dapur.

Malam itu aku tidur diluar, tempat dimana ponakan Hasbi kerapkali bermain. Didalam tenda itu aku sangat kedinginan, kupikir tendanya dapat mengusir dingin, namun nyatanya dengan hoodie dan celana pendek, rasa dingin mencabik-cabik kulit, memuatku membeku.

Namun aku pada akhirnya tetap tidur, walau pada pagi atau shubuhnya aku ke rumah nyokap nyari sarung, aku kedinginan dan mau sholat, ya kali sholat pake celana pendek.

Ortuku bertanya kapan aku pulang dan aku bohong pulang shubuh itu, aku berkata menginap di Narmada dan pulang ketika shubuh. walau aku benci berbohong dan kesulitan dalam berbohong, namun aku tidak mau penderitaan yang aku miliki mengecewakan orangtua, aku ingin memendamnya sendiri, walau terluka, kedinginan, dan hampir mati, walau aku akan mati membeku. Hal itu membuat aku segera cabut dan membuka rumah tengah, tempat dimana aku sholat dengan celana panjang menggatalkan dan kemudian tidur disana.

Setidaknya, aku menemukan tempat untuk tidur yang layak, tempat yang hangat, sebuah tempat yang layak kita sebut rumah.

Share:

Kamis, 22 Desember 2022

Selamat Hari Ibu, Catur, dan Kenangan Tentang Masa Lalu

 

 Selamat hari ibu!

Aku baru tahu kalau hari ini adalah hari ibu setelah aku melihat status kawan-kawanku. Dan here it is! Hari ibu, dan semua orang mengupload tentang ibu mereka. Itu beda soal lagi kalau perayaannya adalah hari-hari yang lainnya. Hari ayah? Orang akan mengupload tentang ayah mereka. Hari kemerdekaan? Orang akan mengupload tentang kemerdekaan. Hari Kartini? Orang akan mengupload tentang Kartini.

Kalau memang begitu konsepnya, besok aku akan membuat tentang hari kita, agar isi storymu adalah selalu tentang kita🤣

Yak, ngayal aja dulu. Siapa tahu besok kejadian kan?

Pada hari ibu ini tiba-tiba ibuku datang dan menantangku bermain catur. Hal ini terjadi kemungkinan besarnya karena ia pernah melihat aku bermain bersama bapak, dan kendati memang pada saat itu aku kalah, itu bukan lain soal.

Profil catur ibuku, ia selalu membanggakan kemenangan dirinya melawan kak Ryan, salah satu anak kak Nah. Katanya ia tidak pernah dikalahkan selama ia bermain bersama kak Ryan. Hal ini membuat aku bingung harus bangga atau tidak, ayolah, kak Ryan bukan Magnus Carlsen si juara catur. Andaikata ibuku menceritakan bagaimana ia dulu menang pada tingkat kabupaten atau kecamatan tentu aku bangga, ini peh, beliau bangga melawan anak orang yang saat itu tidak aku ketahui umur berapa.

Coba aja aku berani tanya seperti ini.

Aku : Emang dulu kak Ryan berumur berapa saat ibu kalahkan?

Ibuku: Saat itu? Oh! Saat itu kak Ryan masih didalam kandungan!

Tapi catur adalah catur. Berbeda dengan ayahku, ia seolah menganggap catur sebagai anaknya dan disayangi. Bukan, ibuku bukannya menangis saat prajuritnya mati. Tapi pola pikirnya berbeda dengan ayah.

Ayahku berpikir secara matematis, ia menduga setiap langkah yang akan terjadi, ia menduga apa yang berharga dan tidak berharga untuk ditukarkan. Laksana raja, ia tahu apa yang penting dan tidak penting. Dan seperti politik, ia tahu mana yang dikorbankan untuk memenuhi kepentingannya pribadi.

Namun ibuku berbeda, perhitungannya tidak seperti itu. Ibuku tidak mau menukarkan bentengku dengan bentengnya hanya karena tidak tega bentengnya dibunuh. Padahal itu akan menjadi pertukaran yang berharga. Memang didalam catur benteng diibaratkan bidak paling berharga setelah perdana menteri. Tapi ayolah, itu cuma benteng!

Atau karena itu benteng? Aku bisa membayangkan bagaimana kalau catur yang kita miliki dirubah menjadi hewan. Dan benteng kita rubah menjadi banteng, lalu ia dicat warna merah. Hmmmm, aku dapat merasakan gejolak politik didalamnya.

Dan setiap kali banteng dibunuh, maka pembunuhnya diberikan satu mangkuk bakso rasa Walkie Talkie😏 #YTTA

Atas alasan itulah, dari tiga pertandingan aku menang dua kali melawan ibuku. Aku membabat habis prajurit-prajuritnya dan tidak membuat catur menjadi permainan, melainkan tempat pembantaian. Jadi ketika ada kesempatan untuk membunuh raja, aku dengan cepat melakukannya.

Pada permainan ketiga aku kalah karena lalai, aku meremehkan ibuku. Aku lupa bahwa dia pernah menang melawan kak Ryan dan tidak pernah dikalahkan oleh kak Ryan. Ibuku harus segera diajak melawan Magnus Carlsen dan berita itu harus segera diliput oleh PBB.

Bahkan sebelum ibuku melawan Magnus, maka ia harus melawan Dewa Kipas! Ya betul! Orang-orang harus meliput hal ini. Dan bahkan jangankan PBB! Satu masyarakat Indonesia harus menontonnya!

Hidup Ibuku!

HIDUP HARI IBU!!! 

Ni bocil ganggu aja
Kenzhie masih sok tahu

Perdana menterinya bilek: Gua mulu dah dari tadi 

Masih berpikir cara terbaik mengatasi ancaman benteng







Share:

Semua Kontak Hangus, Dan Aku Kembali Pada Pada Bulan Agustus

 

Semua kontak WA yang aku miliki rata-rata hilang dan WA ku ke reset kembali pada bulan 15 Agustus kemarin yang notabenenya memiliki banyak hal. Agustus kemarin artinya masih tentang ‘PGMI Mengabdi’ yang telah selesai pada bulan Juli, dan kenangan-kenangan tentang masa-masa itu masih dibicarakan oleh kawan-kawanku. Adapun anak-anak itu masih mengechat aku, menanyakan kabar, dan lainnya.

15 Agustus artinya aku belum terpilih menjadi ketua kaderisasi

15 Agustus artinya mahasiswa baru belum masuk UIN

15 Agustus artinya Warungbiru belum kami buat

15 Agustus artinya belum MAPABA

15 Agustus artinya aku belum mengenal Tazkiya, Nuzula, Oca, Afifah, dan pengurus lainnya

15 Agustus artinya aku belum mengenal Amelia Amrina, Rafsanjani, Nurfiya, Mafzal, Wahyu, dll.

15 Agustus artinya aku belum me-save kontak mereka

15 Agustus artinya aku dan Ivan belum membuat teater PGMI

15 Agustus artinya aku belum menjadi pak Kades, peran pertamaku di teater

15 Agustus artinya keakraban tahun 2022 belum terlaksana

15 Agustus artinya panitia lomba PGMI belum terbentuk

15 Agustus artinya aku belum menginap di rumahnya Ivan

15 Agustus artinya aku masih ngontrak didekat rumahnya Salsabila

15 Agustus artinya motor Elin dan Asrul belum hilang

15 Agustus artinya aku belum benar-benar terjun di dunia TikTok

15 Agustus artinya aku belum mengambil kelas multiverse bersama ketua rayon

15 Agustus artinya aku, Ivan, dan Uswah belum memenangkan lomba formakripsi

15 Agustus artinya aku belum 'mengkele' bersama anak-anak rayon

15 Agustus artinya aku belum camp di pantai selingkuh sama anak rayon komisariat UIN

15 Agustus artinya semua konflik, cinta, kasih, kebersamaan, yang telah terjadi…belum terjadi

15 Agustus artinya awal sebelum aku mulai lanjut pada cerita-cerita berikutnya

15 Agustus artinya banyak makna.

Dan mungkin kehilangan semua kontak itu hanya untuk merenungkan ini semua.

Ternyata banyak hal yang telah terjadi. Waktu bergerak begitu cepat dan membuat semua berlalu begitu saja, dan kenangan-kenangan pada hari kemarin hanya bisa kenang melalui gambar, tulisan, serta mozaik kenangan yang semakin lama semakin kita lupakan.

Aku pun lupa bahwa ternyata semua itu telah terjadi dan akan terjadi. Kemudian semua kenangan-kenangan hari kemarin tergantikan dengan kenangan-kenangan baru yang konon lebih asyik dan lebih menyenangkan untuk dikenang. Sementara kenangan di hari kemarin, terlupkan.

Jujur saja sebenarnya pagi ini aku sedih sebab kontak-kontak itu hilang semua, kontak-kontak yang aku sayangkan kenapa bisa hilang begitu saja dan membuat aku berpikir; apakah memang takdirku untuk tidak mengenalmu?

Tapi aku tidak ingin itu terjadi.

Aku ingin mengenang semuanya.

Alasan aku memfoto banyak hal, menulis banyak hal, hanya untuk mengikatmu lebih lama agar kamu tidak pergi. Agar kamu tahu bahwa kamu berharga bagiku. Walau pada akhirnya aku pun tahu, beberapa hal memang tidak bisa kita peluk selamanya, melainkan dibiarkan hilang begitu saja dan terbang bersama angin perubahan.

Aku merenungkan hal ini lama, dan menyadari bagaimana semua akan berlalu dan tidak bisa dihindarkan membuat aku sadar bahwasanya hidup memang perihal mendapatkan dan ditinggalkan. Semua orang datang dan pergi, semua kenangan datang dan silih berganti.

Dan ketika kutatap teman-temanku mempermasalahkan hal-hal besar serta mulai membicarakan masa depan….disinilah aku, masih berkutat dengan masa lalu, sembari mempertanyakan: kenapa semua ini terjadi kepadaku?

Aku berharap hari esok akan semakin baik, dan aku berharap aku belum kehilangan semuanya. Lagipula aku masih memiliki hape yang sedang diperbaiki, dan aku berharap disana nomer-nomer itu masih abadi dan bisa aku hubungi.

Memang aku terlihat seperti kehilangan segalanya, namun percayalah. Semua tidak benar-benar hilang. Aku percaya akan selalu ada makna dibalik luka, dan akan selalu ada harapan walaupun seolah tidak pernah ada perubahan.

Tuhan, makasih untuk hari ini.

Aku mencintaimu.



Salam, hamba-Mu.

Aku kehilangan semuanya, namun tidak semuanya hilang

Aku malah ketemu chatan-chatan dulu dan grup grup dulu

Well, artinya saat itu juga dekat dengan Harlah Hammasah

Foto kelas C PMII dulu, btw aku malah nggak ada

NB: Aku juga malah menemukan konflik, kasih sayang, dan segala rentetan tentang kisah lalu. Semoga inilah maknanya.


Share: