Senin, 22 Februari 2021

Kakak Tingkat Yang Kembali

 

Kakak Tingkat Yang Kembali

Pagi ini aku tiba-tiba di chat olek kakak kelas, ia bernama Kumala dan membawa temannya yang bernama Khaerunnisa, ternyata, mereka mengulang pada pelajaran Matematika dan memilih untuk mengambil KRS di kelas kami.

Menurutku tidak ada salahnya mengulang, karena mengulang semester bisa saja terjadi karena sebab yang tidak kita ketahui, misalkan saja selama enam bulan mereka diculik alien dan dibawa ke planet lain, atau bisa saja kepala mereka kejedot pintu sampai mereka amnesia selama satu semester. Memang, tidak ada salahnya mengulang, yang jadi permasalahan adalah klotter kelas kami terbatas.

Megan pernah bercerita kepadaku tentang hal ini, ia tidak pernah tahu kalau setiap kelas memiliki kuota terbatas dalam satu semester. Yang kami khawatirkan adalah bisa saja teman kami tergeser dari kelasnya sendiri dan digantikan oleh kating-kating yang tidak kita kenal, dan tentu saja kami tidak mau hal itu terjadi, akhirnya, aku dan Megan berupaya melindungi teman-teman kelasku dari rencana kudeta para kating, kami seolah Avenger yang melindungi bumi dari serangan Thanos yang botak.

Kembalinya kating seperti mantan yang ngajak balikan ini bagiku adalah polemic, bagaimana tidak? Kemarin kami diserang oleh beberapa kating yang ingin masuk kedalam kelas kami, mereka, kating-kating diibaratkan monster yang turun dari kapal alien dan menampakkan dirinya didepan aku dan Megan.

“Berikan kami mengulang dikelas kalian!” ucap kating itu yang kini telah menjelma menjadi monster buaya, matanya yang reptile memandang kami, hidungnya kembang kempis, lidahnya menjulur dan menjilat sisik-sisik disekitaran mulutnya.

“Maaf, anda tidak bisa masuk secepat itu” Megan maju selangkah dan siap melindungi masyarakat kelas E Semester II dengan segenap jiwa dan raganya.

“Kalau begitu, kalian tidak memberikan kami pilihan lain….” Para kakak tingkat itu maju dua langkah, yang kanan berubah menjadi monster kucing dengan cakar yang tajam, yang satu berubah menjadi monster burung hantu.

Dari bentuk mereka aku telah mampu mengambil kesimpulan bahwa mereka mengulang karena suatu alasan, yang buaya mengulang karena ia terjerumus percintaan sehingga menjadikannya playgirl, ia memiliki kekuatan good looking dan merayu, skill ultinya bisa jadi adalah menelpon pacarnya untuk membantu perperangan ini.

Si Monster burung hantu adalah kating yang terpaksa mengulang karena ia selalu begadang untuk menonton Tik-Tok dan streaming Drama Korea sampai shubuh, maka dari itu ia memiliki mata yang besar dan kuat untuk menonton, skillnya adalah memberikan ekspektasi dan halusinasi terhadap kami, skill ultinya kuperkirakan dia akan memanggil para Army BTS se Indonesia untuk menghujat kami yang tidak memberikannya klotter kuliah.

Sementara si monster kucing bisa jadi adalah mahasiswa yang dulunya adalah perempuan rajin namun menjadi manja dan suka keluar untuk nongkrong sehingga lupa akan tugasnya, skillnya diantaranya adalah mengeong manja, menunjukkan kemanjaan, dan skill ultinya bisa jadi menjambak rambut kami karena frustasi. Monster ini memiliki skill passive dimana ketika datang bulan, kekuatannya bertambah berkali-kali lipat dan jambakannya akan sangat kuat, ia akan sangat efektif melawan perempuan ini karena Megan nampak suka menjambak-jambak.

Mereka menyerang, Megan berteriak dan seketika tubuhnya menggunakan pakaian dari emas, ditangan kirinya ada perisai, ditangan kanannya ada pedang, ia melompat dan menangkis cakaran si kucing hitam namun tertendang oleh kaki si monster buaya.

Sebelum burung hantu menyerang Megan, aku telah menghadang dengan pedang, menangkis cakaran burung hantu sehingga monster itu pada akhirnya terbang tinggi ke langit. Aku mengambil pistol dan menembaknya berkali-kali namun ia menghindar.

“Apa yang harus kita lakukan? Mereka begitu kuat Azis, bisa jadi kita kalah”

“Aku tahu, namun kita akan tetap mempertahankan masyarakat II E dengan segala kemampuan kita”

Megan menatapku dan terharu, matanya berkaca-kaca karena tidak pernah ia temukan lelaki sebaik aku, ia pun kemudian tersenyum lalu menyerang si monster buaya, aku datang menyusul dengan pedang, jadi ketika serangan Megan ditangkis, aku datang dan memberikan luka yang cukup di pingganngnya[i]. Namun belum aku berhenti, tendangan dari seekor monster kucing membuatku terpental, aku menjerit dan darah keluar dari mulutku, Megan membalas kucing itu dengan melemparnya dengan perisai[ii].

Ketika Megan berlari kearahku, ia tidak melihat monster burung hantu mengincarnya. Sedari tadi burung itu terbang sembari memantau kami, dan ketika melihat Megan tanpa pertahanan, ia meluncur seperti peluru dan membuat aku panik.

“Megan!” Teriakku namun terlambat

Namun sebelum burung hantu itu melukai Megan, sebuah kapak beraliran listrik[iii] mengenai monster itu hingga membuatnya terpental ke pojokkan, aku menengok dan kulihat Ivan telah tiba bersama Wahab, tidak hanya itu, kawan-kawanku yang lain telah tiba dengan senjata mereka masing-masing, ada yang membawa pedang, panah, shotgun, dan bahkan granat[iv] dan siap melawan mereka.

“Yo Azis” Ivan tersenyum, ia menjulurkan tangan dan seketika kapaknya kembali

“Megaaaan” teriak anak-anak yang lain

“Uwuuuu” balas Megan

Para kating itu diam melihat kami, bantuan telah tiba, ia akhirnya berbalik hadap dan pergi, jauh, jauh sekali sampai kami tidak melihatnya lagi, terakhir kulihat mereka kembali ke bentuk semula mereka dan memanggil elang raksasa, mereka naik dan terbang menuju awan, aku tidak tahu bagaimana kelanjutan mereka karena dari tadi aku ngarang ceritanya.

Intinya, aku tidak mau ada dari satupun kelasku yang pergi karena alasan ada orang baru diantara kami, cukup kami saja, kami tidak mau yang lain karena lebih baik terus bersama dan saling menjaga rasa cinta antara satu sama lain, datangnya orang baru hanya akan menyebabkan adanya potensi kenangan baru, dan kenangan baru hanya akan membuat rasa baru tumbuh, menjalar, dan kemudian berkembang lalu menggantikan kenangan yang lama. Cukup, cukup mereka, jangan ada lagi yang lain…

***

Pagi ini kami mendapat kabar yang mengejutkan, padahal saat itu matahari menyinari dengan gembira dan tidak ada masalah dengan kuliah karena kami hanya disuruh absen, namun tanpa ada hujan, sebuah kabar badai datang dari salah satu temanku.

Ayahnya Ati Meninggal dunia…

Innalillahiwainnailaihirajiun….

Aku begitu kaget kenapa hal ini bisa terjadi, padahal kemarin saja aku bertemu dengan anak ini di kampus dan menyapanya sebelum mereka pulang. Namun bagaimana tiba-tiba berita ini muncul? Aku masih tidak percaya. Di grup, kalimat-kalimat istirja’ bermunculan dari segala pihak, tentu saja kami berbela sungkawa atas kematian ayahnya Sri yang seperti api membakar hutan.

Innalillahi wainna ilaihirajiun.

Innalillahi wainna ilaihi rajiun.

Innalillahi wainna ilaihirajiun.

Innalillahi wainna ilaihi rajiun.

Kalimat itu terus menerus bermunculan satu persatu sampai membuat baris yang cukup banyak kebawah, aku juga menulis kalimat istirja’ yang sama dan untuk beberapa menit, grup kelas kami terasa begitu lengang, sepi, dan terasa seperti pekuburan.

Namun suasana itu seketika agak aneh ketika si Isma menulis sebuah kalimat yang ditujukan kepada Ivan.

“Hay-hay @Ivan Ferdianysah”

“Woy, lagi berduka nih!” aku protes

“Iya-iya *emot senyum tapi ada keringat, Ivan, belum selesai urusan kita”

Aku tidak habis pikir bagaimana mereka bisa ngebucin disaat yang kayak gini, namun untung saja si Sari menulis tindakan yang harus kita lakukan.

“Ayo kita ngumpul uang buat Sri Muliati”

Teman-temanku yang lain mengiyakan hal tersebut, namun aku hanya tidak habis pikir kenapa ayahnya berpulang secepat ini, kita belum saja berjuang dan belum menggunakan toga diatas kepala kita yang menandakan bahwa kita lulus kuliah, namun salah satu temanku kehilangan keluarga yang ia cintai, yang dalam hal ini, tentu saja kita mengetahui bahwa selalu ada alasan untuk kita berjuang dan melakukan sesuatu, dan aku yakin, membahagiakan orangtua adalah salah satunya.

Namun aku tidak menyangka hal ini bisa terjadi, memikirkan bagaimana orang yang membiayai kita kuliah menurutku mengerikan, karena alasan itulah mengapa kuliah ini berharga, sebab dibelakang kita masih ada yang mempercayai kita untuk terus berjuang dan terus berusaha, orang yang akan selalu berkata “Jangan khawatirkan biaya sekolahmu, kami mampu membiayainya”.

Namun faktanya, banyak yang tidak mampu, banyak yang berhutang kesana kemari demi kuliah anaknya, agar anaknya bisa sekolah seperti yang lain dan tidak merasa terdiskriminasi. Banyak orang tua yang harus mengorbankan waktunya demi anaknya, ada yang ke ladang siang-siang mencari suap nasi, ada yang terpaksa memancing ke sungai untuk mencari ikan untuk dijual, ada yang menjual tanah, ada yang menggadai, dalam dunia akademik semua bisa saja terjadi, namun terkadang, kita sebagai mahasiswa-lah yang tidak pernah perduli akan perjuangan orangtua kita, kita hidup di kampus dan bergerak semau kita, menghabiskan uang yang bukan diri kita sendiri yang menghasilkan. Padahal jauh disana, ada orang yang diam-diam berjuang dalam lelah sampai berdarah-darah hanya karena ingin memenuhi ego anaknya. Hanya untuk membuat anaknya bisa bahagia…  

 

 

#February-18-2021



[i] Dalam dunia nyata, aku menggelitiknya

[ii] Melempar pake panci

[iii] Dalam dunia nyata, benda itu adalah penghapus karet

[iv] Pulpen, penggaris, payung, dan es nutrisari.


 

Ncup Wahab, paling belakang ada Ivan sama Agung, yang moto aku, hm.

Pict: Aku ambil keakraban, saat kucari aku ingat bahwa dua bulan setelah kejadian itu aku tabrakan

Pict: Bang Nesta saat ngulang di kelas E


Emak-emak kelas E

Foto 2021, Itu AGUNG dibelakang! ITU AGUUUUNG!


Gambar, saat praktikum. Aku akan ingat Hurul'in sebagai orang yang hampir bunuh aku. Btw, itu Nihayatuzaen kan?

Share:

0 comments:

Posting Komentar