Kamis, 22 Desember 2022

Selamat Hari Ibu, Catur, dan Kenangan Tentang Masa Lalu

 

 Selamat hari ibu!

Aku baru tahu kalau hari ini adalah hari ibu setelah aku melihat status kawan-kawanku. Dan here it is! Hari ibu, dan semua orang mengupload tentang ibu mereka. Itu beda soal lagi kalau perayaannya adalah hari-hari yang lainnya. Hari ayah? Orang akan mengupload tentang ayah mereka. Hari kemerdekaan? Orang akan mengupload tentang kemerdekaan. Hari Kartini? Orang akan mengupload tentang Kartini.

Kalau memang begitu konsepnya, besok aku akan membuat tentang hari kita, agar isi storymu adalah selalu tentang kita🤣

Yak, ngayal aja dulu. Siapa tahu besok kejadian kan?

Pada hari ibu ini tiba-tiba ibuku datang dan menantangku bermain catur. Hal ini terjadi kemungkinan besarnya karena ia pernah melihat aku bermain bersama bapak, dan kendati memang pada saat itu aku kalah, itu bukan lain soal.

Profil catur ibuku, ia selalu membanggakan kemenangan dirinya melawan kak Ryan, salah satu anak kak Nah. Katanya ia tidak pernah dikalahkan selama ia bermain bersama kak Ryan. Hal ini membuat aku bingung harus bangga atau tidak, ayolah, kak Ryan bukan Magnus Carlsen si juara catur. Andaikata ibuku menceritakan bagaimana ia dulu menang pada tingkat kabupaten atau kecamatan tentu aku bangga, ini peh, beliau bangga melawan anak orang yang saat itu tidak aku ketahui umur berapa.

Coba aja aku berani tanya seperti ini.

Aku : Emang dulu kak Ryan berumur berapa saat ibu kalahkan?

Ibuku: Saat itu? Oh! Saat itu kak Ryan masih didalam kandungan!

Tapi catur adalah catur. Berbeda dengan ayahku, ia seolah menganggap catur sebagai anaknya dan disayangi. Bukan, ibuku bukannya menangis saat prajuritnya mati. Tapi pola pikirnya berbeda dengan ayah.

Ayahku berpikir secara matematis, ia menduga setiap langkah yang akan terjadi, ia menduga apa yang berharga dan tidak berharga untuk ditukarkan. Laksana raja, ia tahu apa yang penting dan tidak penting. Dan seperti politik, ia tahu mana yang dikorbankan untuk memenuhi kepentingannya pribadi.

Namun ibuku berbeda, perhitungannya tidak seperti itu. Ibuku tidak mau menukarkan bentengku dengan bentengnya hanya karena tidak tega bentengnya dibunuh. Padahal itu akan menjadi pertukaran yang berharga. Memang didalam catur benteng diibaratkan bidak paling berharga setelah perdana menteri. Tapi ayolah, itu cuma benteng!

Atau karena itu benteng? Aku bisa membayangkan bagaimana kalau catur yang kita miliki dirubah menjadi hewan. Dan benteng kita rubah menjadi banteng, lalu ia dicat warna merah. Hmmmm, aku dapat merasakan gejolak politik didalamnya.

Dan setiap kali banteng dibunuh, maka pembunuhnya diberikan satu mangkuk bakso rasa Walkie Talkie😏 #YTTA

Atas alasan itulah, dari tiga pertandingan aku menang dua kali melawan ibuku. Aku membabat habis prajurit-prajuritnya dan tidak membuat catur menjadi permainan, melainkan tempat pembantaian. Jadi ketika ada kesempatan untuk membunuh raja, aku dengan cepat melakukannya.

Pada permainan ketiga aku kalah karena lalai, aku meremehkan ibuku. Aku lupa bahwa dia pernah menang melawan kak Ryan dan tidak pernah dikalahkan oleh kak Ryan. Ibuku harus segera diajak melawan Magnus Carlsen dan berita itu harus segera diliput oleh PBB.

Bahkan sebelum ibuku melawan Magnus, maka ia harus melawan Dewa Kipas! Ya betul! Orang-orang harus meliput hal ini. Dan bahkan jangankan PBB! Satu masyarakat Indonesia harus menontonnya!

Hidup Ibuku!

HIDUP HARI IBU!!! 

Ni bocil ganggu aja
Kenzhie masih sok tahu

Perdana menterinya bilek: Gua mulu dah dari tadi 

Masih berpikir cara terbaik mengatasi ancaman benteng







Share:

0 comments:

Posting Komentar