Selamat hari ibu!
Aku baru tahu kalau hari ini
adalah hari ibu setelah aku melihat status kawan-kawanku. Dan here it is! Hari ibu,
dan semua orang mengupload tentang ibu mereka. Itu beda soal lagi kalau perayaannya
adalah hari-hari yang lainnya. Hari ayah? Orang akan mengupload tentang ayah
mereka. Hari kemerdekaan? Orang akan mengupload tentang kemerdekaan. Hari Kartini?
Orang akan mengupload tentang Kartini.
Kalau memang begitu konsepnya,
besok aku akan membuat tentang hari kita, agar isi storymu adalah selalu
tentang kita🤣
Yak, ngayal aja dulu. Siapa tahu
besok kejadian kan?
Pada hari ibu ini tiba-tiba ibuku
datang dan menantangku bermain catur. Hal ini terjadi kemungkinan besarnya
karena ia pernah melihat aku bermain bersama bapak, dan kendati memang pada
saat itu aku kalah, itu bukan lain soal.
Profil catur ibuku, ia selalu
membanggakan kemenangan dirinya melawan kak Ryan, salah satu anak kak Nah. Katanya
ia tidak pernah dikalahkan selama ia bermain bersama kak Ryan. Hal ini membuat
aku bingung harus bangga atau tidak, ayolah, kak Ryan bukan Magnus Carlsen si
juara catur. Andaikata ibuku menceritakan bagaimana ia dulu menang pada tingkat
kabupaten atau kecamatan tentu aku bangga, ini peh, beliau bangga melawan anak
orang yang saat itu tidak aku ketahui umur berapa.
Coba aja aku berani tanya seperti
ini.
Aku : Emang dulu kak Ryan berumur
berapa saat ibu kalahkan?
Ibuku: Saat itu? Oh! Saat itu kak
Ryan masih didalam kandungan!
Tapi catur adalah catur. Berbeda
dengan ayahku, ia seolah menganggap catur sebagai anaknya dan disayangi. Bukan,
ibuku bukannya menangis saat prajuritnya mati. Tapi pola pikirnya berbeda
dengan ayah.
Ayahku berpikir secara matematis,
ia menduga setiap langkah yang akan terjadi, ia menduga apa yang berharga dan
tidak berharga untuk ditukarkan. Laksana raja, ia tahu apa yang penting dan
tidak penting. Dan seperti politik, ia tahu mana yang dikorbankan untuk
memenuhi kepentingannya pribadi.
Namun ibuku berbeda,
perhitungannya tidak seperti itu. Ibuku tidak mau menukarkan bentengku dengan
bentengnya hanya karena tidak tega bentengnya dibunuh. Padahal itu akan menjadi
pertukaran yang berharga. Memang didalam catur benteng diibaratkan bidak paling
berharga setelah perdana menteri. Tapi ayolah, itu cuma benteng!
Atau karena itu benteng? Aku bisa
membayangkan bagaimana kalau catur yang kita miliki dirubah menjadi hewan. Dan benteng
kita rubah menjadi banteng, lalu ia dicat warna merah. Hmmmm, aku dapat
merasakan gejolak politik didalamnya.
Dan setiap kali banteng dibunuh,
maka pembunuhnya diberikan satu mangkuk bakso rasa Walkie Talkie😏 #YTTA
Atas alasan itulah, dari tiga pertandingan
aku menang dua kali melawan ibuku. Aku membabat habis prajurit-prajuritnya dan
tidak membuat catur menjadi permainan, melainkan tempat pembantaian. Jadi ketika
ada kesempatan untuk membunuh raja, aku dengan cepat melakukannya.
Pada permainan ketiga aku kalah
karena lalai, aku meremehkan ibuku. Aku lupa bahwa dia pernah menang melawan
kak Ryan dan tidak pernah dikalahkan oleh kak Ryan. Ibuku harus segera diajak
melawan Magnus Carlsen dan berita itu harus segera diliput oleh PBB.
Bahkan sebelum ibuku melawan Magnus,
maka ia harus melawan Dewa Kipas! Ya betul! Orang-orang harus meliput hal ini.
Dan bahkan jangankan PBB! Satu masyarakat Indonesia harus menontonnya!
Hidup Ibuku!
HIDUP HARI IBU!!!
Ni bocil ganggu aja |
Kenzhie masih sok tahu |
Perdana menterinya bilek: Gua mulu dah dari tadi |
Masih berpikir cara terbaik mengatasi ancaman benteng |
0 comments:
Posting Komentar