Jika pada malam minggu maka
orang-orang akan menjalin kasih dengan sesamanya, aku malah menjalin kasih
dengan lomba yang batasnya malam ini. Akhirnya sebelum 17 Juli menutup umur,
aku segera mengirim karyaku.
Minggu, 18 Juli 2021
Kamis, 15 Juli 2021
Apocalypse
Mataku tiba-tiba sakit tadi malam
jadi aku meminta Upa untuk menelponku jam 9 disaat aku beristirahat sejenak.
Namun tidak ada telpon sama sekali sampai hapeku berdering pada jam 3 dan
ternyata itu adalah alarm untuk sholat tahajud.
Namun daripada membahas hal itu,
aku ingin membahas mimpiku tadi malam yang begitu aneh tentang serangan zombie
yang menyerang kota, beberapa kali aku adu tembak dengan zombie itu sebab ia
juga bisa menggunakan senjata, shotgun tepatnya.
Bagiku virus ini aneh, sama
seperti mimpiku beberapa minggu sebelumnya yang bertemakan sama, namun yang ini
zombienya bisa berpikir sementara minggu kemarin zombienya digunakan untuk
bermain film namun sayang ternyata zombienya asli dan dibuat menggunakan gas
bewarna hijau.
Mengenai mimpi ini, aku masih
berada pada strata hidup yang serupa, aku hidup sebagai mahasiswa dan anehnya
ternyata teman kelasku adalah anak Hammasah dimana guru kami ustad Thaisir.
Kakakkku, Desi juga ikut kuliah sehingga di mimpi itu aku menemaninya untuk menutupi
nilainya yang kurang, aku duduk di kursi dan seketika banyak orang-orang asing
yang tidak kukenal, duduk membuat lingkaran. Bagiku mereka ingin aku pergi,
namun aku tetap diam disana, mereka mungkin preman di sekolah itu, dan aku
bukan siapa-siapa. Dan ujung-ujungnya, kami berteman.
Tapi bagiku di mimpi ini, aku
bukan pemeran utamanya, pemeran utamanya adalah seorang sebayaku yang aku lupa
namanya siapa (Hasbi, Hasfi, Harbi), tapi seingatku namanya Hasfi. Bayangkan
saja kalau ternyata zombie itu adalah kutukan dari para dewa, sehingga si Hasfi
harus melawan para dewa. Anjay sih, karena ini sama seperti God of War. Dan
akhirnya Hasfi bersama seorang perempuan yang kulupa namanya pergi bersama
untuk melawan dewa tersebut, aku ikut sebagai penonton, pemberi nasehat, namun
ketika mereka bertarung, aku tidak ikut, hehe. Ya iyalah aku nggak ikut karena
itu aturannya.
Puncaknya adalah si Hasfi harus
melawan raksasa ditengah lautan, yap, benar, ditengah lautan. Bahkan ditengah
lautan itu air hanya sampai ke pahanya dimana si Hasfi harus melawannya sendiri
karena perempuan yang bersamanya sedang sakit. Sedangkan aku? Aku dari jauh
hanya berteriak teriak cara untuk mengalahkannya.
Raksasa itu berkata “Aku ingin
pukulanmu melayangkan aku ke hadapan Zeus”
Anjay, bener nih, mimpi referensi
God Of War, kratos botak mana nih? Haloo? Apa sudah bereingkarnasi jadi Deddy
Corbuzier?
Bagiku sendiri cara terbaik untuk
melawan adalah dengan cara menggunakan tali pengait, lalu memukul-mukulnya.
Namun aku juga pesimis karena raksasa itu terbuat dari kulit kayu yang keras
dan batu-batu, memukulnya bisa membuat tangan berdenyut-denyut.
Kampretnya adalah ending dari
mimpi ini aneh banget, well itu sih gara-gara ulahku yang memberitahu
orang-orang untuk menonton pertarungan mereka. Akhirnya jadi dah tuh kami nobar
bareng orang berantem sama Raksasa. Dan tahu endingnya? Ternyata endingnya
adalah raksasa itu kata kakakku kecapean, sehingga kalau kita kasih makan
poteng maka dia bisa tertidur. Dan kampretnya lagi adalah, raksasa itu tidak
pernah merasakan masakan manusia, apalagi yang namanya poteng, jadi dia merubah
dirinya menjadi ukuran manusia, seperti ukuran anak-anak untuk melawan Hasfi,
namun Hasfi terus menghindar.
Dan disitulah kami merayu dengan
makan poteng banyak-banyak sehingga mata raksasa itu jadi berbinar-binar, dan
akhirnya raksasa itu datang, memakan poteng itu dan ceritanya tamat karena aku
terbangun karena alarm.
Anjay sih, baru kali ini aku
lihat raksasa kalah sama poteng, apa ada yang lebih aneh lagi?
Oh ya, btw pagi ini aku bikin
blunder karena air mesin cuci ngalir ke lantai, aku salah karena awalnya aku
masuk ke kamar mandi dan ternyata lupa menaruhnya lagi ketika aku keluar.
Rabu, 14 Juli 2021
Biskuit Itu Bernama Regal
Megan membangunkanku sekitar jam 3 shubuh melalui telpon via Whatsapp sehingga handphone yang aku gantung berdering sangat kencang, aku bahkan tidak tahu kalau deringannya menyita segenap mimpiku yang aneh.
Aneh? Ya benar aneh. Aku
mempercayai bahwa alam mimpi ada pada otak alam bawah sadar manusia, dan aku
tidak menyangka mengapa mimpiku bisa seperti itu padahal aku orangnya aneh.
Tidak bisakah hanya aku yang aneh tapi bukan mimpiku? Hah, aneh.
Tapi aku tidak main-main,
sayangnya ketika aku menulis artikel ini aku telah melupakan mimpi itu, namun aku
yakin ada kaitannya dengan permainan Mobile Legend, entah disana ada Arya, Yazid, dan si Roid, atau mungkin ada dia disana sehingga perasaanku ketika aku
terbangun meninggalkan bekas luka.
Tapi btw, Megan memang baik, jadi
aku bangun sejenak dan melihat jam yang menunjukkan jam tiga, aku ingin mandi,
namun sejenak aku merebahkan diri dikasur dan setan-setan mulai memainkan piano
dan harpa, yang lain bermain suling dan yang satu lagi masih ada di Jakarta
karena dia tipe setan yang buta map.
Sabtu, 19 Juni 2021
Hilang Rasa
Tuhan, kenapa aku masih hidup?
Kau Yang Maha Benar, Kau Yang Menyingkap Keburukan, mengapa? Bukankah begitu
mudah kau hanya bilang Kun, maka aku akan tiada? Bukankah kau bisa
melakukannya? Mengapa kau tak bunuh aku saja? Bunuh aku dengan ucapanmu, kau
hanya perlu berkata Kun, hanya itu, Ya Allah, kenapa? Harus berapa kali sujud
ya Allah, harus berapa kali aku rukuk, membungkuk menghadap kiblat yang engkau
tetapkan, harus berapa kali lagi?
Aku pasrah ya Allah, aku cuma
ingin tiada, hanya itu.
Hari ini Sabtu, dunia berjalan
seperti biasa, aku bangun jam 3 karena Upa, akan tetapi kemudian aku tidur
lagi, yah, kind of fuck, bajingan emang, padahal aku hanya ingin memulai hariku
lebih awal, mengejar impianku lebih awal, namun aku kalah, aku kalah, kalah,
kalah, kalah, kalah dan kalah, ah, aku memang pecundang, bangun jam segitu aja
aku nggak bisa, bagaimana mungkin aku bisa membangunkan semangat negeri?
Namun yang paling parah adalah
hari disaat mulai benderang, siang menjelang, dan ibuku menelpon kak Ninin, kak
Ninin saat itu mau pergi jalan jalan sama temannya, Novi, terlebih karena
anaknya selalu menangis di rumah.
Dan setelah itu, ia menelpon kak
Ali, ibuku sampai sesenggukan karena yang terjadi pada mereka. Dan aku juga
ikutan sedih, aku membenci kak Ali, padahal dulu aku menyukainya saat aku masih
kecil, namun sekarang, respect itu telah tiada, dan tidak lagi kutemukan rasa hormatku
kepadanya.
Aku membencinya, sangat.
Dan kesedihanku meluap ketika aku
melihat lebih dekat wajah ibuku, kulihat wajahnya yang penuh kerutan, warna
hitam dibawah kelopak matanya menjadi tanda bahwa ia tidak bisa tertidur
sepanjang malam, semua karena masalah kak Ali ini, iblis! Aku benci keadaan
ini, aku benci karena aku tidak bisa merubah apapun, dan semakin membenci
keadaan ketika aku menemukan fakta yang lebih menyakitkan daripada hal ini. Ya,
benar, aku telah ditipu.
Ibuku bercerita banyak siang itu,
tentang ayahku, tentang kehidupan yang kita jalani, lalu melakukan perbandingan
dengan kak Ali. Ayahku orangnya teliti, sangat teliti dalam manajemen keuangan,
kehebatannya bisa dilihat dari apa yang telah dibangun, dua rumah, dilakukannya
sendiri, dipikirkannya sendiri, kami tidak tahu apa-apa dan seketika rumah ini
dan itu bisa berdiri dengan gagahnya, menjadi tempat kita tinggal.
Ayahku sampai bisa menangkap
tanah dengan harga 100 juta, melakukan kerjasama dengan keluargaku yang berada
di Mentinggo. Akhirnya, kami makan lewat sana, ketika musim padi, kami akan
mendapat keuntungan beras untuk kami makan, dan ketika musim tembakau, yang
mendapat keuntungan adalah keluargaku yang ada di Mentinggo.
Ayahku hanya pensiunan,
kesehatannya memburuk karena masalah ini, masalah yang sebenarnya telah merasuk
kedalam akar-akar terdalam suatu pondasi keluarga, seperti belatung, ia awalnya
hanyalah benih larva yang semakin membesar dan dewasa, kemudian semakin
membusuk karena luka itu semakin ditinggali belatung-belatung yang kelaparan,
dan keadaan semakin memburuk dan memburuk.
Ayahku hanya memiliki gaji 4 Juta
untuk satu bulan, satu bulan, 4 juta. Aku menanyakan tentang tunggangan dari
pemerintah, dan aku semakin sakit hati karena ternyata tunggangan itu hanyalah
kefanaan, aku berpikir bahwa kuliahku akan gratis, aku berpikir bahwa apa yang
dikatakan orangtuaku dulu adalah benar, namun ternyata, semua adalah
kekosongan.
Aku ingin mengabdi ayah!
Iya, tapi jika kamu mengabdi
maka tunjangan itu tidak dapat diambil. Lebih baik kamu langsung kuliah, sebab
dengan begitu maka nantu kuliahmu bisa gratis.
Saat itu aku pada akhirnya
mengiyakan, mengira bahwa bahwasanya tunjangan itu setidaknya tidak akan lagi
membuat aku menjadi beban keluarga, namun ternya semua adalah omong kosong,
sebab pada faktanya kuliah gratis itu hanya ilusi yang diciptakan orangtuaku.
Aku dibohongi oleh orang yang
sangat aku percayai, dan aku sekarang baru tahu bahwa aku telah mengorbankan
pengabdianku di pondok hanya untuk uang 200.000 rp.
Benar, mimpiku ternyata hanya
seharga 200 ribu.
Kamis, 17 Juni 2021
Tolong Dikondisikan Pak!
Apes! Mungkin itu adalah
satu-satunya kata yang bisa menunjukkan perasaan hatiku saat ini, sebab
bagaimana tidak? Aku di PHP dosen Tafsir Tharbawy, pak Ridwan. Pun aku sendiri
tidak tahu mengapa, namun yang jelas, aku sakit hati.
Ini bermula pada awalnya ketika
aku sebagai ketua Kosma kelas E, memutuskan untuk segera menghubungi pak dosen
Tafsir Tharbawy guna mendapatkan pemberitahuan segera mengenai kapan UAS Tafsir
Tharbawy. Pun aku telah memberitahu Syaid akan hal ini dan kami berdua
berencana melakukan penyergapan kerumah pak dosen seperti agen FBI, dan dari
hal ini, aku bisa membayangkan kalau pak dosen sedang mengajar dirumah, dan
tiba-tiba:
Aku : FBI OPEN THE DOOR!
Syaid segera menangkap pak dosen
sembari menodong dengan senjata api AK-47[1],
menutup kepalanya pake karung, lalu menyeretnya ke tempat tertutup. Sumpah deh,
aku jadi nggak tahu perbedaan agen FBI sama maling ayam.
Namun aku berinisiatif
menghubungi pak dosen via WA walau memang si Megan, Wakosma kelas E yang baik
hati dan tidak sombong itu telah memberitahu bahwa ia orangnya anti online dan
tidak suka dihubungi, bagi Megan, pak Dosen lebih baik langsung digrebek
dirumahnya, dan hal ini membuatku curiga bahwa Megan adalah orang yang pro
dalam menemukan orang selingkuh, hal ini tentunya menjadi pertimbangan dalam
dunia pernikahan karena aku berpikir seperti ini:
Pikiran itu telah dihapus.
Ya, lebih baik tidak memikirkan
Megan yang tidak-tidak.
Kembali ke pak dosen, pak dosen
ternyata membalas WA milikku dan mengatakan bahwa ia bisa ditemui saat pagi di
kampus, pun aku segera memberitahu Syaid dan Megan akan hal ini, dan ia si
Megan hanya mengatakan bahwa aku orangnya nekat, sementara si Syaid dana aku
akhirnya membuat rencana pertemuan dengan dosen.
Namun yang menjadi titik masalah
adalah karena pak dosen berkata bahwa ia bisa ditemui besok pagi di LPM, dan
karena aku orangnya kurang update masalah kampus, akhirnya aku bertanya kepada
si Syaid dan orang-orang yang memantau status mengenai kepanjangan LPM.
Ada hal yang membuat aku terpaksa
bertanya, hal itu karena aku percaya bahwa LPM memiliki arti Laporan
Pertangggungjawaban, dan M pada huruf terakhir mungkin memiliki Menantu. Jadi
LPM adalah Laporan Pertanggungjawaban Menantu.
Bagaimana konsepnya? Aku datang
kerumah pak dosen, pak dosen menungguku dengan membawa putrinya yang cantik
jelita plus menggunakan cadar, kami berdua dinikahkan, dan yeay! Happy Ending!
Dan jawaban pak dosen itu juga
telah membuatku mendapatkan suatu blunder, ini sih gara-gara Syaid. Jadi
awalnya si Syaid berkata bahwa dia berasal dari Lotim, namun Megan berkata
bahwa ia berasal dari Narmada, dan karena mereka berdua tidak kuketahui mana
yang lebih shahih perkataannya, aku segera mencari jalur lain, yaitu mencari
Kosma yang dekat dengan kampus.
Setelah kutanya Syaid, ia berkata
bahwa Fitri adalah mahasisiwi yang berasal dari Ampenan, aku segera mencari
kontaknya di WA dan menanyakan si Syaid siapa yang benar.
“Ini aku punya beberapa kontak,
si Fitri PMII, dan Nurul Fitriana PMII”
“itu tuh si Nurul Fitriana PMII”
Akhirnya aku mengechat si Nurul
Fitriana dan kampretnya, itu bukan dia, itu adalah atasanku di PMII, kampret
emang, padahal aku sampai bilang woy ke beliau. Akhirnya, guna meredam
kekacauan yang terjadi, aku langsung menyebut kak padanya, menanyakan apa
pelajaran saat semester 3 dan empat, dan membuatku semakin khawatir karena
ternyata pada semester itu pelajaran Matematika semakin ada, apalagi kalau
pelajaran matematika telah mulai berbasis bahasa Inggris, yang kata kakak itu,
harus ditranslate dulu agar bisa dipelajari.
Karena kejadian ini, aku langsung
memarahi Syaid dan dia tertawa, dia mengatai aku fakboy dan akhirnya
mengirimiku nomer yang benar, dan akhirnya, terjadilah percakapan aku dengan si
Nurfitria, kosma kelas A.
Nurfitria berasal dari Ampenan,
itu kata Syaid, dan taktik kami akhirnya dapat terlaksana dengan baik, yaitu
dengan cara si Nurfitria akan datang terlebih dahulu guna menunggu dosen,
terlebih agar ia tidak di prank sama pak dosen yang belum kita ketahui sifat
dan wujudnya.
Aku akhirnya terjebak pada chat
bersama si Nurul Fitriana juga si Nurfitria, si Fitria berkata bahwa dia kenal
aku saat keakraban, mengatakan bahwa aku pernah berkata kating kami adalah
tanda-tanda akhir zaman, namun aku tidak mengingatnya dengan baik, dan
begitulah…
Paginya aku bangun, membawa buku
bahasa Arab dan Tafsir Tharbawy, aku segera menuju ke kampus dan untungnya pak
dosen belum sampai, beliau bilang akan datang nanti karena saat ini beliau
sedang menuju ke MAN 1 Mataram.
Aku menuju ke gedung PGMI,
mencari LPM namun tidak kutemukan sedikitpun tulisan yang berkata LPM, aku juga
tidak menemukan menantu pak dosen yang menggunakan cadar, calon istriku
hehehehehehe.
Dan waktu pun berjalan, Syaid
datang, ia menyuruhku datang ke akademik dan disana, mereka berdua telah
menunggu. Syaid seperti biasa, cool dan Nurfitria, cantik. Nurfitria adalah
perempuan yang menggunakan cadar, jadi aku hanya bisa menatap matanya tanpa
tahu bagaimana rupa wajah aslinya. Memang dulu aku pernah lihat, tapi lupa, dan
bagiku, perempuan sebaiknya tetap misteri sampai ia menjadi milik suami.
Kami berbicara sepanjang jalan,
dan semakin lama, aku merasa semakin menjadi nyamuk diantara mereka. Aku sampai
khawatir apakah Syaid membawa obat nyamuk dengan melihat pergerakan tangannya,
namun untungnya, tidak ada. Nurfitria juga nampaknya tidak membawa benda yang
berbahaya, maksudku, bisa saja ia tiba-tiba membuka cadar dan ternyata ada obat
nyamuk diantara giginya, seketika ia bersalto di udara dan melemparkan aku obat
nyamuk yang berputar seperti shuriken.
Namun tidak apa-apa, semua aman
terkendali, imajinasiku saja yang tidak. Setelah aku berani bertanya, kami
menemukan LPM dimana, tempatnya cukup jauh jika kami berjalan sambil merangkak,
akhirnya kami memutuskan mengambil motor dan segera menuju kesana.
Disana cukup canggih, ada lift
yang akan membawa kita pada lantai ketiga, dan sebenarnya, aku takut lift, aku
takut benda yang tiba-tiba bergerak, aku takut ketinggian, dan banyak hal yang
kutakuti, namun menurutku, tidak ada yang lebih menakutkan daripada sakit hati.
Nurfitria sepertinya memang anak
kota, ia segera mampu membawa kita sekejap mata ke lantai dua menggunakan lift
yang ada. Dan disana, tertulis dengan jelas, LPM. Dan seperti kata Megan, itu
adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Ah sial! Kenapa tidak Laporan
Pertanggungjawaban Menantu? Aku bisa membayangkan aku langsung mendobrak dan
banyak ukhti-ukhti yang siap dijadikan pasangan hidup, mereka akan menatapku
sembari tersenyum malu, aku bisa membayangkan diriku berjalan seperti pangeran,
duduk dihadapannya dan mengeluarkan cincin berlian dari saku celanaku.
“Menikahlah denganku…”
Lalu ia akan menatapku dari balik
cadarnya, tersenyum manis menyembunyikan rona pipinya yang merah karena malu,
kemudian dia akan bertanya.
“Mengapa harus aku?”
“Sebab aku temukan Sang Maha
Pengasih dimatamu”
Terus aku akan membawanya keluar,
dan diluar, Nurfitria hanya bisa bertepuk tangan, si Syaid akan menangis
tersedu-sedu dan berteriak “Kenapa aku fakbooooi!” dan kami menikah dan
bahagia. Tamat.
Yah, itu hanya ekspektasi,
masalah yang terjadi ternyata tidak seperti itu, kami menunggu lama waktu itu,
lama sekali, saking bosannya, aku memberanikan diriku untuk masuk atas usulan
Syaid dan si Nurfitria, apalagi aku semakin berani karena ada kakak kelas yang
masuk keruangan itu.
Aku menahan napas, perlahan
tanganku maju perlahan menuju gagang pintu, aku menariknya kemudian kutemukan
cahaya yang hampir membutakan mata….ah….inikah surga? Adakah disana ukhty-ukhty
sebagai Laporan Pertanggung Jawaban Menantu? Namun belum aku selesai
berhalusinasi, realitas membawaku pada tragedi dimana didepanku tidak ada
satupun ukhti-ukhti, melainkan aki-aki[2].
Aku yang langsung masuk dan langsung
sengap[3]
semua pria paruh baya itu langsung menatapku. Pada ruangan itu, mata itu seolah
mercusuar-mercusuar yang menyergap kancil yang mencuri ketimun. Aku diam.
Ukhti-ukhti yang seharusnya semenarik Nanno[4]
telah dikutuk menjadi kakek-kakek serupa Sugiono[5].
“Cari siapa dek?”
“Cari pak Ridwan pak”
“Oh, beliau belum datang”
“nggih pak, kalau begitu saya
undur diri, assalamualaikum”[6]
Aku keluar dan segera menyemprot
kedua kosma itu. Anjir memang, ternyata ruangan itu tidak seperti dugaan si
Fitria yang mengatakan bahwa ruangan itu luas, memiliki bangsal-bangsal dan
bagian yang bisa ditanyai, disana hanya ada orang, maksudku ruangan itu adalah
kantor para dosen! Ngeri deh.
Apalagi ternyata disana tidak ada
dosen perempuan yang setidaknya mirip Lisa Blackpink, tidak ada! Yang ada hanya
dosen laki-laki, itupun tidak ada yang pink, black semua orangnya.
Akhirnya aku bertanya mengenai
dimana pak dosen akan tetapi mereka tidak tahu, jadilah kami menunggu sekian
lama sampai sore semakin menutup usia. Ketika sore semakin menjelang, Syaid dan
Nurfitria pada akhirnya pamit ingin pulang, namun aku tidak mau pulang lebih
dulu, aku mempercayai bahwa pak dosen akan datang.
Sore semakin menjelang, tidak ada
satupun kabar, pesanku hanya di read pak dosen, orang-orang yang di kampus satu
persatu pergi dan tidak kembali. Kampus menjelma kuburan yang begitu sepi, para
satpam terlihat becanda mengisi kebosanan mereka, meninggalkan aku sendiri
dalam kesendirian.
Akhirnya aku menyalakan motor,
pergi menuju kosan Upa untuk saling berjumpa. Tidak lama sebelum aku memutuskan
untuk pergi dan menatap sore yang akan menutup mata. Aku tahu bahwa dunia
memang pengkhianat, akan tetapi jika semua dosen seperti ini, aku tidak mau
dikhianati lagi.
Dan senja memeluk tubuhku yang
hilang di permukaan jalan raya, menyalip kendaraan lain yang ditunggangi
manusia yang pernah dikhianati jua.
[1] Njir, padahal AK-47 Adalah
Senjata Teroris, bukan FBI wkwkwkkwkw
[2] Kakek-kakek
[3] Kaget sampai tidak bisa
berbicara
[4] Seorang perempuan di Girls
In Nowhere, film Thailand, katanya seru sih
[5] Tidak kuketahui nama
aslinya, tapi kakek ini memiliki reputasi legend bagi para lelaki penyuka po*no
[6] Kalian nggak akan percaya
aku berbicara sambil tangan menutup di bagian diafragma, aku menunduk seperti
orang Jepang setiap kali ngomong, LOL deh pokoknya.
Saking gabutnya, aku pernah bikin video ini wkkwkwkwkwkw |
Senin, 01 Maret 2021
Ketukan Pintu Sebelah Rumah
Ketukan Pintu Sebelah Rumah
Sebenarnya
cerita ini akan kuceritakan kepadamu pada bulan February lalu, namun karena kendala
mengurusi blog duniakuliahnusantara.blogspot.com, aku terpaksa menunda
Kura-Kura Pejalan sebagai tempat menulis dulu dan menyibukkan diri pada hal
yang lebih penting.
Kura-Kura
Pejalan, atau blog yang kalian baca ini memang sebenarnya adalah pelarian dari
kehidupanku, aku berniat akan menjual blog ini suatu saat nanti, dan jika
tidak, aku akan mencoba mengkonversikan tulisan-tulisan yang aku miliki ke
dalam buku agar bisa dikenal orang, bagiku, idoelogi adalah hal yang harus kita
sebarkan agar menjadi makanan untuk orang-orang pintar.
Jadi saat ini, ketika
aku duduk diatas kursi hijau sambil menunggu bagaimana aku menceritakan kisah
ini, aku menyetel musik dari Iwan Fals, dan begitu banyak makna tentang
kehidupan yang aku dapat. Bagiku, musik Iwan Fals memang sangat bagus untuk
membuat inspirasi untuk kita.
Aku minta maaf
kalau bab ini agak bertele-tele, aku membutuhkan waktu untuk membuat otakku
panas karena sudah tiga hari aku tidak menulis artikel, jadi bakatku juga hilang
seperti pasir yang kau tabur diatas tebing.
Baiklah, biar
tidak ada curcol dan banyak bacot lagi, aku akan mulai bercerita:
Disamping
rumah yang aku tinggali ini terdapat rumah kosong yang dinding batanya oranye
se oranye tanah liat, beberapa bata itu ada yang telah terkelupas, genteng ada
yang telah jatuh, dan retakan juga ada dimana-mana; mengangkang seperti petir
di langit yang luas.
Memori-memori
yang bisa aku ambil dari dalam kenanganku adalah bahwa dulu, didepan rumah itu
terdapat pohon-pohon bambu yang memancang tinggi, kebanyakan batang bambu
tersebut bewarna hijau tua dan keras, beberapa kali aku juga menemukan
lubang-lubang di pohon bambu yang berarti adalah sarang kelelawar, dan beberapa
kali juga, aku menemukan bambu kuning yang menjulang kesamping karena kakinya
tidak lagi sanggup untuk menahannya.
Aku masih ingat
ketika waktu hujan disertai angin deras menampar-nampar bumi, dan ketika itu
terjadi, maka bambu-bambu tersebut akan saling bergesekan satu sama lain dan
akan menciptakan suara creepy pintu tua yang engselnya rusak, seolah ada
makhluk yang bernyanyi agar anak-anak bersedia kesana, dan ketika mereka
kesana, mereka tidak akan mampu lagi kembali.
Bambu-bambu
disana terkadang akan mengganggu tidurku dimalam hari, suara yang bergemerisik atau angin-angin yang juga ikutan membuat
daunnya saling menampar satu sama lain, aku mengingatnya. Aku mengingat bambu
kuning yang hidup menyamping seolah membutuhkan orang lain untuk hidup, atau
memang ada makhluk astral yang menungguinya sampai bambu itu tidak lagi mampu
menopang dirinya sendiri… Tidak ada yang tahu, bahkan tidak ada yang pernah
tahu.
Bagi sebagian masyarakat,
pohon bambu dipercaya memiliki kekuatan yang lebih daripada yang lain, banyak
yang mengatakan bahwa bambu yang bewarna kuning dihuni makhluk-makhluk astral
dari dimensi lain dan menungggu kita terjebak dalam dimensi mereka, bambu
kuning juga sering digunakan untuk menjadi senjata, bahkan menjadi jimat.
Bagiku sendiri
itu adalah suatu hal yang tidak logis, bambu kuning tentu terjadi karena pohon
tersebut yang menua dan akan mati, atau bisa jadi karena pohon itu memiliki
penyakit bawaan, namun sampai aku mengenal agama Hindu, aku sering bertanya apakah
pohon bambu yang bewarna kuning tersebut terjadi karena mereka yang berasal
dari dimensi lain? Mereka memakan sari dari pohon itu dan menghabiskan nyawa
pohon tersebut tiap waktu.
Teror dari pohon
bambu tersebut pada akhirnya berakhir selepas pohon tersebut ditebang satu
persatu, dan selepas hal itu terjadi, aku tidak lagi mendengar gemerisik pohon
atau dedaunan atau bumi yang menganga, semua terror itu lenyap digantikan
dengan kesunyian yang merangkak di malam hari.
Kembali lagi
kerumah tersebut, pohon disana yang ditebang pada akhirnya diganti dengan
bangunan baru yang dibuat sang pemilik rumah, namun aku tidak tahu mengapa,
pada akhirnya pemilik rumah tersebut pindah tanpa pernah aku ketahui kemana dan
mengapa, sekarang rumah itu tidak lagi berpenghuni, meninggalkan tembok dari
bata oranye yang mengelupas, ruang keluarga yang dipenuhi tarantula, dan pintu
yang meninggalkan jebol di beberapa tempat.
Sudah lama rumah
itu tak ditinggali, bahkan sampai saat ini, rumah itu menjadi rumah kosong
tidak berpenghuni dengan segala kemistisannya, dulu ia sempat dihuni oleh
anjing-anjing yang membutuhkan tempat tinggal, namun aku bersama Erol, Dana dan
Agung mengusir anjing-anjing tersebut yang dimana sekarang aku menyesal mengapa
hal itu terjadi.
Rumah itu dibuka
kembali selepas kejadian dimana Dina meninggal dunia, memang ia dibuka untuk
sementara waktu namun melihat rumah itu bisa hidup kembali saja sudah membuatku
senang, tidak ada lagi kesan gelap yang ia miliki, ia nampak hidup dengan
segala keramaian yang ada, orang-orang yang ada disana menggunakan rumah
tersebut untuk meletakkan beras[i]
dan rumah tersebut menjadi central dalam acara jamuan untuk kami.
Namun tentu
saja, tidak ada yang pernah abadi.
Tidak lama
kemudian rumah tersebut menjelma menjadi kuburan yang sangat sepi dan segala
kegelapan yang terkubur oleh kematian Dina kembali terungkap. Rumah itu kembali
mati dan kini semakin menakutkan karena seringkali aku merasakan ada orang yang
mengintipku dari jendelanya yang berdebu.
Terkadang aku
juga merasakan hal-hal yang aneh ketika dekat dengan rumah tersebut, entah,
mungkin mitos yang beredar itu benar karena terkadang aku ‘merasakannya’.
Mereka yang telah meninggal katanya datang untuk hari-hari pertama setelah
kematiannya, ada yang berkata 7 hari, ada yang berkata sampai 40 hari, entah
versi mana yang benar namun terkadang kita merasakan mereka ada dan ingin
berinteraksi dengan kita, dan tentu saja, bagiku hal itu ‘mengganggu’, namun
hal itu semakin membuat aku percaya bahwa orang yang mencintai kamu memiliki
alasan terbaik untuk mengganggumu dengan alasan rindu.
Dan Dina telah
pergi selama-lamanya, meninggalkan kisah dan sejarah di gubuk kami. Aku memang
tidak lagi merasa seperti beberapa hari selepas Dina pergi, aku tidak terlalu
merasakan entitas lain dalam kehidupanku, namun itu semua berubah ketika aku
tidak bisa tidur seminggu dua minggu kemarin, aku lupa penyebabnya apa,
seingatku adalah aku bertengkar dengan sahabatku karena dia tidak ingin tidur,
trauma dari masa lalunya kembali dan membuat ia menangis, ia berteriak malam
itu namun aku tidak bisa melakukan apapun karena kami melalui video call, dan
pada akhirnya, ia tertidur namun mataku tiba-tiba kembali menyala.
Waktu semakin
merambat dan aku tetap tidak bisa tidur, jam satu malam telah lewat dan suasana
begitu hening sehening danau yang tidak memiliki gelombang. Beberapa kali
anjing memang kerapkali menggongong, suara serangga malam juga menemani, namun
apa yang aku dengar malam itu membuat aku tidak bisa melakukan apapun selain
mendengar suara itu berulang kali.
Entah bagaimana,
rumah disamping rumahku diketuk oleh seseorang, suara ketukannya keras sampai
masuk kedalam kamarku, aku tidak tahu dia siapa namun adalah hal yang tidak
logis orang bangun untuk mengetuk rumah kosong dimalam hari.
Orang itu, entah
dia ingin masuk atau keluar mungkin terhalang oleh sesuatu, pintunya mungkin
tertutup keras sehingga ia tidak memiliki pilihan selain melakukannya, namun
jika ia memiliki tangan, seharusnya ia bisa membuka pintu tersebut dengan
menarik tuas yang ada didalam dan bisa ditarik dari luar melalui pintu yang bagiannya
jebol.
Namun bagaimana
kalau orang itu tidak memiliki tangan?
Cukup aneh
menurutku bila ada orang yang tidak memiliki tangan mencoba untuk membuka pintu
tersebut, terlebih tidak ada hal yang bisa didapatkan dari rumah kosong
tersebut. Aku banyak berpikir, apalagi malam itu aku tidak bisa tertidur karena
terus mendengar ketukan dari rumah sebelah, aku tetap diam sembari melihat
langit-langit kamar, jendela telah kututup gorden jadi tidak ada orang yang
bisa melihat apa yang terjadi didalam rumahku.
Namun tentu
saja, aku tetap merasa takut bila ada sesuatu dibalik gorden itu yang bisa saja
menyapa, terlebih ketukan itu tidak berhenti sampai sekarang dan semakin
membuat aku bertanya: adakah makhluk yang tidak bisa membuka pintu? Namun ketika
aku menulis ini, karena beberapa hari kemarin aku terus mendengar tentang
kematian dari pengeras suara masjid, imajinasiku beranjak menuju seseorang yang
telah mati, hidung mereka disumpal kapas, tubuh mereka dikafani dan diikat,
lalu mereka dikubur.
Namun aku
percaya, itu bukan mereka.
*Seingatku
kejadian ini tanggal 25 February 2020
[i] Dalam islam, kami
mengadakan acara untuk menghibur sang pemilik rumah yang anaknya meninggal
dunia dengan membawa beras, uang, dan gula
Selasa, 23 Februari 2021
Playboy di Mata Mira
Playboy di Mata Mira
Beberapa malam
kemarin si Mira melihat salah satu statusku di WhatsApp mengenai Maling-Maling
Gacha, aku menulis bahwa pencuri itu telah mati karena digebuk masyarakat
Wakanda dengan cara yang tidak wajar, aku tidak ingin memberitahumu seperti apa
cara yang tidak wajar tersebut karena bagiku adalah hal yang tidak sopan bila
aku jabarkan semuanya disini. Namun sebagai gantinya, aku mengizinkan kalian
berimajinasi bagaimana maling itu disiksa, misalkan saja ia diikat di pohon
lalu diberi nonton film Dora The Explorer selama lima jam, atau maling itu
disodok pake gerobak bakso sampai kepalanya nyungsep di selokan. Terserah
kalian mau berimajinasi seperti apa, yang penting jangan yang aneh-aneh.
Pembicaraan kami
berlanjut, ia bercerita tentang banyaknya kasus kriminalitas di Kopang yang
menurutku sudah tidak wajar, diantaranya adalah kasus pembunuhan di Kopang
dimana lelaki itu adalah lelaki pemabuk dan pengguna narkotika, dia berantem
dan bunuh orang. Kemudian pembacokan tukang parkir di Alfamart perempatan
Kopang yang dimana dia mabuk, terus ada orang yang gamau bayar parkir dan
akhirnya dibacok. Pesan itu berakhir dengan kalimat ‘bahaya bet ini’ yang
berarti bahayanya sudah tidak bisa di tolerir lagi.
Kasus virus
Covid-19 di Kopang juga dibahasnya, ia bahkan memberitahuku bahwa puskesmas di
Kopang ditutup gara-gara penyebaran virus ini, katanya, Kopang memiliki
lonjakan virus Covid lebih dari yang lain, dan parahnya lagi adalah, dia
bercerita bahwa ada orang Pengkores yang kena.
Kampret.
Pengkores adalah
desaku, desa yang makmur tentram dan memiliki persawahan yang cukup banyak,
namun tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan urban juga membuat pendekatan
antara satu sama lain terjadi. Dan jika kita membahas Covid, banyak yang percaya
penularan pertama Covid di Lombok adalah melalui perempuan yang sudah tua,
perempuan ini positif dan segera dijaga agar penularan semakin tidak terjadi.
Namun penularan yang lebih parah terjadi ketika salah satu kyai terkena covid
dan bersalaman dengan muridnya, akhirnya sekolah itu ditutup dan dikarantina,
selepas itu aku tidak tahu bagaimana Covid ini meluas, namun banyak yang
percaya bahwa virus ini datang dari para pelancong yang datang ke Lombok, dan
itu pernah terjadi di desaku.
Kejadian itu
bermula ketika seorang yang dari desa ini pergi melalang buana ke luar Lombok,
kalau nggak salah Kalimantan, nah selepas ia melalang buana disana, ia kemudian
kembali ke Lombok sembari membawa giveaway virus Covid-19 yang ia sebar tanpa
sengaja, katanya juga bahwa ia sebenarnya sedang diisolasi tapi kabur, dan
kampretnya dia kabur ke desaku yang malah membuat desa kocar-kacir karena
kedatangannya. Ia pun di buron oleh pihak rumah sakit kemana-mana, dan baginya,
ia mungkin merasa seperti Cleon di game The Warrior yang dikejar-kejar polisi.
Kejadian lain
adalah pernah ada perempuan di desaku yang terpapar virus tersebut, dan sialnya
adalah ibuku sholat shubuh disampingnya dan itu menyebabkan ibuku ngedumel
sendiri dirumah. Aku juga menceritakan Mira tentang kriminalitas lain, kemarin
sekali, pernah desa disampingku viral karena ada perempuan yang sholat sambil
joget, malang tak bisa ditolak, video tersebut viral dan dia di bully
habis-habisan oleh masyarakat dan Indonesia. Satu-satunya perlawanan yang bocah
itu lakukan adalah dia mengatakan bahwa saat sholat dia mendengar musik DJ dan
akhirnya joget, namun tentu saja ketahuan kalau itu hanya rekaan sebab hanya
orang tolol yang merekam dirinya sholat sambil joget, dan agar tidak dibakar
masa, perempuan itu segera membuat klarifikasi permintaan maaf dan berjanji
untuk tidak mengulanginya lagi. Hal itu memang sudah menjadi tradisi dimana
klarifikasi adalah akhir dari segala permasalahan yang tercipta,
seburuk-buruknya kelakuanmu, kalau kamu membuat klarifikasi permintaan maaf
maka rencana kamu yang akan diarak-arak keliling desa kemudian dilempar ke
selokan sebagai tumbal akan ditunda, dan bahkan tidak akan pernah dilakukan.
Mira kemudian
bercerita tentang kisah percintaan yang dia alami, dia bersama seekor buaya
yang mengincarnya lagi…
Mira bercerita
kepadaku bahwa belakangan ini dia pacaran dengan seekor buaya yang bernama
Alfred, namun karena namanya terlalu keren untuk orang desa, kita bisa
memanggilnya Kampret. Mira dan Kampret menjalin hubungan untuk waktu yang tidak
lama, hal itu terjadi karena Mira tidak suka kepada Kampret namun si Kampret
terus meminta-minta dan akhirnya Mira menerimanya dengan perasaan tidak suka.
Singkat cerita, si
Kampret ini tahu kalau Mira tidak menyukainya, dan seperti cerita kapal Titanic
yang kejedot es, cintanya karam bersama waktu dan kenangan yang berharga bagi
si Kampret namun tidak bagi Mira. Mereka berdua diibaratkan pemain Titanic kala
itu, si Kampret adalah Leonardo De Caprio versi kena azab, dan si Mira adalah
Rose versi jilbab di kapal Titanic. Tahu sang kapal akan karam, Kampret berkata
kepada Mira bahwa ia harus melompat.
Kampret : Jump!
Mira : No!
Kampret : You jump, I jump!
Mira : No, You Jump, I tenggelam
Mira mendorong
Kampret sehingga kepalanya kejedot es, dia jatuh, berguling-guling dan
tenggelam bersama seluruh perasaannya yang berharga kepada Mira, kemudian
tubuhnya membeku didalam lautan, namun tidak dengan hatinya.
Dan seperti
buaya-buaya pada umumnya yang masih jatuh cinta kepada pasangannya, maka dia—seperti
playboy-playboy pada umumnya--memberi rayuan kepada Mira dengan kata-kata yang
manis aduhai, somplay, gomblay, namun sayangnya, Mira memiliki masa lalu
percintaan yang kelam, dia telah gonta-ganti pacar sesering mengganti celana
dalam dan dirinya kebal terhadap rayuan-rayuan mematikan lelaki playboy, sebab
sebenarnya, Mira adalah playgirl.
Kampret tentu saja
tidak tinggal diam, segera dia mengeluarkan jurus-jurus ampuh untuk menyegel
perasaan Mira, namun karena Mira memiliki darah playgirl permanen, ilmunya juga
tidak bisa diremehkan. Pertarungan antara aksara-aksara cinta mengalun diantara
mereka, antara demand dan refuse yang saling berkaitan, namun sungguh
disayangkan siluman buaya darat tersebut kalah telak, tubuhnya lebam, hatinya
patah, namun tidak ada yang pernah tahu bahwa hati itu bisa saja bereinkarnasi,
cinta itu bisa jadi tidak mati, ia ada, utuh, tak bisa dibunuh.
Namun Mira lupa
bahwa dia juga manusia, ada sebongkah hati suci yang masih dia miliki, dan
itulah, pada saat detik-detik terakhir pertempuran, Mira luluh…
“Kenapa ya pas
cowo playboy itu kalau berubah menjadi orang setia pasti selalu susah untuk
dipercaya” tentu saja kalimat yang menyedihkan itu yang memiliki udang di balik
batu membuat Mira luluh dan kasihan karena ia adalah cewek
“Sabar ya, kamu
pasti temukan yang tepat”
Mira terus
bertahan dengan penolakan sehingga mereka terus berantem dengan permasalahan
yang itu-itu aja, namun keaiaiban terjadi, sebab beberapa hari yang lalu Mira
mendapatkan teman yang ingin curhat dengannya, perempuan ini kita panggl saja
Suci, dan ternyata yang dicurhatkan Suci adalah si mantan Mira, atau tepatnya
si Kampret. Mira menarik benang merah dari semua kejadian, dia menganalisa,
bertanya dan terus mencari tahu sampai benang merahnya ketemu.
Ternyata oh
ternyata, ketika si Mira putus dengan si Kampret, si Kampret jadian sama si
Suci, dan waktunya tepat banget karena Mira meminta screenshot percakapan dan
mencocokkan semuanya, dan tahu? Semuanya valid tanpa ada kecacatan. Mira yang
memiliki kemampuan detektif langsung memberikan kesimpulan ulti yang akan aku
ingat tentang playboy, sebab dalam pandangan Mira, playboy adalah playboy, dan
tidak akan pernah berubah.
“Kamu tahu Zis?
Inti dari semua cerita saya ini adalah bahwa playboy itu sama saja, mereka akan
tetap playboy sebagaimanapun rayuan yang mereka beri”
Aku hanya diam
menyimak ucapannya dan tersenyum karena mengetahui satu hal.
Tanpa dia tahu, bagiku Mira
adalah playgirl.
***
Kami istirahat
malam itu, Mira tidur duluan selepas aku meminta apa yang bisa dijadikan bahan
tulisan sementara malam itu aku duduk didepan laptop dan seperti biasa, aku
mempelajari Blogger. Aku menulis di duniakuliahnusantara.blogspot.com dengan
serius sementara platform Kura-Kura Pejalan aku jadikan sebagai ajang aku
curhat tentang kehidupan yang aku jalani. Aku berniat untuk membuat animasi
sendiri namun sampai saat ini, aku masih gagal menemukan gambar yang chubby dan
pantas untuk diriku sendiri. Aku istirahat malam itu dan paginya aku
mendapatkan pesan darinya.
Ia bercerita bahwa
sekarang si playboy itu segrup dengannya, tadi malam ia sempat bercerita
tentang seorang gadis lugu yang diincar oleh buaya itu sebagai tumbal barunya,
aku langsung mengatakan kepadanya untuk melindungi perempuan polos itu dengan
cara apapun, tentu saja Mira tidak merasa enak berada pada grup itu karena
mereka sekarang seperti game Among Us. Kampret adalah Impostor yang jatuh cinta
kepada si polos ini, sementara Mira dan si polos ini adalah pemain, dan walau
si Mira mengatakan kepada si polos bahwa Kampret adalah Impostor, namun bisa
jadi ia akan terus diincar oleh Impostor sepanjang hidupnya, dan bisa jadi, si
Kampret akan memanggil Impostor-Impostor lainnya dan akan menyerang kehidupan
Mira, kini, Mira menjadi sebuah agen rahasia yang akan menendang Kampret secara
diam-diam, membuatnya terbengkalai di luar angkasa seperti hukuman playboy pada
umumnya.
“Kita akan namakan
apa operasi ini?” aku bertanya
“Trapping
Crocodile” tulis Mira yang tentu saja artinya adalah menangkap buaya
Aku berpikir lama,
lalu terbersit sebuah ide operasi yang menurutku cocok untuk hal ini.
“Bagaimana kalo
Make Rush and Crush to Avoid Woman Cried”
“Kepanjangan”
“Disingkat MENCRET”
“prank aja dah,
Prank”
“Kalo Prank
berarti ini semua candaan”
“Push the rank”
“Apa yang harus di
push?”
“Push The Rank”
“Tapi kan kita gak
mungkin nge-Push”
“Pancing buaya
masuk kendang”
“Gitu doang?”
“Ya, gitu doang”
“Apa bedanya? Malah
bagusan yang awal, Bagaimana kalau Trapping Crocodile?”
Diam.
Dan malam itu
berlalu, sebuah rencana timbul dalam semesta yang maha besar dan kami, akan bersiap
untuk menjerat buaya-buaya kampungan itu, kami akan melakukan banyak taktik
agar buaya itu tidak akan pernah bisa keluar dari cengkraman kami, dan
mengetahui hal ini, aku tidak sabar menunggu hari esok…
Aku ambil di status Whatsapp |