Senin, 10 Agustus 2020

Sosok Yang Berbicara Tanpa Harus Bersuara

 Sudah berapa lama kalian hidup? Aku baru hidup selama sembilan belas tahun dan terkadang merasa bersyukur. Aku tahu, ayahku sudah pensiun dari PNS dan ibuku bahkan berhenti sekolah saat beliau masih kelas tiga MTS. Aku hidup dalam keluarga berdarah guru dan aku ingin dijadikan seperti itu.

Namun aku tetap bersyukur, hidup kami sederhana, tidak banyak yang dapat kami banggakan namun kami hidup bahagia, ayahku mencontohkan dengan baik bagaimana cara kami harus hidup, beliau pekerja keras seolah ia memang hidup untuk bekerja. 

Dan seperti yang kukatakan, tidak banyak hal yang bisa kami banggakan, namun sepertinya, ayahku tidak memperdulikan hal itu. Ia seolah mengajarkan kami untuk tidak mengejar kebanggaan, seolah berkata kepada kami: 

hiduplah seperti apa yang kalian mau, dan matilah seperti yang kalian mau.

Aku mendapatkan pelajaran yang banyak tanpa beliau harus berbicara, ia tidak pernah memarahiku, mengangkat tangan untuk memukulku, ia selalu memberikan dadanya yang tegap, mengajarkanku bagaimana seharusnya aku bersikap.

Ayahku seolah percaya bahwa pendidikan adalah segalanya, ilmu, sedikit apapun baginya begitu berharga, ia adalah komoditas yang tidak bisa dijual namun bisa dibagikan.

Dan sebab itulah pendidikan kami begitu berharga, uangnya yang ratusan juta disimpan dengan baik hanya untuk kami, agar kami bisa terus hidup dan bernafas. padahal, banyak hal yang bisa  dibeli, tiket naik haji, liburan ke Bali, semuanya.

Namun dalam pandangannya, ia tahu bahwa hidup untuknya adalah sementara, ia tidak tahu kapan dirinya mati, ia hanya tahu bahwa suatu saat nanti, kami akan beranjak dewasa dan memandang dunia dengan pandangan yang semestinya.

Dan disaat sisa-sisa hidupnya, ia selalu ke masjid untuk berdoa kepada tuhan. Berdoa untuk kami tanpa tahu apa yang didoakannya.

Ia adalah ayahku, dan dalam kacamataku, ayahku berbicara tanpa harus bersuara, namun apa yang diajarkannya akan tetap ada, hari ini, esok, lusa dan selamanya.




Sosok Yang Bicara Tanpa Harus Bersuara

Share:

Jumat, 13 Maret 2020

Tak Mau Jurusan HI

 US ke 3

Jumat, bagus, kami menghadapi ulangan yang bernama PKN dan Ilmu Hadis. Aku sempat membaca Ilmu Hadis dan kurasa tiada hambatan yang berarti. Namun yang parah adalah baru saja si Sandika Putra berkata.

“lihat saja nanti, ia akan memiliki pola”

Dan tada! Benar-benar soal yang menarik karena tidak memiliki pola. Kami memang sering mendapatkan jawaban yang berpola sejak dahulu, dan mungkin temanku merasa benar, ia akan menemukan pola yang sama seperti: A A A A A A A dan B B B B B B, begitu seterusnya. Naasnya, soalnya berbeda. Aku memang tidak terlalu peduli akan pola tersebut karena beberapa aku tahu jawabannya. But, teman-temanku yang lain? Semoga mereka berhasil.

Hal yang membuat otakku babak belur adalah PKN (sumpah, aku yang mau ambil jurusan HI langsung ragu-ragu setelah ustad Huda berkata aku harus meningkatkan pelajaran PKN) masalahnya adalah, begitu banyak nama orang, tanggal yang tidak aku ketahui. Kenapa terjadi agresi militer? Aku tidak tahu. Kenapa Belanda melanggar perjanjian? Mudah, karena orang bejad seperti mereka berprinsip aturan ada untuk dilanggar.

Alaku jadi pusing, bahkan temanku sampai membuat teori sendiri. Memang, ada soal yang mengatakan bahwa Aceh tidak bisa dikalahkan karena kuat, akhirnya dikirim orang Belanda yang menyamar menjadi ulama alim. Dan Aceh dikalahkan. Hal yang parah adalaha pertanyaannya. Siapa nama orang itu?

Siapa nama ulama bejat bin palsu itu aku tidak tahu, dan temanku berkata.

“slow, orang Belanda pasti ada kata Van di depan namanya, jika ada kata Van, maka ia orang Belanda”

Semudah itukah? Masalahnya disana ada namanya Snhrouk (entah, aku juga lupa nama aslinya) seingatku dia pelakunya. Namun jika yang dikatakan temanku itu benar, jika Van adalah orang Belanda yang menyamar menjadi ulama, maka aku takut, jika ada nama disana yang bertulis Van-Tok, Van-Ta, Van-Thovel, atau Van-Chi Rhobek,. Aku takut mereka akan memilih nama tersebut. Dan aku lupa pilih yang mana.

Ada juga soal yang menyebut nama perempuan, anak yang menjadi korban PKI, dan pertanyannya adalah.

Siapa nama ayahnya?

YA MANA KUTAHU!

Hancur sudah kepalaku babak belur oleh pertanyaan tersebut.

 Jumat ini aku menggembok sendalku di masjid karena aku tidak mau digosop lagi. Dan akan tetapi pengalaman jumat ini yang paling parah adalah, aku mandi di hamam jomblo, dan ketika masih di hamam, airnya habis saat aku masih penuh busa.

Aku diam. Namun untung, sembari aku mencari ide dan menggunakan air mustakmal untuk membasuh busa, juga bersiap mengelap tubuhku dengan baju merona, maka tiba tiba air datang seperti air bah, menghujani aku. Aku tertawa bahagia. Mari mandi sekali lagi.

Aku menyelasikan novel komet minor hari ini. Dan si Agum bilang si Tere Liye bukan kristen seperti yang dikatakan Aldi, namun Islam. Entah itu benar atau tidak aku tidak tahu, namun si Agum katanya telah search di Internet, sampai ke IG-Ig nya.

Oh, aku melihat beberapa anak putri lewat, aku tidak tahu siapa mereka, yang aku tahu paling hanya si Sofi dan Zira, juga Anjelly. Dan aku membeli eskirm setelah tidak pernah lagi merasakan nikmatnya, si anak-anak MI, terkejut melihatku, entah, mungkin karena wajahku seram, but, lets go. Rasa coklat. Enak.

Hal yang menarik juga adalah malam ini dimana mereka kumpul untuk pertama kali, maksudku si Enha Expose dan Pena Santri, dan terkadang aku tidak terlalu suka sifat Eka, entah yang salah aku atau siapa, namun hanya saja, aku merasa sifat mereka agak pongah. Dan biasanya, kepongahan tidak bisa bertahan selamanya.

“kamu tahu kan 5W1H?” tanya Rizky Eka pada a’doknya

“Apa itu al’akh?”

Aku tertawa. Mati dah kalian.

Anak Haramain Sedang Belajar
Anak Enha Expose dan Pena Santri


Ujian Sekolah di Nurul Haramain
Anak Hammasah Sedang Belajar Untuk UAS

Anak Hammasah Sedang Belajar, Cuman Ilmunya Ketinggian

Setelah itu, Sandi Tidak Pernah Terlihat Lagi


Share:

Rabu, 11 Maret 2020

Kupercaya Selalu Ada Sesuatu di BLK


Hari ini UAS pertama namun kami masih berkutat dengan BLK. BLK yang kampret karena kami pikir ini pelatihan video dan membuat desain  karena kata pak Rianto BLK ini adalah tentang audiovisual.

Tapi kau tahu apa? Harapan kami membuat video dan desain mading lumpuh total karena kami dituntut untuk membuat televisi. Gara-gara itu kami harus berhadapan dengan resistor, obeng, dan solder setiap hari. 

Emang kampret!

Tapi btw....

Aku tidak pernah mengerti, namun anehnya, kita selalu menggunakan perempuan untuk saling ganggu mengganggu. Ini bermula ketika aku sedang dikamar dan si Ahmet diganggu sama si Febry dengan seorang perempuan bernama Hanna Sajida.

Siapa Hanna Sajida? Aku tidak tahu. Namun yang jelas, perempuan itu memiliki kontribusi dengan anak bernama Ahmet Syouqy, padahal, seingatku dulu  ketika masih BLK, dimana aku dan Zira memiliki proyek menulis novel komedi. Si Ahmet masih dekat dengan seorang perempuan bernama Noura.

Siapa Noura? Aku tidak tahu. Namun sedari saat aku ikut BLK, aku tahu kalau Nora adalah seorang perempuan galak dan suka marah, aku pernah mengganggunya di Facebook dengan mengomentari statusnya, dan ia langsung marah! Bayangkan! Kalau tidak salah, nama FB nya adalah RA. Dan jika aku tidak salah, mungkin itu adalah panggilannya. 

Imajinasiku kemudian berputar dan membuatnya menjelma menjadi RA, seorang tokoh utama di antologi Bumi karya Tere Liye yang bernama asli Raib.

Jadi bisa dibayangkan nanti kalau kami ada di BLK....

“RA! PUKULAN BERDENTUM!”

SKKRRRRRRRRRRRRAAAAAAH!

Nora menahan udara disekitarnya dan membuat kesiur angin, dan sekejap sebuah pukulan berdentum menyerang dua petarung kegelapan sehingga membuat kedua petarung tersebut terpental ke dinding. 

Plop!

“RA! DIBELAKANGMU!”

Terlambat! Noura telah terpental terlebih dahulu. Aku tidak tahu harus apa, namun seketika sebuah tendangan berdentum juga membuat aku terpental

“Hahahaha...Wahai petarung klan Bulan! Menyerahlah”

Noura menggeleng. Ia tidak akan menyerah.

Lihat disana, berdiri dengan gagah perkasa si Tanpa Resistor dengan listrik yang timbul tenggelam di tangannya. Listrik tersebut bewarna kuning dan seolah akan membuat kami mati dalam satu serangan.

Plop!

Tiba-tiba si Noura telah muncul dari balik si Tanpa Resistor dengan pukulan berdentum. Membuat si Tanpa Resistor terpental. Namun itu tidak membuat si Tanpa Resistor kalah. Ia datang dan melesat kearah Noura. Si Noura meenyilangkan tangan dan membuat tameng kegelapan. Tembus. Noura terpental dan terjerembab di tanah.

"Jangan ganggu temanku!" Prishda yang dalam imajinasiku menjelma Seli membawa petir di kedua tangannya, melemparkannya secepat kilat kearah si Tanpa Resistor. Namun sayang si tanpa resistor menghindarinya dengan mudah. lalu...

Plop!

Si Tanpa Resistor sudah muncul didepan Seli dan menendangnya hingga perempuan itu terpental.

"Azis! Lakukan sesuatu!" Rintih Nora yang babak belur.

Aku yang sebagai Ali segera mengambil televisi bekas dan melemparkannya. Naas ketika Si Tanpa Resistor menghadapku, televisi itu telak menghantam wajahnya dan membuat suara 'gedebuk' keras.

"Sialan!" Ucap si Tanpa Resistor, sebuah kegelapan terkumpul di tangannya dan siap dilemparkan ke siapa saja. 

Namun tiba-tiba...

“sepertinya aku terlambat”

Aku diam.

Nora dan Seli diam.

Si Tanpa Resistor diam. 

Datanglah seorang perempuan dengan gerakan elegan seperti putri-putri kerajaan.

“MISS JA’AH!” teriakku

Ok, mari kita hentikan imajinasi ini. (dan semoga ustadzah ja’ah yang menjadi miss Selena tidak membaca buku ini, dan btw, kalau Ustad Ansor menjadi Batozar, apa namanya akan menjadi Anshorar? Ok, mari hentikan imajinasi ini)

Sementara Hanna Sajida, selepas aku mengorek kenanganku lebih dalam, aku menemukan nama Hanna Sajida yang tertanam di relung memory, namanya tertulis di berugak Zahratul Munawarah dan MR. Afei (kalau tidak salah) berkata.

“Dia adalah legenda, pada season Shining Star, dia adalah the Queen of Expression”

Aku ingat kalimat itu, saat itu, amarahku langsung ingin menumpas siapapun yang bernama Hanna Sajida ini. Dan selepas aku korek-korek memori otakku. Hanya itu yang ada. Aku tidak tahu siapa dia memang, namun jika dia adalah legenda, pantaslah ia kita sandingkan dengan Umar dan Azmi, the King of Expression.

Tapi kalau aku Ali dan Nora adalah Raib....berarti kami berduaaa....

Hehe, boy!


Kegiatan BLK Nurul Haramain
Percayalah, wajah senang mereka merupakan stress tidak tertolong akibat menghitung resistor!



BLK Nurul Haramain
Kami hanya bahagia penderitaan kami berakhir!

Share:

Senin, 09 Juli 2018

Kamu Tidak Istimewa Lagi, Namun Perasaan Ini Datang dan Pergi

 

09-07-2018

Dua hari yang lalu aku ngizin tuk pulang kerumah, untungnya, aku dikasih dan akan balik hari senin. Dan sayangnya, hari ini adalah hari senin, sekitar dua jam lagi aku akan kembali ke pondok pesantren, nyantri, melakukan semuanya berturut turut lagi. Kasihan.

Sebenarnya ku bosan juga, namun sepertinya aku tak memiliki pilihan lain, apalagi zira tak bisa kembali gara gara biaya juga, semoga gadis itu mendapatkan yang terbaik disana, semoga ia menjadi hafidzah yang handal, solehah dan terpecaya. Amin.

Aku bosan hal hal yang monoton. Aku ingin hengkang dan melihat dunia ini dari sudut mataku sendiri, aku ingin sesuatu yang menantang, aku ingin hal itu bagaimanapun caranya. Namun sayangnya, disini tak kutemukan, maka sebenarnya dimana aku akan menemukannya?

Sebaiknya kuceritakan liburan saja ya? Baiklah liburanku menuju pantai kuta, disana kami mengambil tempat dibawah pohon agar tak terkena sinar matahari, biar adem gitu, dan dipantai aku banyak tertawa, disana kami mengunakan boat yang didayung, aku, sama kakak ali malah buat titanik, kami sekeluarga kocak, apalagi tiga bersaudara ini. Nindy yang kudorong biar tak bisa naik. Yuda, kak Rul dan kakak Soul dan tentu juga Naufal. Banyak yangkita lakukan, beberapa kali karam namun kami bangkit lagi, Naufal tenggelam, batuk dan ayahnya segera memopongnya. Lautan itu luas, dan luasnya lautan sepertinya tak akan pernah bisa habis, apalagi kalau kau memutuskan tuk menyelam ke dasarnya.

Begitulah sore kemarin. Tapi pagi ini kita semua akan berpisah, kak Ali, kak Ninin dan Azzam akan kembali ke Surabaya, ka Us, Kak soul, dan Syafira akan pergi ke lauk, begitupula dengan kak Arif, Naufal, Kenzhi dan kak AS. Begitu juga dengan aku. Kita semua akan berpisah, bukankah begitu?

Jam mulai berdetak dan aku harus pergi, karyaku ingin kukirim, tapi aku belum tahu bagaimana caranya. Hm..PS juga belum bangkit, entah kemana kubawa bakatku ini, memendamnya? Sepertinya tidak. Aku akan menulis di buku lagi, walau jelek, tetep nulis.

Dan tentang Zira, ia membuatku aneh, kau tahu? Sepertinya rasa milikku makin lama makin pudar, ia tak terlalu istimewa lagi, namun perasaan ini datang dan pergi, apalagi rindu, oh sepertinya aku tak akan pernah bisa mengerti tentang perempuan, sampai saat ini, aku masih belum mengerti. Yang jelas aku akan mondok lagi, mencoba membuat ibuku bangga degan prestasiku sendiri.

Dan sebaiknya kalian mendoakan aku, sebaiknya begitu.

Share:

Jumat, 06 Juli 2018

Akhir Dari Pena Santri

 

06-07-2018

Jika kau membaca agenda ini, mungkin kau akan tahu bahwa ini adalah agenda terakhir yang kutulis di komputer, mungkin ini adalah agenda terakhir yang kutulis di..pena santri. Maafkan aku kawan, namun Pena Santri berakhir, semua akan berakhir, hanya tinggal menghitung jam semua akan benar benar berakhir. Maafkan aku.

Pagi membawaku kepada sebuah kenyataan bahwa aku masihlah hidup, kupikir, aku bisa mempercayai mereka namun tidak. Suara lagu telah terdengar namun mereka sepertinya tak mendengar sama sekali, apa mimpi mereka aku tidaklah tahu, yang jelas, shubuh ini aku sepertinya harus bertarung sendiri lagi.

Pagi dan siang membawaku pada kebohongan Naufal, anak itu telah berbohong kepadaku. tentang kunci pena santri tentunya, entah mengapa ia terlalu terobsesi dengan hal itu, padahal, aku pun tidak terlalu terobsesi. Karya, adalah sesuatu yang benar benar harus dilakukan. Jumat pagi ini aku membimbing kamar 5, cukup hebat juga karna mereka yel yel keren, ada yeyeyeye gitu. Dan saat Ashar, kakakku datang, dan sepertinya, inilah yng harus aku ceritakan.

“jangan terlalu pikirin biyaya, kalo biaya ape lalok, bapak sakit, ibu juga sakit, makanya kita dirumah nggak beli mie, apalagi gula kita Cuma beli sedikit gara gara mereka nggak boleh terlalu banyak makan gula, ikuat aja lomba itu, kalah menang nggak jadi masalah, itu yang buat bapak ibumu bangga, apalagi saat kamu ke jakarta kemarin, ibu kamu merajuk ’nte boyak arik’e” itu caramu disayangin, apalagi bapak kamu juga nanyak”cukup 5 juta jadi sangun molene?” terus kak arif bilang”e, lima ratus bae”tapi saya bilangin”cukupin aja sejuta” gimana kemarin? Cukup?”

Aku tersenyum

“apalagi saat kamu ngasih tahu kalo kamu ikut ke amerika itu, kami doain kamu dirumah, saat arisan itu, itu masih dikit namanya keluarga kita, coba dirumah, udah dia jejet disana, kalo kamu mikirin biaya, itu nggak jadi masalah yang penting kamu belajar aja, gimana buat dia bangga sekarang, itu yang terpenting”

“dia naik SPP tapi”

“eleh, emang berapa naiknya”

“50 ribu”

“kalo masih gitu, itu namanya kecil, yang terpenting kamu belajar aja sekarang, ikutin lomba lomba itu yang ada, buat mereka bangga, coba kamu tahu kemarin dirumah, pernah dia kak nah gila seminggu, kami semua nangis, itu aja kita jagak setiap saat, saya yang jagak dipintu, duduk disana agar dia nggak keluar’mae kesugun arik’ saya jawab’eleh, ndot juluk, kesakit naen tang nie’ itu aja dah yang kita jagak, terus Rina, nggak mau dia ketemu orangtuanya”

“kenapa?”

“karna dia sering dimarahin, disuruh ini itu nggak dia mau, sering dimarahin jadinya, hanya bapaknya tempat dia isah” namun jaros telah berbunyi, banyak yang kudapatkan, tentang teman kuliahnya yang mati sehari sebelum kelulusan gara gara kecelakaan. teman kuliahnya yang akhirnya ia tahu mati di tengah hutan karna usus buntu dan perutnya membengkak. Banyak yang aku akhirnya ketahui, apalagi saat tahu bahwa dia tak lulus kuliah karna...di PHP in gurunya, gurunya hilang, padahal kakakku tinggal dikasih nilai, tapi dosen itu...ilang, dan kakakku merasa lelah dipermainkan, terlalu banyak dana terbuang, dan hanya sia sia belaka bila tetap bersama dosen itu, dan berakhirlah masa kuliah kakakku. Habis sudah.

Dan tentu sore ini, aku membayar daftar ulang dulu, dan saat keluar, ada seorang wali santri dan anaknya sedang membaca sebuah surat formulir. Kau tahu? Wali santri itu menangis.

Share:

Kamis, 05 Juli 2018

Dia Yang Menyukaimu

 


05-july-2018

Aku memiliki kawan, lucunya, ia menyukaimu. Aku tahu, kau menjebak banyak orang, parasmu cantik, engkau anggun, dan dengan mahkota diatas kepalamu, kau telah menjadi seorang putri yang cantik jelita. Maka ketika kawanku, dan tentu, kawan kawanku yang lain juga melihatmu, mereka semua tertarik agar mendapatkanmu. Mereka berlomba lomba, namun sayangnya, aku juga menyukaimu, namun aku memilih untuk menjauh.

Menjauh adalah sebuah kata dimana kau tak bisa dekat dengan orang yang kau suka, kau terlalu pesimis, dia, bagaimanapun juga sebenarnya juga suka pada dirimu. Hanya saja kau terlalu berlebihan, berharap semua hanya sekedar basa basi sementara hati meronta ronta dalam sempitnya rindu. Kau terlalu berlebihan, padahal, siapa yang bisa membaca hati? Namun sekarang, setidaknya, kawanku itu, masih menceritakan tentangmu. aku ingin menceritakan tentang kawanku itu kepadamu, tentang kawanku yang juga suka padamu, dia yang setiap malam denganku menceritakan kepribadianmu, dia yang setiap malam menceritakan kisah kisahmu, aku ingin menceritakannya, namun sekarang kau teramatlah jauh, dinding percakapan kita hanya pada messanger, tak kurang tak lebih, dan bila salah satu dari kita tak aktif, maka rindulah yang ada. Namun tenang, kawanku itu, akan melakukan segalanya untukmu, pulang? Adalah hal yang mudah, kau tinggal tunggu kabarnya, segera ia akan kepadamu, dan kalian akan berbincang bincang ria, dan aku? cukuplah secarik kertas setiap hariku, aku tulis setiap hari, setiap malam, tentang semua kisah kita, tentang cerita tentang kalian. Maka untuk saat ini, aku undur diri, biarkan kawanku ini melindungimu dari badai, dan untuk kalian, aku akan menjadi kompas, membimbing kalian kearah yang benar.

Maka untuk kawanku yang selalu menceritakanmu, terima kasih, ternyata mengenalmu bisa menjadi anugerah yang besar dalam hidupku, kalian sama sama ceroboh, aku jujur tentang hal itu, namun kita semua memiliki hati, maka biarkan saja hati yang memilih. Untuk kamu yang jauh disana, terima kasih, aku tak akan bisa melakukannya tanpamu.

Share:

Kami Anak Bahasa

Pertarungan anak IPA sama anak Bahasa nggak terelakkan. Anak IPA sering membangga-banggakan dirinya sebagai anak yang cerdas dan blablabla. Jadi diam-diam, aku menulis puisi:

Kami anak bahasa

05-07-2018

Kami anak bahasa, bukan anak IPA

Karna dengan bahasa kami berimajinasi, bukan hanya berteori

Kami anak bahasa, bukan anak IPA

Karna kami tahu, isi dalam hati lebih baik daripada isi kepala

Kami anak bahasa, bukan anak IPA

Karna dengan bahasalah kan gugenggam dunia

Karna dengan bahasalah tuhan menciptakan alam semesta

Dengan kata ‘Kun’ maka alam semesta ini ada

Dengan kata ‘Kun’ engkau pun ada

Karna kami anak bahasa, bukan anak IPA

Biarkanlah dirimu berteori, karna kan kujadikan ia bait bait puisi

Besoknya aku malah masuk kelas Agama.

Emang kampret.

Share: