Jumat, 06 Juli 2018

Akhir Dari Pena Santri

 

06-07-2018

Jika kau membaca agenda ini, mungkin kau akan tahu bahwa ini adalah agenda terakhir yang kutulis di komputer, mungkin ini adalah agenda terakhir yang kutulis di..pena santri. Maafkan aku kawan, namun Pena Santri berakhir, semua akan berakhir, hanya tinggal menghitung jam semua akan benar benar berakhir. Maafkan aku.

Pagi membawaku kepada sebuah kenyataan bahwa aku masihlah hidup, kupikir, aku bisa mempercayai mereka namun tidak. Suara lagu telah terdengar namun mereka sepertinya tak mendengar sama sekali, apa mimpi mereka aku tidaklah tahu, yang jelas, shubuh ini aku sepertinya harus bertarung sendiri lagi.

Pagi dan siang membawaku pada kebohongan Naufal, anak itu telah berbohong kepadaku. tentang kunci pena santri tentunya, entah mengapa ia terlalu terobsesi dengan hal itu, padahal, aku pun tidak terlalu terobsesi. Karya, adalah sesuatu yang benar benar harus dilakukan. Jumat pagi ini aku membimbing kamar 5, cukup hebat juga karna mereka yel yel keren, ada yeyeyeye gitu. Dan saat Ashar, kakakku datang, dan sepertinya, inilah yng harus aku ceritakan.

“jangan terlalu pikirin biyaya, kalo biaya ape lalok, bapak sakit, ibu juga sakit, makanya kita dirumah nggak beli mie, apalagi gula kita Cuma beli sedikit gara gara mereka nggak boleh terlalu banyak makan gula, ikuat aja lomba itu, kalah menang nggak jadi masalah, itu yang buat bapak ibumu bangga, apalagi saat kamu ke jakarta kemarin, ibu kamu merajuk ’nte boyak arik’e” itu caramu disayangin, apalagi bapak kamu juga nanyak”cukup 5 juta jadi sangun molene?” terus kak arif bilang”e, lima ratus bae”tapi saya bilangin”cukupin aja sejuta” gimana kemarin? Cukup?”

Aku tersenyum

“apalagi saat kamu ngasih tahu kalo kamu ikut ke amerika itu, kami doain kamu dirumah, saat arisan itu, itu masih dikit namanya keluarga kita, coba dirumah, udah dia jejet disana, kalo kamu mikirin biaya, itu nggak jadi masalah yang penting kamu belajar aja, gimana buat dia bangga sekarang, itu yang terpenting”

“dia naik SPP tapi”

“eleh, emang berapa naiknya”

“50 ribu”

“kalo masih gitu, itu namanya kecil, yang terpenting kamu belajar aja sekarang, ikutin lomba lomba itu yang ada, buat mereka bangga, coba kamu tahu kemarin dirumah, pernah dia kak nah gila seminggu, kami semua nangis, itu aja kita jagak setiap saat, saya yang jagak dipintu, duduk disana agar dia nggak keluar’mae kesugun arik’ saya jawab’eleh, ndot juluk, kesakit naen tang nie’ itu aja dah yang kita jagak, terus Rina, nggak mau dia ketemu orangtuanya”

“kenapa?”

“karna dia sering dimarahin, disuruh ini itu nggak dia mau, sering dimarahin jadinya, hanya bapaknya tempat dia isah” namun jaros telah berbunyi, banyak yang kudapatkan, tentang teman kuliahnya yang mati sehari sebelum kelulusan gara gara kecelakaan. teman kuliahnya yang akhirnya ia tahu mati di tengah hutan karna usus buntu dan perutnya membengkak. Banyak yang aku akhirnya ketahui, apalagi saat tahu bahwa dia tak lulus kuliah karna...di PHP in gurunya, gurunya hilang, padahal kakakku tinggal dikasih nilai, tapi dosen itu...ilang, dan kakakku merasa lelah dipermainkan, terlalu banyak dana terbuang, dan hanya sia sia belaka bila tetap bersama dosen itu, dan berakhirlah masa kuliah kakakku. Habis sudah.

Dan tentu sore ini, aku membayar daftar ulang dulu, dan saat keluar, ada seorang wali santri dan anaknya sedang membaca sebuah surat formulir. Kau tahu? Wali santri itu menangis.

Share:

0 comments:

Posting Komentar