Hari ini UAS pertama namun kami masih berkutat dengan BLK. BLK yang kampret karena kami pikir ini pelatihan video dan membuat desain karena kata pak Rianto BLK ini adalah tentang audiovisual.
Tapi kau tahu apa? Harapan kami membuat video dan desain mading lumpuh total karena kami dituntut untuk membuat televisi. Gara-gara itu kami harus berhadapan dengan resistor, obeng, dan solder setiap hari.
Emang kampret!
Tapi btw....
Aku tidak pernah
mengerti, namun anehnya, kita selalu menggunakan perempuan untuk saling ganggu
mengganggu. Ini bermula ketika aku sedang dikamar dan si Ahmet diganggu sama si
Febry dengan seorang perempuan bernama Hanna Sajida.
Siapa Hanna Sajida?
Aku tidak tahu. Namun yang jelas, perempuan itu memiliki kontribusi dengan anak
bernama Ahmet Syouqy, padahal, seingatku dulu
ketika masih BLK, dimana aku dan Zira memiliki proyek menulis novel komedi.
Si Ahmet masih dekat dengan seorang perempuan bernama Noura.
Siapa Noura? Aku tidak tahu. Namun sedari saat aku ikut BLK, aku tahu kalau Nora adalah seorang perempuan galak dan suka marah, aku pernah mengganggunya di Facebook dengan mengomentari statusnya, dan ia langsung marah! Bayangkan! Kalau tidak salah, nama FB nya adalah RA. Dan jika aku tidak salah, mungkin itu adalah panggilannya.
Imajinasiku kemudian berputar dan membuatnya menjelma menjadi RA, seorang tokoh utama di antologi Bumi karya Tere Liye yang bernama asli Raib.
Jadi bisa dibayangkan nanti kalau kami ada di BLK....
“RA! PUKULAN
BERDENTUM!”
SKKRRRRRRRRRRRRAAAAAAH!
Nora menahan udara
disekitarnya dan membuat kesiur angin, dan sekejap sebuah pukulan berdentum
menyerang dua petarung kegelapan sehingga membuat kedua petarung tersebut terpental ke dinding.
Plop!
“RA! DIBELAKANGMU!”
Terlambat! Noura
telah terpental terlebih dahulu. Aku tidak tahu harus apa, namun seketika
sebuah tendangan berdentum juga membuat aku terpental
“Hahahaha...Wahai
petarung klan Bulan! Menyerahlah”
Noura menggeleng.
Ia tidak akan menyerah.
Lihat disana,
berdiri dengan gagah perkasa si Tanpa Resistor dengan listrik yang timbul
tenggelam di tangannya. Listrik tersebut bewarna kuning dan seolah akan membuat
kami mati dalam satu serangan.
Plop!
Tiba-tiba si Noura
telah muncul dari balik si Tanpa Resistor dengan pukulan berdentum. Membuat si
Tanpa Resistor terpental. Namun itu tidak membuat si Tanpa Resistor kalah. Ia
datang dan melesat kearah Noura. Si Noura meenyilangkan tangan dan membuat
tameng kegelapan. Tembus. Noura terpental dan terjerembab di tanah.
"Jangan ganggu temanku!" Prishda yang dalam imajinasiku menjelma Seli membawa petir di kedua tangannya, melemparkannya secepat kilat kearah si Tanpa Resistor. Namun sayang si tanpa resistor menghindarinya dengan mudah. lalu...
Plop!
Si Tanpa Resistor sudah muncul didepan Seli dan menendangnya hingga perempuan itu terpental.
"Azis! Lakukan sesuatu!" Rintih Nora yang babak belur.
Aku yang sebagai Ali segera mengambil televisi bekas dan melemparkannya. Naas ketika Si Tanpa Resistor menghadapku, televisi itu telak menghantam wajahnya dan membuat suara 'gedebuk' keras.
"Sialan!" Ucap si Tanpa Resistor, sebuah kegelapan terkumpul di tangannya dan siap dilemparkan ke siapa saja.
Namun tiba-tiba...
“sepertinya aku terlambat”
Aku diam.
Nora dan Seli diam.
Si Tanpa Resistor diam.
Datanglah seorang
perempuan dengan gerakan elegan seperti putri-putri kerajaan.
“MISS JA’AH!”
teriakku
Ok, mari kita
hentikan imajinasi ini. (dan semoga ustadzah ja’ah yang menjadi miss Selena
tidak membaca buku ini, dan btw, kalau Ustad Ansor menjadi Batozar, apa namanya
akan menjadi Anshorar? Ok, mari hentikan imajinasi ini)
Sementara Hanna
Sajida, selepas aku mengorek kenanganku lebih dalam, aku menemukan nama Hanna
Sajida yang tertanam di relung memory, namanya tertulis di berugak Zahratul
Munawarah dan MR. Afei (kalau tidak salah) berkata.
“Dia adalah
legenda, pada season Shining Star, dia adalah the Queen of Expression”
Aku ingat kalimat
itu, saat itu, amarahku langsung ingin menumpas siapapun yang bernama Hanna
Sajida ini. Dan selepas aku korek-korek memori otakku. Hanya itu yang ada. Aku
tidak tahu siapa dia memang, namun jika dia adalah legenda, pantaslah ia kita
sandingkan dengan Umar dan Azmi, the King of Expression.
Tapi kalau aku Ali dan Nora adalah Raib....berarti kami berduaaa....
Hehe, boy!
Percayalah, wajah senang mereka merupakan stress tidak tertolong akibat menghitung resistor! |
Kami hanya bahagia penderitaan kami berakhir! |
0 comments:
Posting Komentar