8 Desember, pagi. Tepatnya hari
Jumat dan aku telat bangun. Padahal sebelumnya aku telah berencana untuk
ngethrift pagi ini dan bertanya kepada Zulaikha tentang tips trik ngethrift di
Karang Sukun.
Dari ucapannya, aku ambil beberapa poin, satu:
“pertama kamu harus pake bahasa Sasak, umumnya harga disana tinggi-tinggi jadi kamu harus bisa nawar sampai harga serendah-rendahnya”
Well, ini menarik. Aku sudah siap
tempur. Penggunaan bahasa Sasak kurasa digunakan agar aku bisa berbaur dengan
masyarakat sini. Karena berhadapan dengan orang Sasak maka aku akan menggunakan
adat istiadat Sasak. Artinya aku tidak boleng datang kesana terus menunduk
seperti orang Jepang dan berkata “Ohayo Gozaimaaaasu!”
Soalnya, selain dikira kesurupan
sama orang Jepang, cuma takut aja pedagang disana malah akan balas “Ikeh-ikeh!”
Terkait poin kedua untuk menawar pada titik terendah, aku telah siap adu bacot. Aku siap banting-bantingan dengan mamang-mamang disana, adu boxing sekalian. Sebelumnya aku juga belajar teknik Ackerman, jadi aku akan bersiap-siap mengalahkan mereka dengan drama-drama yang akan buat pedagangnya kasih harga gratis! Slebew!
Yap, kali ini aku adalah Levi Ackerman dan dia adalah
Titan abnormal yang telanjang dan bego!
Pesan kedua Zulaikha berbunyi
“Jangan pake tas kuliah, gunakan pakaian yang biasa, compang camping kalau perlu. Jangan pake pakaian kuliah, jangan pake pakaian formal, pake baju mainmu!”
Okeh. Cocok! Sebelumnya aku juga
pernah tanya kepada Kamin bagaimana untuk ngethrift di Karsuk, dan dia mengatakan
kepadaku untuk menggunakan pakaian bola. Baik Zulaikha dan Karmin, memiliki
satu kesamaan, gunakan pakaian yang biasa.
Ketika Karmin mengatakan trik
tersebut waktu itu, aku hampir membawa kesebelasan main bola agar benar-benar
kelihatan kek orang biasa, namun untungnya nggak jadi karena kesibukan
masing-masing. Pesan Kamin waktu itu satu, pastikan kamu kesana tidak tahu
tentang fashion.
Dan poin dari kedua Zulaikha ini,
satu: terlihatlah biasa. Jangan terlalu formal, dan jangan norak. Misalnya
kalian main kesana pake baju ala Hitler, tidak boleh, itu terlalu formal. Atau
mungkin kalian kesana (agar terlihat nggak tahu fashion) malah menggunakan bawahan
rok warna kuning, baju pink, terus di kepala ada celana dalam nyantol warna ungu. Nggak
boleh. Itu terlalu norak dan dibuat-buat, dan bukannya ngethrift, lu bakal
dikeroyok massa karena dikira jelmaan Mimi Peri.
Compang-camping kalau perlu
seperti kata Zulaikha, artinya lu bener-bener kelihatan kek orang miskin.
Bahkan kalau bisa, biar lebih realistis, lu harus datang nggak hanya pake
pakaian kusam dan nggak mandi selama tujuh hari, tapi juga bawa sekarung beras
dibelakang punggung sambil berjalan kek orang tua injak tahi sapi; terseok-seok.
Paslah malam itu bersiap-siap.
Dan paginya, aku kelolosan.
Dan begitulah, untuk ketiga
kalinya dalam hidup, aku gagal ngethrift.
Zulaikha ketika di kelas nanya
kepadaku “Gimana Zis? Jadi ngethrift?”
“Aku kelolosan” ucapku, watados.
***
Tapi kampretnya adalah, ada hal
yang unik pagi itu, sebuah mimpi yang buat aku kelolosan dan nggak jadi ngethrift
untuk pertama kalinya dalam hidup. Dan mimpi itu aneh betul.
Saat itu pertandingan bola, dan
yang main bola adalah raksasa-raksasa, beberapa orang seperti Blackbeard,
Whitebeard, Kaido dan Bigmom, juga ikut main bola. Enggak tahu kenapa
dreamworldku tiba-tiba didatangi karakter-karakter kampret dari One Piece.
Main bolalah mereka, dan kala itu
ada bangunan-bangunan, saat aku kesana aku malah ketemu Amira, si cewek kacamata.
Dan disana juga ada Ibnu, aku nggak ingat beberapa part dan drama apa yang
terjadi. Yang jelas, Ibnu mengangkat Amira dari belakang dan dada Amira kena
kayu, ketika diturunkan, luka hitam jelas banget didadanya.
Amira langsung tereak nangis kejer
kek kakinya kejepit pintu kulkas “HUAAAAAA…..BAPAAAAAAAAAAAAK!”
Ibnu kabur.
Tinggal aku, dan nggak tahu harus
apa, akhirnya aku datang kedepannya dan peluk dia.
Yap, peluk dia.
Dia masih nangis emang, dan kala
itu tiba-tiba saja ada seorang kakek tua. Aku meminta bantuannya untuk
mengobati Amira dan akhirnya Amira diletakkan diatas dipan, karena dadanya
terluka maka pakaiannya dilepas, dan aku cukup kaget…kok…nggak ada buah dadanya
ya? Rata aja gitu kek balok.
Perlahan aku telusuri dari
dadanya, ke pusar, ke baw….
AAAAAAAAAAAAH…..PENIIIIIS!
NJIR DIA PUNYA PENIIIIS!
Dia lanang cuy! Cowok! Cowok yang
pake jilbaaaaab!
Dan setelah itu, kapanpun aku
keinget Amira, ketemu Amira, aku jadi ilfil.
Masih nggak nyangka juga kalau
dia punya penis yang unyu-unyu.
***
Leadership! Sebelum UAS kami
dipertemukan lagi dengan perkuliahan Leadership. Hal yang menarik hari ini
adalah bahwasanya dalam perkuliahan kami dituntun untuk membuat tim. Akhirnya
aku dan Asrul maju, sebelumnya, aku pernah troll Mariya.
“Ayo! Siapa yang maju” perintah
pak Adin
“Aziiis, ayo Aziiis!” ucap kawan-kawanku,
kek manggil monyet.
“Indah aja! Kepala suku!” balasku,
namun Indah tidak mau
Sebab aku duduk dibelakang dan
ada Mariya di depanku. Ide jahat muncul di kepalaku.
“MARIYA AJA PAK!”
“AAAAAAAH! NGGAAAAAAAK!”
Teriaknya keras banget njir,
seolah kalau kedepan dia akan jadi istrinya pak Adin secara langsung.
Tapi kalau dipikir-pikir, keren
juga sih. Si Mariya teriak” AAAAA….NGGAAAK! tapi lumayan sih, punya sugar
daddy! Ehe!” *sambil kedipin mata
Akhirnya semuanya pun menjadi
random. Akulah yang maju, dan secepat kilat temen-temenku ambil timnya
masing-masing kek main Mobile Legend. Aku telah bersekongkol dengan Ivan untuk
satu tim, namun hancur karena imannya goyah akibat Mia dan Jer.
Akhirnya, aku sekali lagi team up
sama dua ncup itu. Dan Ivan team up sama Mariya dan Zulaikha. Megan kusatukan
dengan Ziya dan Indah, yang lain aku satukan dengan yang nggak Indah.
Hal yang kocak adalah Zar yang
datang tepat waktu, ikut sama kita, dan malah kena usir karena kelas D disuruh
masuk belakangan. Kocak betul. “Hey, aku gini-gini ketua Romusha di sekolahku!”
ucapnya.
“Masyaallah, siapa tahu kamu
adalah keturunan nabi! Pasti ada habib dibelakang namamu!” ucapku
“Hm, aku tahu! Kamu pasti
keturunan nabi Ya’kub!” balas Ivan.
“Keturunan Fir’aun”
Begitulah hari berlalu. Satu hal
yang menarik, Ivan secara sengaja berkata “Mariya, sebenarnya aku ada perasaan
sama kamu”
Namun Mariya tidak menggubris,
Zulaikha diam, mungkin merasa kalau Ivan becanda. Tapi sebagai sahabat, aku
langsung berdiri.
“Ayo Mariya! Aku siap jadi
penghulunya!”
***
Malam ini aku berencana membeli kertas Vinyl, aku bahkan
nyari di Google Maps dan dibawa ke jalan Aneka di Udayana. Seru malam-malam
ketika nggak ada keperluan berjalan-jalan. Waktu itu juga aku sedang menyasar
rektor untuk penurunan UKT.
Namun sayang, aku malah ke
Airlangga, beli buku. Dua buku yang aku beli dengan harga murah: Espresso karya
Bernard Batubara, dan Karung nyawa karya Haditha. Harganya 15.000 dan 10.000.
Siapa yang nggak mau beli?
Esok kita akan camping, jadi aku
perlu istirahat.