Sabtu, 26 Agustus 2023

Cara Mengikhlaskan Orang Yang Sudah Meninggal


Pada saat saya masih berumur anak sekolah dasar, kakak saya menangis dan menjerit didalam kamar dan hal tersebut membuat saya kebingungan tentang apa yang terjadi. Saya kesana dan melihat dengan jelas bagaimana ia menangis, bagaimana kasur dan ruangan sempit yang ia tempati menjadi saksi bisu atas semua yang telah terjadi.

Beberapa saat setelah itu saya kemudian tahu bahwa kakak saya telah kehilangan orang yang ia sayang, pacarnya mati ditabrak, dan kini, ia sendiri.

Saat saya telah menjadi lebih dewasa, saya kemudian menemukan fakta bahwa ternyata ada banyak orang di dunia ini yang tidak bisa mengikhlaskan orang-orang yang mereka sayang, apalagi mereka telah meninggal dunia.

Dalam kasus Zulaikha dan perjuangan untuk ikhlas misalnya, kendati ayahnya telah meninggal dunia tapi ia tidak bisa merelakannya.

Bagaimana sebenarnya cara yang paling efektif untuk mengikhlaskan orang? semoga tulisan ini membantu.

cara mengikhlaskan orang yang sudah meninggal
Pixabay


5 Cara Mengikhlaskan Orang Yang Sudah Meninggal

Tulisan cara mengikhlaskan orang yang sudah meninggal ini saya buat berdasarkan apa yang saya baca dan alami, dari orang-orang yang juga curhat kepada saya tentang mereka yang telah pergi.

Dari cerita-cerita mereka, saya kemudian menyimpulkan bahwasanya ada beberapa cara yang efektif untuk mengikhlaskan orang yang telah meninggal, diantaranya:

1. Mengetahui Bahwa Kematian Bukanlah Akhir

Kita mungkin merasa bahwa kematian adalah akhir, namun faktanya tidak. Kematian hanyalah pembatas untuk merindu, sebuah kejadian yang membatasi kita antara alam nyata dan alam baka.

Memang bagi sebagian orang tidak menggunakan konsep ini, ada yang mengatakan bahwa alam baka itu tidak ada, dan bahkan beberapa agama mengatakan bahwa ketika kita mati maka kita akan terlahir kembali.

Terlepas dari kepercayaan apapun yang kita anut, cara paling baik untuk mengikhlaskan orang adalah dengan mengetahui bahwa pada suatu titik kita mungkin akan bertemu lagi.

Dan mengetahui hal itu akan terjadi, adalah penting untuk menyiapkan momen saat ini, menyimpan rasa rindu, dan jika pada akhirnya bertemu maka kita tidak memiliki rindu pada dunia, sebab kita pulang kepada-Nya.

2. Perpisahan Adalah Takdir

Perpisahan adalah takdir, adalah ketentuan Tuhan, adalah hal yang tidak akan bisa kita rubah, dan yang jelas, perpisahan adalah hukum alam.

Kita menyadari hal itu setiap hari, ketika anda membaca tulisan ini anda bisa merasakan bagaimana kehidupan di luar berganti-ganti. Awalnya pagi, kemudian siang, kemudian sore, dan kemudian malam.

Perubahaan alam itu juga adalah takdir, dan sama seperti perpisahan, juga adalah takdir.

Hari yang kita jalani saat ini jauh berbeda dengan hari yang akan kita jalani besok, momen yang kita miliki tidak mungkin terulang, dan mereka yang telah pergi akan selamanya pergi, seberapa kuatpun kita menangisi mereka.

Sadari bahwa itu adalah takdir, dan hiduplah untuk hari ini.   

3. Kematian Bukanlah Suatu Hal Yang Bisa Kita Kontrol

Ada beberapa hal di dunia ini yang bukan menjadi kehendak kita, kita bukanlah Tuhan yang bisa melakukan segalanya; kita hanya manusia dengan segala kekurangannya.

Kematian misalnya, adalah hal yang tidak bisa kita kendalikan. Ia bagaikan hujan yang kerap datang tiba-tiba, bahkan tanpa awan mendung sekalipun.

Sebab kematian bukanlah suatu hal yang bisa kita kendalikan, maka kita perlu fokus pada hal yang bisa kita kendalikan. Benar, reaksi kita.

Alih-alih meratapi kepergiannya, kita bisa merubah persepsi kita terhadap kepergiannya. Menyadari bahwa kita hanyalah manusia, yang pada akhirnya juga berpisah.

Jika memang kematian diri kita sendiri juga tidak bisa kita cegah, untuk apa memaksa mencegah kepergian orang lain?

4. Live The Moment

Hiduplah untuk hari ini, kendati hari ini memang tidak pernah sama seperti saat kehadirannya, kendati hari yang akan kita jalani juga hanya diisi kekosongan belaka. 

Tapi hiduplah, nangislah, teriaklah, nangis sambil garuk tembok juga nggak apa-apa, asal terus hidup. 

Sama seperti kematian dan perpisahan, bahkan dengan momen saat ini pun kita akan berpisah. Momen yang kita miliki saat ini akan pergi, maka manfaatkanlah dengan baik.

Kita terkadang lupa bahwa hal yang paling berharga adalah kehidupan itu sendiri.

5. Kejar Yang Masih Tertinggal

Bagaimana kalau sekarang fokusnya saya alihkan? Lupa akan hal-hal yang anda ingin lakukan? Mimpi-mimpi anda yang tertinggal?

Bukankah pada akhirnya kita menyadari bahwa ada banyak hal-hal sederhana yang kita lupakan, hal-hal sederhana yang mestinya buat kita bahagia, hal-hal yang mesti kita kejar?

Dan alih-alih fokus kepada apa yang sudah terjadi, bukankah kita bisa lebih fokus pada apa yang belum terjadi?

Ada banyak hal yang tertinggal dibelakang, hal-hal yang mesti kita lepaskan. Dan sekarang kita mesti fokus pada mimpi yang kita miliki, mengejarnya sampai mati.


Terima kasih telah membaca.

Sampai jumpa.

Share:

The Day She Depressed

Sore ini ia mengatakan bahwa dirinya depresi

Dikirimkannya aku foto

Pisau dan gunting

Dan ia tanyakan kepadaku

Mana yang lebih baik untuk melukai diri?

Ah, nona, kamu tidak pernah tahu

Seberapa banyak namamu kutulis didalam agenda

Dan seberapa banyak namamu kulontarkan didalam doa

Hanya karena aku bukan kekasihmu

Bukan berarti aku tidak peduli

Dan lagipula, beberapa cinta memang harus disembunyikan

Dilontarkan dalam diam

Dibentuk dalam sepertiga malam

Sebab dalam wujudnya itu cinta mungkin lebih abadi

Seperti Tuhanku, tidak pernah muncul, namun tetap abadi

Dan kujawab saja

Pikiranmu adalah hal paling baik

Untuk melukai dirimu sendiri

Tidak dijawabnya aku

Pun aku khawatir

Namun ayolah kawan,

Emang aku bisa apa saat berhadapan dengan perempuan? 

Puisi ini aku tulis 12 Desember 2022, mengacu pada kejadian tersebut.

Share:

Kamis, 24 Agustus 2023

Dari Mataram ke Kopang, Sampai Rumah Pada Pukul 00.00

Sampai Rumah Pada Pukul 00.00

Aku tidur di tenda biru, tidak berakhir dengan baik

Pada malam jumat, Kamis, 24 Agustus, aku terpaksa pulang dari Mataram ke Kopang setelah kumpul dengan HMJ dan PMII kemudian berakhir dengan sampai di rumah pada pukul 00.00. yak, benar pukul 00.00.

Dalam perjalanan ke rumah aku menelpon Talal dan bertanya kepadanya ia lagi dimana, ada hal yang saat itu perlu dibahas, dan itu mesti segera diselesaikan. SK HMJ sebentar lagi akan berakhir, sheingga hal itu tentu membuat kepengurusanku di HMJ laksana duduk diatas toilet, masuk, duduk, beol, cebok, pergi. Hanya saja ternyata Talal sedang ada kegiatan-katanya-.

Pada akhirnya malam itu aku pulang, dengan bensin yang belum diisikan oleh Farqy, aku menembus malam dengan segala kegelapannya, bahkan dengan motorku yang bensinnya sedang sekarat.

Pikiran-pikiran buruk yang aku miliki membayangkan bagaimana jika nanti Mogre mati di jalan, bagaimana jika motor supraku tiba-tiba berhenti dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Maka itu artinya aku akan mendorong motorku disamping jalan seperti maling.

Hal itu membuat aku membayangkan bagaimana jika nanti ketika aku mendorong motor orang-orang yang menganggap aku maling ke hadapan aku sambil membawa golok, obor, dan barbel. Kenapa bawa barbel? Entahlah.

Maka percakapan ini pasti akan terjadi:

“Hai makhluk jahat! Kamu pencuri ya?”

“Kok tahu?”

“Karena kamu telah mencuri hatiku”

“Chuaaaaks”

*Digebuk satu kampung

Dari Mataram ke Kopang, aku pulang pukul 00.00 dan tubuhku kedinginan sangat, saking dinginnya film Peaky Blinder sampai insecure.

Rasa dingin yang segera memeluk tubuh membuat aku menggigil, sayangnya dan kampretnya adalah entah mengapa celana panjang yang aku gunakan tiba-tiba menjadi gatal sangat, saking gatalnya aku sampai membakar diriku sendiri. Nggak, becanda. Saking gatalnya aku sampai melepas celana panjangku sehingga aku hanya menggunakan celana pendek.

Benar, celana pendek, jangan pikir aku akan gunakan celana dalam.

Tapi memang pada pukul 00.00 itu seluruh desa telah sepi, hanya ada cahaya lampu teras yang dibiarkan menyala sebagai tanda bahwa kehidupan masih berjalan. Hal yang kemudian membuat segalanya menjadi menakutkan adalah bahwa motorku tidak bisa aku masukkan kedalam garasi karena garasi telah kekunci, dan tentunya harus aku biarkan di luar.

Aku memutuskan untuk makan terlebih dahulu, mengisi perutku yang keroncongan dan mengisi baterai hape yang telah mati suri. Habisnya ketika pertama kali ke dapur aku mencoba menyalakan lampu namun ternyata lampunya mati, dengan baterai hape yang hanya 2%, senter hape hanya bisa bertahan beberapa detik saja sebab setelah itu dia mokad.

Kondisi dapur kala itu

Namun ternyata lampu dapur nge-prank aku, aku menemukan fakta itu karena aku memukulnya keras dengan jari sehingga ia kemudian menyala. Dengan itulah aku menemukan fakta bahwa ada tikus didalam dapur, dan hal itu membuat aku bisa mengecas hape sebab sebelumnya aku kelihatan kayak orang goblok dan buta sebab mencari colokan di dapur.

Malam itu aku tidur diluar, tempat dimana ponakan Hasbi kerapkali bermain. Didalam tenda itu aku sangat kedinginan, kupikir tendanya dapat mengusir dingin, namun nyatanya dengan hoodie dan celana pendek, rasa dingin mencabik-cabik kulit, memuatku membeku.

Namun aku pada akhirnya tetap tidur, walau pada pagi atau shubuhnya aku ke rumah nyokap nyari sarung, aku kedinginan dan mau sholat, ya kali sholat pake celana pendek.

Ortuku bertanya kapan aku pulang dan aku bohong pulang shubuh itu, aku berkata menginap di Narmada dan pulang ketika shubuh. walau aku benci berbohong dan kesulitan dalam berbohong, namun aku tidak mau penderitaan yang aku miliki mengecewakan orangtua, aku ingin memendamnya sendiri, walau terluka, kedinginan, dan hampir mati, walau aku akan mati membeku. Hal itu membuat aku segera cabut dan membuka rumah tengah, tempat dimana aku sholat dengan celana panjang menggatalkan dan kemudian tidur disana.

Setidaknya, aku menemukan tempat untuk tidur yang layak, tempat yang hangat, sebuah tempat yang layak kita sebut rumah.

Share:

Kamis, 22 Desember 2022

Selamat Hari Ibu, Catur, dan Kenangan Tentang Masa Lalu

 

 Selamat hari ibu!

Aku baru tahu kalau hari ini adalah hari ibu setelah aku melihat status kawan-kawanku. Dan here it is! Hari ibu, dan semua orang mengupload tentang ibu mereka. Itu beda soal lagi kalau perayaannya adalah hari-hari yang lainnya. Hari ayah? Orang akan mengupload tentang ayah mereka. Hari kemerdekaan? Orang akan mengupload tentang kemerdekaan. Hari Kartini? Orang akan mengupload tentang Kartini.

Kalau memang begitu konsepnya, besok aku akan membuat tentang hari kita, agar isi storymu adalah selalu tentang kita🤣

Yak, ngayal aja dulu. Siapa tahu besok kejadian kan?

Pada hari ibu ini tiba-tiba ibuku datang dan menantangku bermain catur. Hal ini terjadi kemungkinan besarnya karena ia pernah melihat aku bermain bersama bapak, dan kendati memang pada saat itu aku kalah, itu bukan lain soal.

Profil catur ibuku, ia selalu membanggakan kemenangan dirinya melawan kak Ryan, salah satu anak kak Nah. Katanya ia tidak pernah dikalahkan selama ia bermain bersama kak Ryan. Hal ini membuat aku bingung harus bangga atau tidak, ayolah, kak Ryan bukan Magnus Carlsen si juara catur. Andaikata ibuku menceritakan bagaimana ia dulu menang pada tingkat kabupaten atau kecamatan tentu aku bangga, ini peh, beliau bangga melawan anak orang yang saat itu tidak aku ketahui umur berapa.

Coba aja aku berani tanya seperti ini.

Aku : Emang dulu kak Ryan berumur berapa saat ibu kalahkan?

Ibuku: Saat itu? Oh! Saat itu kak Ryan masih didalam kandungan!

Tapi catur adalah catur. Berbeda dengan ayahku, ia seolah menganggap catur sebagai anaknya dan disayangi. Bukan, ibuku bukannya menangis saat prajuritnya mati. Tapi pola pikirnya berbeda dengan ayah.

Ayahku berpikir secara matematis, ia menduga setiap langkah yang akan terjadi, ia menduga apa yang berharga dan tidak berharga untuk ditukarkan. Laksana raja, ia tahu apa yang penting dan tidak penting. Dan seperti politik, ia tahu mana yang dikorbankan untuk memenuhi kepentingannya pribadi.

Namun ibuku berbeda, perhitungannya tidak seperti itu. Ibuku tidak mau menukarkan bentengku dengan bentengnya hanya karena tidak tega bentengnya dibunuh. Padahal itu akan menjadi pertukaran yang berharga. Memang didalam catur benteng diibaratkan bidak paling berharga setelah perdana menteri. Tapi ayolah, itu cuma benteng!

Atau karena itu benteng? Aku bisa membayangkan bagaimana kalau catur yang kita miliki dirubah menjadi hewan. Dan benteng kita rubah menjadi banteng, lalu ia dicat warna merah. Hmmmm, aku dapat merasakan gejolak politik didalamnya.

Dan setiap kali banteng dibunuh, maka pembunuhnya diberikan satu mangkuk bakso rasa Walkie Talkie😏 #YTTA

Atas alasan itulah, dari tiga pertandingan aku menang dua kali melawan ibuku. Aku membabat habis prajurit-prajuritnya dan tidak membuat catur menjadi permainan, melainkan tempat pembantaian. Jadi ketika ada kesempatan untuk membunuh raja, aku dengan cepat melakukannya.

Pada permainan ketiga aku kalah karena lalai, aku meremehkan ibuku. Aku lupa bahwa dia pernah menang melawan kak Ryan dan tidak pernah dikalahkan oleh kak Ryan. Ibuku harus segera diajak melawan Magnus Carlsen dan berita itu harus segera diliput oleh PBB.

Bahkan sebelum ibuku melawan Magnus, maka ia harus melawan Dewa Kipas! Ya betul! Orang-orang harus meliput hal ini. Dan bahkan jangankan PBB! Satu masyarakat Indonesia harus menontonnya!

Hidup Ibuku!

HIDUP HARI IBU!!! 

Ni bocil ganggu aja
Kenzhie masih sok tahu

Perdana menterinya bilek: Gua mulu dah dari tadi 

Masih berpikir cara terbaik mengatasi ancaman benteng







Share:

Semua Kontak Hangus, Dan Aku Kembali Pada Pada Bulan Agustus

 

Semua kontak WA yang aku miliki rata-rata hilang dan WA ku ke reset kembali pada bulan 15 Agustus kemarin yang notabenenya memiliki banyak hal. Agustus kemarin artinya masih tentang ‘PGMI Mengabdi’ yang telah selesai pada bulan Juli, dan kenangan-kenangan tentang masa-masa itu masih dibicarakan oleh kawan-kawanku. Adapun anak-anak itu masih mengechat aku, menanyakan kabar, dan lainnya.

15 Agustus artinya aku belum terpilih menjadi ketua kaderisasi

15 Agustus artinya mahasiswa baru belum masuk UIN

15 Agustus artinya Warungbiru belum kami buat

15 Agustus artinya belum MAPABA

15 Agustus artinya aku belum mengenal Tazkiya, Nuzula, Oca, Afifah, dan pengurus lainnya

15 Agustus artinya aku belum mengenal Amelia Amrina, Rafsanjani, Nurfiya, Mafzal, Wahyu, dll.

15 Agustus artinya aku belum me-save kontak mereka

15 Agustus artinya aku dan Ivan belum membuat teater PGMI

15 Agustus artinya aku belum menjadi pak Kades, peran pertamaku di teater

15 Agustus artinya keakraban tahun 2022 belum terlaksana

15 Agustus artinya panitia lomba PGMI belum terbentuk

15 Agustus artinya aku belum menginap di rumahnya Ivan

15 Agustus artinya aku masih ngontrak didekat rumahnya Salsabila

15 Agustus artinya motor Elin dan Asrul belum hilang

15 Agustus artinya aku belum benar-benar terjun di dunia TikTok

15 Agustus artinya aku belum mengambil kelas multiverse bersama ketua rayon

15 Agustus artinya aku, Ivan, dan Uswah belum memenangkan lomba formakripsi

15 Agustus artinya aku belum 'mengkele' bersama anak-anak rayon

15 Agustus artinya aku belum camp di pantai selingkuh sama anak rayon komisariat UIN

15 Agustus artinya semua konflik, cinta, kasih, kebersamaan, yang telah terjadi…belum terjadi

15 Agustus artinya awal sebelum aku mulai lanjut pada cerita-cerita berikutnya

15 Agustus artinya banyak makna.

Dan mungkin kehilangan semua kontak itu hanya untuk merenungkan ini semua.

Ternyata banyak hal yang telah terjadi. Waktu bergerak begitu cepat dan membuat semua berlalu begitu saja, dan kenangan-kenangan pada hari kemarin hanya bisa kenang melalui gambar, tulisan, serta mozaik kenangan yang semakin lama semakin kita lupakan.

Aku pun lupa bahwa ternyata semua itu telah terjadi dan akan terjadi. Kemudian semua kenangan-kenangan hari kemarin tergantikan dengan kenangan-kenangan baru yang konon lebih asyik dan lebih menyenangkan untuk dikenang. Sementara kenangan di hari kemarin, terlupkan.

Jujur saja sebenarnya pagi ini aku sedih sebab kontak-kontak itu hilang semua, kontak-kontak yang aku sayangkan kenapa bisa hilang begitu saja dan membuat aku berpikir; apakah memang takdirku untuk tidak mengenalmu?

Tapi aku tidak ingin itu terjadi.

Aku ingin mengenang semuanya.

Alasan aku memfoto banyak hal, menulis banyak hal, hanya untuk mengikatmu lebih lama agar kamu tidak pergi. Agar kamu tahu bahwa kamu berharga bagiku. Walau pada akhirnya aku pun tahu, beberapa hal memang tidak bisa kita peluk selamanya, melainkan dibiarkan hilang begitu saja dan terbang bersama angin perubahan.

Aku merenungkan hal ini lama, dan menyadari bagaimana semua akan berlalu dan tidak bisa dihindarkan membuat aku sadar bahwasanya hidup memang perihal mendapatkan dan ditinggalkan. Semua orang datang dan pergi, semua kenangan datang dan silih berganti.

Dan ketika kutatap teman-temanku mempermasalahkan hal-hal besar serta mulai membicarakan masa depan….disinilah aku, masih berkutat dengan masa lalu, sembari mempertanyakan: kenapa semua ini terjadi kepadaku?

Aku berharap hari esok akan semakin baik, dan aku berharap aku belum kehilangan semuanya. Lagipula aku masih memiliki hape yang sedang diperbaiki, dan aku berharap disana nomer-nomer itu masih abadi dan bisa aku hubungi.

Memang aku terlihat seperti kehilangan segalanya, namun percayalah. Semua tidak benar-benar hilang. Aku percaya akan selalu ada makna dibalik luka, dan akan selalu ada harapan walaupun seolah tidak pernah ada perubahan.

Tuhan, makasih untuk hari ini.

Aku mencintaimu.



Salam, hamba-Mu.

Aku kehilangan semuanya, namun tidak semuanya hilang

Aku malah ketemu chatan-chatan dulu dan grup grup dulu

Well, artinya saat itu juga dekat dengan Harlah Hammasah

Foto kelas C PMII dulu, btw aku malah nggak ada

NB: Aku juga malah menemukan konflik, kasih sayang, dan segala rentetan tentang kisah lalu. Semoga inilah maknanya.


Share:

Senin, 12 Desember 2022

Aku dan Kompasiana: Nanti Juga Ada Hikmahnya

Hari ini aku sedih sekali sebab dari lama aku telah menulis di platform Kompasiana dan berharap bisa ikut dalam memenangkan K-Reward yang kerap diadakan setiap bulan.

Dan lagipula, aku telah mematok target untuk bisa berpartisipasi dalam K-Reward tahun ini, sebagai kado untuk diriku sendiri dan sebagai batu lompatan agar aku bisa sedikit mandiri di tahun depan.

Dalam persyaratan K-Rewards, Ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki Kompasianer untuk bisa berpartisipasi pada K-Reward tersebut, diantaranya adalah melengkapi data, jumlah views telah mencapai 25.000 views sepanjang waktu, telah menayangkan 50 konten, dan memiliki 50 komentar.

Padahal aku telah memenuhi semuanya dan aku hanya harus mendapatkan 10 komentar lagi sebab komentarku baru 40, beberapa hari lalu aku juga meminta temanku untuk berkomentar namun tidak bisa, ternyata oh ternyata, hal itu terjadi karena mereka belum bergabung di platform Kompasiana.

Yeaaaaaaah.

Tapi tidak apa, kurasa mendapatkan 10 komentar terakhir tentu tidaklah sulit, akan tetapi aku kemudian terdiam karena sistemnya berubah. Sebab kini yang dibutuhkan adalah 100 komentar…

Aku diam, sedih, dan merasa gagal…

Akan tetapi aku juga tidak bisa melakukan apa-apa, sebab bagaimanapun, kita sejatinya harus realistis terhadap hidup, menerima apa yang masih bisa diterima dan membuka dada selapang-lapangnya, serta dilain sisi juga harus melakukan perubahan perlahan-lahan.

Aku kemudian dengan rasa sedih menulis puisi Lambaian Bulan Januari di Kompasiana, sembari memendam perasaan yang aku miliki dalam-dalam, sembari mencoba berlari hari ini, mengejar impian yang aku percaya pasti bisa aku gapai.

Namun untungnya puisiku mendapatkan banyak ulasan dan itu membuat aku bahagia, juga ada yang berkomentar. Dan kendati hal itu memang tidak bisa benar-benar memenuhi rasa sedih yang ada didalam relung hati…aku bersyukur.

Hmmmmmmmmm....

Aku percaya hari ini ada hikmahnya, dan hari esok pasti ada keajaibannya. Terkadang umat manusia memang harus menunggu, sebab Tuhan juga menunggu; menunggu saat yang tepat untuk menguji hambanya, menunggu saat yang tepat untuk memberikan keajaiban yang tidak terduga untuk hambanya.

Maka dari itu, aku hanya bisa tersenyum, melepas semua rasa sedih dan menyambut tahun baru dengan perjuangan baru, dengan gaya baru, dan semoga, lambaian bulan Januari yang semakin dekat bisa membuatku lebih semangat.

Lagipula, bukankah hal ini artinya aku dituntut untuk membuat tulisan yang lebih bagus daripada sebelumnya? Btw, curhatan ini udah kutulis di Kompasiana juga hehe.

Tapi yang sekarang kutulis ini belum, sebab hari ini banyak juga yang berubah. Maksudku, aku mencoba sedikit realistis akan hidup karena aku sedang berada pada pertengahan hidup. 

Aku akan tetap idealis, dan tentu saja aku akan tetap seperti itu, memegang prinsip dan hal yang masih bisa aku pegang.

Jadi perlahan aku mengganti Lasqtuestions yang awalnya sebagai ambisiku menjawab pertanyaan menjadi sebuah blog review laptop, processor, dan gadget. 

Dari ini....

Aku juga merubah definisinya dan berniat merubah tatanan temanya untuk mempermudah pembaca.

MENJADI INI!

Bismillahirahmanirrahim.

YUK BISA YUK! 

Share:

Sabtu, 02 Juli 2022

Rasa Diantara Titik Nadir : Aku Memimpikanmu Dengannya, Tapi Aku Bisa Apa?

Ada beberapa hal yang mengganjal jantungku belakangan ini, dan semakin aku merenung, aku semakin aku takut hal itu terjadi. Namun pada akhirnya, aku hanya menarik napas, membuangnya jauh-jauh seperti seorang nelayan melempar jala.

Tapi sebelum aku memulai kesahku. Aku Cuma ingin mengatakan.

Aku sayang padamu.

Dan semoga Tuhan memberikan yang terbaik untukmu.

Juga untukku.


Diantara Titik Nadir; Apakah Semua Mimpi Memiliki Arti?

Beberapa purnama yang lalu aku bermimpi, dan kendati ini bukan pertama kalinya aku memimpikanmu, namun mimpi inilah yang belakangan ini menghantuiku dan menggigit jantungku berkali-kali, membuat dadaku sesak, membuat diriku kesulitan bernapas.

Mimpi itu sebenarnya sederhana, aku sedang menggunakan motor dan tanpa sengaja melihatmu dirumah (Yang entah mengapa berada di Cerok) bersama dengan seorang lelaki lain. Aku memberhentikan motor, mencuri dengar hal yang terjadi, dan satu-satunya hal yang bisa aku dengar adalah sebuah kalimat.

“Jangan khawatir, kalau urusan air, biar aku yang urus”

Deg.

Its hard.

Perasaanku meluap dan aku segera melajukan motor dengan secepat-cepatnya, meninggalkan tempat itu sampai aku tidak tahu aku telah berada di daerah yang mana. Yang aku rasakan hanyalah sakit hati, seperti aku menelan sebuah jarum kecil namun jarum itu menembus usus menuju hati.

Mereka akan…menikah?

Pikirku. Namun semua kekesalan itu aku lemparkan pada gas motor, melaju lebih cepat, lebih ganas dan lebih brutal. Sampai aku tersesat dan tidak tahu harus kemana lagi.

Bingung. Hal yang bisa aku lakukan adalah kembali, namun ketika aku kembali. Motorku malah tembus tebing rendah dan masuk kerumahnya. Motorku berhenti diantara pertengahan pintu ruang tamu ke teras, dan aku kikuk.

“Azis? Kamu kok bisa ada disini?” ia melihat aku yang kikuk dan tidak tahu harus berkata apa. Dan suaranya disertai tawa yang renyah segera memenuhi isi kepala dan jantungku.

“Eh” kataku takut dan mencari alasan “Aku mau balik, tadi nyasar. Nggak tahunya aku udah sampai sini. Btw aku mau pergi dulu yaa, aku mau sholat Jumat”

Aku tidak sempat melihat lelakinya, akan tetapi dalam sisa ingatanku ia menggunakan topi dan rambutnya agak panjang, sedikit keriting.

Disana juga aku menemukan ayahnya, dan entah mengapa seperti dirinya sedang disimak Al-Quran oleh ayahnya. 

Tidak mau berada pada situasi canggung itu terus menerus, akhirnya aku pergi. Aku mengebut di jalan raya, meninggalkan enigma yang masih tidak kuketahui.

Aku tidak akan menceritakan mimpiku berikutnya sebab mimpinya menjadi cringe. Saat jumatan aku malah jumatan di jalan sama anak-anak pondok. Dan anehnya setelah jumatan, mereka balik pondok sambil yel-yel.

Kurang cringe apalagi tuh?


Masa Depan: Mimpi dan Bekas Masa Lalu

Ia mengatakan bahwa dirinya tidak menahu apapun. Bahkan dirinya tertawa. Ia mengatakan kepadaku bahwasanya memang banyak orang mengatakan dan menganggap dirinya telah menikah. Namun ia tidak terlalu peduli.

Kami berdua tetap chatan kalau ada wakti sampai aku merasa bahwa dirinya punya pacar. Dan ketika dirinya punya pacar, aku bingung. Aku bingung harus apa dan bagaimana. Apalagi setelah kejadian hujan bulan Juni, ia menjauh, tidak pernah membalas chatanku.

Namun semakin ke masa depan, kendati perasaanku pada akhirnya mengawang dan tidak jelas kemana. Aku semakin merasa kosong. Silau dunia yang indah dan penuh gemerlap tidak membuatku jatuh cinta, tapi membuatku mati rasa. 

Dan pada suatu momentum, sebuah kenyataan menamparku keras. Dia memang pacaran, namun ketika dia menge-post siapa orangnya, aku hanya diam saja. 

Ngilu? Tentu saja ngilu. Padahal aku percaya bahwa jantung ini tidak berdetak kepada siapapun. Ia mengunci diri, tidak mau terlalu jatuh dalam hal yang tidak terlalu penting. Dan cinta menurutku hal yang tidak penting.

Akan tetapi apa yang kemudian membuatku gentar? Entah mengapa belakangan ini ingatan akan mimpi itu keluar. Dan yang membuatku panik adalah lelaki yang dipacarinya. 

Dia...dia begitu mirip dengan lelaki di mimpi itu. Kendati aku tidak mengingat wajahnya, namun entah mengapa aku merasa bahwa itu memang dirinya.

Dan mengetahui hal ini, hatiku mencelos. Ia bagai jatuh ke lantai dan kemudian hancur berkeping-keping. Dan semua kenangan akan masa depan semakin pupus. Hatiku kosong, dan semua tubuhku dipenuhi bara yang menyiksa.

Namun pada akhirnya aku bisa apa? Doaku kepadanya yang selalu kuucapkan adalah ‘Berikanlah dirinya yang terbaik’, dan jikalau memang lelaki itu adalah yang terbaik, bukankah seharusnya aku bangga? Bukankah seharusnya aku senang?

Jikalau dia memang yang terbaik, bukankah semestinya aku tidak sakit hati?

Tapi apakah aku juga salah? Jika aku mencoba menjadi yang terbaik untuknya. Berharap bahwa dirikulah yang membuatnya tersenyum, bahwa akulah yang membuatnya bangga.

Tapi bukankah dalam cinta keegoisan memang mesti ada?

Dan jikalau hal itu mesti ada, bisakah aku disalahkan?


Masa Sekarang; Interpretasi Mimpi 

Sebenarnya banyak hal yang bisa aku perkirakan dari mimpi itu, dari hal yang paling baik, sampai hal yang paling buruk. Dan jika ini adalah game, mungkin ini bisa disebut good ending dan bad ending. Semua ending yang akan kutemui, tergantung keputusanku di masa ini.

Mengapa? Karena aku yang ada di mimpi itu, yang kikuk dan dilihat olehnya. Merupakan penentu akan menjadi apa masa depan nanti, dan sekali lagi, semua itu ditentukan olehku.

Jadi ada beberapa kemungkinan mengenai mimpi tersebut, diantaranya:

1. Mimpi Itu Adalah Bunga Tidur

Ini merupakan kemungkinan netral, yang artinya mimpi itu tidak memiliki implikasi apapun terhadap masa ini atau masa nanti. Itu hanyalah…bunga tidur

2. Mimpi itu adalah ketakutan alam bawah sadar yang kumiliki

Aku tidak tahu ketakutan alam bawah sadarku apa, apakah ketakutan itu merupakan aku tidak ingin ia dimiliki oleh siapapun selain aku? Aku tidak tahu. Lagipula aku tidak pernah memikirkannya. 

3. Mimpi itu adalah perasaan terpendam dan muncul untuk memperingatkanku kembali

Seperti mimpi kedua, namun kali ini lebih kepada perasaan yang timbul dan kadang tenggelam itu merupakan pertanda. Dan timeline-ku ingin memperingatkanku kembali.

4. Mimpi itu adalah pertanda dari Tuhan agar aku menerima kenyatannya

Mungkin ini yang terburuk, dimana dia memang bukan takdirku dan selama ini aku hanya membuang-buang waktu. Namun Tuhan Maha Baik, dia memperingatkan aku untuk bersiap diri bila aku kehilangan dirinya untuk selamanya. Tuhan mungkin tahu kalau aku menyayanginya, namun rasa sayang yang kumiliki bisa membuat diriku benar-benar patah sampai kejadian terburuk bisa terjadi kapanpun.


Pada akhirnya…

Pada akhirnya…ini semua hanyalah mimpi. Sebagai manusia aku bebas untuk bertindak. Aku memiliki mimpi yang harus aku penuhi, suatu hal yang harus aku kejar.

Dan lagipula, aku hanyalah manusia biasa yang selalu mendoakannya yang terbaik. Diriku yang berdoa semacam itu sebenarnya adalah hal yang subjektif, membiarkan Tuhan menilai mana yang terbaik, dan tentu saja, Allah akan memberikan yang terbaik bagi hambanya. Pasti.

Semenjak aku semakin dewasa, aku sudah tidak lagi berdoa untuk memilikinya. Namun fokus untuk mendoakannya agar diberikan yang terbaik. Namun kembali lagi, konsensi sebuah doa adalah bahwasanya kita harus beriman kepada doa itu. 

Dan jika pada akhirnya, aku bukanlah yang terbaik?

Ya…begitulah. Kau tahu kan?

Sebagai hamba, aku hanya harus beriman. Percaya itu adalah yang terbaik untuknya. Dan jikalau pada akhirnya itu membuat aku patah dan hancur, membuat tubuhku babak belur. Aku hanya bisa berdoa. Dan ini mungkin akan menjadi doa terakhirku;

Allah, thanks for everything you gived.

I love her so much

Can you make a palace in the heaven, please?

She would be a queen

The most beautifull queen in the heaven

God, you know that I love her so much

I love her, coz I see You in her

So whenever I love her…

I fall in love with You again…

So I am so sorry if I so egoist

Coz I dont wanna You taked by someone

I love you my God

And I love her too

And whenever and wherever I fall in love to you

It guide me to love her again

And whenever I fall in love with her

It make me fall in love with You again

Share: