Pada saat saya masih berumur anak sekolah dasar, kakak saya menangis dan menjerit didalam kamar dan hal tersebut membuat saya kebingungan tentang apa yang terjadi. Saya kesana dan melihat dengan jelas bagaimana ia menangis, bagaimana kasur dan ruangan sempit yang ia tempati menjadi saksi bisu atas semua yang telah terjadi.
Beberapa saat setelah itu saya kemudian tahu bahwa kakak saya telah kehilangan orang yang ia sayang, pacarnya mati ditabrak, dan kini, ia sendiri.
Saat saya telah menjadi lebih dewasa, saya kemudian menemukan fakta bahwa ternyata ada banyak orang di dunia ini yang tidak bisa mengikhlaskan orang-orang yang mereka sayang, apalagi mereka telah meninggal dunia.
Dalam kasus Zulaikha dan perjuangan untuk ikhlas misalnya, kendati ayahnya telah meninggal dunia tapi ia tidak bisa merelakannya.
Bagaimana sebenarnya cara yang paling efektif untuk mengikhlaskan orang? semoga tulisan ini membantu.
Pixabay |
5 Cara Mengikhlaskan Orang Yang Sudah Meninggal
Tulisan cara mengikhlaskan orang yang sudah meninggal ini saya buat berdasarkan apa yang saya baca dan alami, dari orang-orang yang juga curhat kepada saya tentang mereka yang telah pergi.
Dari cerita-cerita mereka, saya kemudian menyimpulkan bahwasanya ada beberapa cara yang efektif untuk mengikhlaskan orang yang telah meninggal, diantaranya:
1. Mengetahui Bahwa Kematian Bukanlah Akhir
Kita mungkin merasa bahwa kematian adalah akhir, namun faktanya tidak. Kematian hanyalah pembatas untuk merindu, sebuah kejadian yang membatasi kita antara alam nyata dan alam baka.
Memang bagi sebagian orang tidak menggunakan konsep ini, ada yang mengatakan bahwa alam baka itu tidak ada, dan bahkan beberapa agama mengatakan bahwa ketika kita mati maka kita akan terlahir kembali.
Terlepas dari kepercayaan apapun yang kita anut, cara paling baik untuk mengikhlaskan orang adalah dengan mengetahui bahwa pada suatu titik kita mungkin akan bertemu lagi.
Dan mengetahui hal itu akan terjadi, adalah penting untuk menyiapkan momen saat ini, menyimpan rasa rindu, dan jika pada akhirnya bertemu maka kita tidak memiliki rindu pada dunia, sebab kita pulang kepada-Nya.
2. Perpisahan Adalah Takdir
Perpisahan adalah takdir, adalah ketentuan Tuhan, adalah hal yang tidak akan bisa kita rubah, dan yang jelas, perpisahan adalah hukum alam.
Kita menyadari hal itu setiap hari, ketika anda membaca tulisan ini anda bisa merasakan bagaimana kehidupan di luar berganti-ganti. Awalnya pagi, kemudian siang, kemudian sore, dan kemudian malam.
Perubahaan alam itu juga adalah takdir, dan sama seperti perpisahan, juga adalah takdir.
Hari yang kita jalani saat ini jauh berbeda dengan hari yang akan kita jalani besok, momen yang kita miliki tidak mungkin terulang, dan mereka yang telah pergi akan selamanya pergi, seberapa kuatpun kita menangisi mereka.
Sadari bahwa itu adalah takdir, dan hiduplah untuk hari ini.
3. Kematian Bukanlah Suatu Hal Yang Bisa Kita Kontrol
Ada beberapa hal di dunia ini yang bukan menjadi kehendak kita, kita bukanlah Tuhan yang bisa melakukan segalanya; kita hanya manusia dengan segala kekurangannya.
Kematian misalnya, adalah hal yang tidak bisa kita kendalikan. Ia bagaikan hujan yang kerap datang tiba-tiba, bahkan tanpa awan mendung sekalipun.
Sebab kematian bukanlah suatu hal yang bisa kita kendalikan, maka kita perlu fokus pada hal yang bisa kita kendalikan. Benar, reaksi kita.
Alih-alih meratapi kepergiannya, kita bisa merubah persepsi kita terhadap kepergiannya. Menyadari bahwa kita hanyalah manusia, yang pada akhirnya juga berpisah.
Jika memang kematian diri kita sendiri juga tidak bisa kita cegah, untuk apa memaksa mencegah kepergian orang lain?
4. Live The Moment
Hiduplah untuk hari ini, kendati hari ini memang tidak pernah sama seperti saat kehadirannya, kendati hari yang akan kita jalani juga hanya diisi kekosongan belaka.
Tapi hiduplah, nangislah, teriaklah, nangis sambil garuk tembok juga nggak apa-apa, asal terus hidup.
Sama seperti kematian dan perpisahan, bahkan dengan momen saat ini pun kita akan berpisah. Momen yang kita miliki saat ini akan pergi, maka manfaatkanlah dengan baik.
Kita terkadang lupa bahwa hal yang paling berharga adalah kehidupan itu sendiri.
5. Kejar Yang Masih Tertinggal
Bagaimana kalau sekarang fokusnya saya alihkan? Lupa akan hal-hal yang anda ingin lakukan? Mimpi-mimpi anda yang tertinggal?
Bukankah pada akhirnya kita menyadari bahwa ada banyak hal-hal sederhana yang kita lupakan, hal-hal sederhana yang mestinya buat kita bahagia, hal-hal yang mesti kita kejar?
Dan alih-alih fokus kepada apa yang sudah terjadi, bukankah kita bisa lebih fokus pada apa yang belum terjadi?
Ada banyak hal yang tertinggal dibelakang, hal-hal yang mesti kita lepaskan. Dan sekarang kita mesti fokus pada mimpi yang kita miliki, mengejarnya sampai mati.
Terima kasih telah membaca.
Sampai jumpa.