Ada beberapa hal yang mengganjal jantungku belakangan ini, dan semakin aku merenung, aku semakin aku takut hal itu terjadi. Namun pada akhirnya, aku hanya menarik napas, membuangnya jauh-jauh seperti seorang nelayan melempar jala.
Tapi sebelum aku memulai kesahku. Aku Cuma ingin mengatakan.
Aku sayang padamu.
Dan semoga Tuhan memberikan yang terbaik untukmu.
Juga untukku.
Diantara Titik Nadir; Apakah Semua Mimpi Memiliki Arti?
Beberapa purnama yang lalu aku bermimpi, dan kendati ini bukan pertama kalinya aku memimpikanmu, namun mimpi inilah yang belakangan ini menghantuiku dan menggigit jantungku berkali-kali, membuat dadaku sesak, membuat diriku kesulitan bernapas.
Mimpi itu sebenarnya sederhana, aku sedang menggunakan motor dan tanpa sengaja melihatmu dirumah (Yang entah mengapa berada di Cerok) bersama dengan seorang lelaki lain. Aku memberhentikan motor, mencuri dengar hal yang terjadi, dan satu-satunya hal yang bisa aku dengar adalah sebuah kalimat.
“Jangan khawatir, kalau urusan air, biar aku yang urus”
Deg.
Its hard.
Perasaanku meluap dan aku segera melajukan motor dengan secepat-cepatnya, meninggalkan tempat itu sampai aku tidak tahu aku telah berada di daerah yang mana. Yang aku rasakan hanyalah sakit hati, seperti aku menelan sebuah jarum kecil namun jarum itu menembus usus menuju hati.
Mereka akan…menikah?
Pikirku. Namun semua kekesalan itu aku lemparkan pada gas motor, melaju lebih cepat, lebih ganas dan lebih brutal. Sampai aku tersesat dan tidak tahu harus kemana lagi.
Bingung. Hal yang bisa aku lakukan adalah kembali, namun ketika aku kembali. Motorku malah tembus tebing rendah dan masuk kerumahnya. Motorku berhenti diantara pertengahan pintu ruang tamu ke teras, dan aku kikuk.
“Azis? Kamu kok bisa ada disini?” ia melihat aku yang kikuk dan tidak tahu harus berkata apa. Dan suaranya disertai tawa yang renyah segera memenuhi isi kepala dan jantungku.
“Eh” kataku takut dan mencari alasan “Aku mau balik, tadi nyasar. Nggak tahunya aku udah sampai sini. Btw aku mau pergi dulu yaa, aku mau sholat Jumat”
Aku tidak sempat melihat lelakinya, akan tetapi dalam sisa ingatanku ia menggunakan topi dan rambutnya agak panjang, sedikit keriting.
Disana juga aku menemukan ayahnya, dan entah mengapa seperti dirinya sedang disimak Al-Quran oleh ayahnya.
Tidak mau berada pada situasi canggung itu terus menerus, akhirnya aku pergi. Aku mengebut di jalan raya, meninggalkan enigma yang masih tidak kuketahui.
Aku tidak akan menceritakan mimpiku berikutnya sebab mimpinya menjadi cringe. Saat jumatan aku malah jumatan di jalan sama anak-anak pondok. Dan anehnya setelah jumatan, mereka balik pondok sambil yel-yel.
Kurang cringe apalagi tuh?
Masa Depan: Mimpi dan Bekas Masa Lalu
Ia mengatakan bahwa dirinya tidak menahu apapun. Bahkan dirinya tertawa. Ia mengatakan kepadaku bahwasanya memang banyak orang mengatakan dan menganggap dirinya telah menikah. Namun ia tidak terlalu peduli.
Kami berdua tetap chatan kalau ada wakti sampai aku merasa bahwa dirinya punya pacar. Dan ketika dirinya punya pacar, aku bingung. Aku bingung harus apa dan bagaimana. Apalagi setelah kejadian hujan bulan Juni, ia menjauh, tidak pernah membalas chatanku.
Namun semakin ke masa depan, kendati perasaanku pada akhirnya mengawang dan tidak jelas kemana. Aku semakin merasa kosong. Silau dunia yang indah dan penuh gemerlap tidak membuatku jatuh cinta, tapi membuatku mati rasa.
Dan pada suatu momentum, sebuah kenyataan menamparku keras. Dia memang pacaran, namun ketika dia menge-post siapa orangnya, aku hanya diam saja.
Ngilu? Tentu saja ngilu. Padahal aku percaya bahwa jantung ini tidak berdetak kepada siapapun. Ia mengunci diri, tidak mau terlalu jatuh dalam hal yang tidak terlalu penting. Dan cinta menurutku hal yang tidak penting.
Akan tetapi apa yang kemudian membuatku gentar? Entah mengapa belakangan ini ingatan akan mimpi itu keluar. Dan yang membuatku panik adalah lelaki yang dipacarinya.
Dia...dia begitu mirip dengan lelaki di mimpi itu. Kendati aku tidak mengingat wajahnya, namun entah mengapa aku merasa bahwa itu memang dirinya.
Dan mengetahui hal ini, hatiku mencelos. Ia bagai jatuh ke lantai dan kemudian hancur berkeping-keping. Dan semua kenangan akan masa depan semakin pupus. Hatiku kosong, dan semua tubuhku dipenuhi bara yang menyiksa.
Namun pada akhirnya aku bisa apa? Doaku kepadanya yang selalu kuucapkan adalah ‘Berikanlah dirinya yang terbaik’, dan jikalau memang lelaki itu adalah yang terbaik, bukankah seharusnya aku bangga? Bukankah seharusnya aku senang?
Jikalau dia memang yang terbaik, bukankah semestinya aku tidak sakit hati?
Tapi apakah aku juga salah? Jika aku mencoba menjadi yang terbaik untuknya. Berharap bahwa dirikulah yang membuatnya tersenyum, bahwa akulah yang membuatnya bangga.
Tapi bukankah dalam cinta keegoisan memang mesti ada?
Dan jikalau hal itu mesti ada, bisakah aku disalahkan?
Masa Sekarang; Interpretasi Mimpi
Sebenarnya banyak hal yang bisa aku perkirakan dari mimpi itu, dari hal yang paling baik, sampai hal yang paling buruk. Dan jika ini adalah game, mungkin ini bisa disebut good ending dan bad ending. Semua ending yang akan kutemui, tergantung keputusanku di masa ini.
Mengapa? Karena aku yang ada di mimpi itu, yang kikuk dan dilihat olehnya. Merupakan penentu akan menjadi apa masa depan nanti, dan sekali lagi, semua itu ditentukan olehku.
Jadi ada beberapa kemungkinan mengenai mimpi tersebut, diantaranya:
1. Mimpi Itu Adalah Bunga Tidur
Ini merupakan kemungkinan netral, yang artinya mimpi itu tidak memiliki implikasi apapun terhadap masa ini atau masa nanti. Itu hanyalah…bunga tidur.
2. Mimpi itu adalah ketakutan alam bawah sadar yang kumiliki
Aku tidak tahu ketakutan alam bawah sadarku apa, apakah ketakutan itu merupakan aku tidak ingin ia dimiliki oleh siapapun selain aku? Aku tidak tahu. Lagipula aku tidak pernah memikirkannya.
3. Mimpi itu adalah perasaan terpendam dan muncul untuk memperingatkanku kembali
Seperti mimpi kedua, namun kali ini lebih kepada perasaan yang timbul dan kadang tenggelam itu merupakan pertanda. Dan timeline-ku ingin memperingatkanku kembali.
4. Mimpi itu adalah pertanda dari Tuhan agar aku menerima kenyatannya
Mungkin ini yang terburuk, dimana dia memang bukan takdirku dan selama ini aku hanya membuang-buang waktu. Namun Tuhan Maha Baik, dia memperingatkan aku untuk bersiap diri bila aku kehilangan dirinya untuk selamanya. Tuhan mungkin tahu kalau aku menyayanginya, namun rasa sayang yang kumiliki bisa membuat diriku benar-benar patah sampai kejadian terburuk bisa terjadi kapanpun.
Pada akhirnya…
Pada akhirnya…ini semua hanyalah mimpi. Sebagai manusia aku bebas untuk bertindak. Aku memiliki mimpi yang harus aku penuhi, suatu hal yang harus aku kejar.
Dan lagipula, aku hanyalah manusia biasa yang selalu mendoakannya yang terbaik. Diriku yang berdoa semacam itu sebenarnya adalah hal yang subjektif, membiarkan Tuhan menilai mana yang terbaik, dan tentu saja, Allah akan memberikan yang terbaik bagi hambanya. Pasti.
Semenjak aku semakin dewasa, aku sudah tidak lagi berdoa untuk memilikinya. Namun fokus untuk mendoakannya agar diberikan yang terbaik. Namun kembali lagi, konsensi sebuah doa adalah bahwasanya kita harus beriman kepada doa itu.
Dan jika pada akhirnya, aku bukanlah yang terbaik?
Ya…begitulah. Kau tahu kan?
Sebagai hamba, aku hanya harus beriman. Percaya itu adalah yang terbaik untuknya. Dan jikalau pada akhirnya itu membuat aku patah dan hancur, membuat tubuhku babak belur. Aku hanya bisa berdoa. Dan ini mungkin akan menjadi doa terakhirku;
Allah, thanks for everything you gived.
I love her so much
Can you make a palace in the heaven, please?
She would be a queen
The most beautifull queen in the heaven
God, you know that I love her so much
I love her, coz I see You in her
So whenever I love her…
I fall in love with You again…
So I am so sorry if I so egoist
Coz I dont wanna You taked by someone
I love you my God
And I love her too
And whenever and wherever I fall in love to you
It guide me to love her again
And whenever I fall in love with her
It make me fall in love with You again