Kamis, 18 Februari 2021

Hari Ini Kita Isi KTM

Hari Ini Kita Isi KTM

“Kojohm tie!”

Pesan itu masuk kedalam Whatsapp ku dan aku langsung mengernyit kenapa si Megan yang memang suka mengaji itu tiba-tiba menembakkan kata-kata yang diartikan dalam Bahasa Indonesia berarti “Mati kamu!”, dan ternyata ada pesan dalam bentuk suara diatasnya.

Dimana jadinya saya ambil formulir itu? Udah saya minta di Ivan itu atau nggak di Maulana kemarin, katanya nggak ada, gimana dong saya ini? Nggak bertanggung jawab mereka?! Bingung saya mau minta ke siapa… 

Pesan itu berbentuk suara dan terdengar logat Bima-Sumbawa yang kental, sebenarnya aku shock kenapa tiba-tiba ada pesan itu, namun jujur saja, ketika aku mendengar kata ‘nggak bertanggung jawab mereka’ rasa ingin mengirimnya ke zaman Paleozoikum naik drastis, namun lama lama rasa itu juga hilang karena kasihan sama dinosaurus disana.

Aku ngerasa terkejut dan sedikit takut, lah, bukannya kemarin udah aku kasih tahu untuk ambil formulir itu di akademik? Hmmmmm….aku langsung bertanya kepada Megan siapakah perempuan misterius ini, dan ia berkata bahwa itu adalah Yanti, namun sayang, saat itu aku tidak tahu siapa Yanti, jadi aku memborbardir si Indah yang malah menjadi salah sasaran. Lucunya adalah, si Indah adalah anak Sumbawa, jadi logatnya yang bernada-nada Panjang itu masih kental dalam lidahnya.

“udah saya ambiiiiiil” ucapnya

“Kapan side ambiiiiiiil” aku mengikuti logatnya

“Apa maksuuuuud, formulir apaaa cobaaaa, kali formulir untuk pembuatan KTM itu sudah, udah saya kirim ke Ivan sama Nada itu sama uang pembayaran KTM itu udah tinggal uang yang 10.000 itu aja”

Aku pun menceritakan kisahnya dari awal, dan kampretnya aku salah orang, aku pun mengechat kembali si Megan dan hasilnya kampret banget, mengetahui diriku salah orang, aku pun kini bertanya kembali kepada Megan dan ternyata yang berkata hal itu  adalah Nur. Aku pun segera mencari dia sampai ke lubang semut namun tidak aku temukan, karena memang dia tidak ada di lubang semut.

Percakapan aku dengan Nur berjalan mulus, aku pun menjelaskan kalau waktu itu aku pernah berkata kepadanya bahwa siapa yang belum mengambil formulir, langsung ambil di akademik, aku ingat sekali saat itu karena waktu itu adalah saat pembayaran kwitansi untuk keakraban, jadinya, sebelum kwitansi itu aku mendapatkan laporan formulir di akademik telah habis, makanya tidak aku ambil.

Dan ternyata, Nur juga baru mengingatnya sekarang, dia berkata dari kemarin dia nggak ingat-ingat, dia pun berpesan bahwa dia harus mendapatkannya hari ini, jadi aku mensugestikan untuk menelpon Wahab karena saat ini dia berada di kampus, jadinya dia akan berada di posisi aman.

Namun dia tidak mau karena bisa jadi dia malu, aku pun menelponkan Wahab namun gagal, akhirnya, times goes on, malam ini aku jadi bingung siapa yang salah siapa yang benar, andai Nur menyanggah ucapanku, mungkin aku akan berpikir kembali, namun malah dia menerima ucapanku dan aku jadi ikutan bingung, seolah didalam otakku berkata…makanyaa, jangan nge-gass.

Aku juga mendapatkan berita dari Megan kalau si Ivan jadinya marah karena perkataan nge-gasnya Nur, dan Megan juga menjadi marah karena mendengar kenapa Ivan marah, namun aku hanya ketawa, aku sampai mengetawai masalah ini dan Megan juga ikutan ketawa. Aku suka menertawai masalah, entah, aku juga tidak tahu kenapa, karena mungkin aku tahu bahwa masalah-masalah yang ada dan kita temui, pasti akan berakhir entah hari ini, esok, atau nanti.

***

Aku berangkat ke kampus selepas kami kuliah hadits Tarbawy dan agak sedikit panik karena aku belum mengisi formulir, belum membeli materai, dan belum tahu bagaimana formulir ini harus diisi, namun berita baiknya, aku telah mandi. Jadi nanti kalau aku datang nanti dan petugasnya marah ‘Kenapa kamu belum mengisi formulir!’ maka aku akan menjawab ‘kak, saya udah mandi’, lalu kakak itu pun klepek-klepek sama aku karena aku sudah mandi. Asoy banget dah.

Megan juga khawatir sama aku, dia takut bahwa aku tidak mampu datang tepat waktu karena aku berasal dari Lombok Tengah dan perjalanan dari Lombok Tengah ke Mataram sekitar 1 sampai 3 jam, jadi untuk mengantisipasinya, aku berkata kepada Megan untuk mengajak ngobrol petugasnya sebagai rencana pengalihan, dan aku bisa membayangkan bagaimana Megan akan melakukannya.

Megan             : Bapak ganteeeeeng

Petugas            : Iyaaa

Megan             : Uwuuuuuu

Petugas            : Sarangheoooo

*Dalam hati Megan : Sarangheo ndasmu! (lempar bapak petugas menggunakan sarang hiu beneran)

Di kampus, beberapa kawanku telah berkumpul, ada Fanysha, Isma, Sari, dan sederetan perempuan lain. Aku sangat berysukur kelas E yang dulu dikembalikan, karena bila itu terjadi, hanya aku yang sendirian cowok dikelas ini, dan bisa dijadikan bagaimana nasibku kalau mereka PMS, aku akan diburu menggunakan tombak, diarak-arak keliling kampus lalu disalib kemudian dibakar.

Kemudian datanglah Ivan dan Megan, Ivan bercerita ini itu dan aku membalasnya juga, Megan juga seperti biasa, membahas ini itu, namun tidak berapa lama, ada lagi teman kita yang datang, dan dia adalah Nur.

Pandangan mereka langsung sinis seolah Nur adalah orang yang ketahuan maling ayam tetangga dan dikejer-kejer pake golok, namun aku sih santuy aja, akhirnya guna tidak terjadi masalah, Ivan menyuruhku mengambil formulir di akademik dan aku mengiyakan karena Megan akan mengisi formulirku.

Di akademik seperti biasa aku selalu santuy, aku percaya bahwa formulir itu masih tersisa, disana ada beberapa orang dan ada ibu penjaga, aku beberapa kali batuk namun masih menggunakan masker, mungkin dikarenakan aku menggunakan masker, mereka tidak menaruh curiga padaku dan mengira aku batuk biasa.

Aku duduk di kursi besi dan segera saja pantatku mendingin, AC yang menyala juga seolah menemani hari ini yang masih belum terlalu panas, aku tetap diam dan menunggu, namun karena aku tidak mau menunggu terlalu lama, aku berdiri dan menuju penjaganya.

“Assalamualaikum, bu, adakah masih formulir itu?”

“Formulir? Formulir apa?”

*Deg, mampus gue

“Formulir pengisian KTM itu bu”

“Oh, yang itu…”

Hatiku mendengar kalimat itu mendingin seolah ada tukang service AC masuk kedalam tubuhku dan meletakannya di jantung bagian tengah, namun seketika hatiku hancur ketika si ibu melanjutkan.

“Tunggu pak Ukik dulu ya, karena pak Ukik yang mengurus hal itu, dan apalagi formulir itu tidak dicetak secara bebas”

*Deg, mampus gue

Aku bisa membayangkan diriku datang menuju Nur, perempuan itu akan menungguku dengan matanya yang indah dan bercahaya, menunggu kepastian yang akan segera aku tentukan, lalu aku akan memegang tangannya, menatap matanya yang indah dan bewarna hitam legam..

Aku: Nur…Maafkan aku…

Nur:  Tidak kanda, tidak mungkin….

Aku: Nur…

Nur: TIDAK!

Nur akan menepis tanganku, berbalik hadap dan berlari dibawah hujan yang tiada henti turun dari langit, dibelakangnya aku akan mengejarnya, kakiku akan menapaki genangan-genangan air sehingga air yang ada akan terciprat kemana-mana, namun aku tidak peduli.

Aku: Nuuuur!

Nur: Jangan kejar aku mas! Cukup! Cukup kisah kita sampai disini!

Aku: NUUUR! AWAAAAS! ADA BEKICOOOT!

Nur:  Aaaaaaaaargh!

Brak!

*Nur mati ketabrak bekicot

Oke, lupakan. Akhirnya aku kembali duduk di kursi, menikmati pantatku yang kian mendingin disertai hatiku yang semakin memanas. Gawat dah! Aku pun menunggu pak Ukik, hanya dia satu-satunya jalan agar kejadian aku dan Nur tidak terulang. Aku menunggu lama banget sampai-sampai pantatku kerasa membeku, namun aku mendapatkan telpon dari Sari dan menemukan fakta bahwa si Nur telah mendapatkan formulir.

What the….

Tapi okelah, tetap santuy, aku berjalan dengan tenang menuju mereka, dan kami pun siap untuk mengisi formulir. Namun kini naas, hal yang buruk terjadi, aku baru tahu kalau dalam pembuatan KTM, kita membutuhkan KK dan aku tidak membawanya, ternyata oh ternyata, informasi tersebut ada ketika aku dalam perjalanan menuju Mataram, jadi ketika semua telah mengisi KTM-nya, hanya aku yang belum, ada sisi yang tidak bisa diisi tanpa ada Kartu Keluarga.

Aku pun pasrah dan menarik napas, saking kuatnya aku menarik napas, Megan sampai kesedot kehidungku, namun aku tidak membiarkannya karena takut hidungku mimisan. Aku menuju Sari yang telah ada didekat mobil Syariah, aku datang dan dia menyuruhku untuk memanggil teman-temanku, si Megan seolah berjalan menuju akademik jadi aku menyorakinya, dia melambaikan tangan dan terus berjalan, akhirnya, aku mengikutinya.

“Kalian mau kemana?”

“Kami mau anter ini”

“Anter formulir? Kemana”

“Kesana” ucap Megan namun tidak ada apa-apa disana, bahkan semutpun tidak.

Hening sejenak.

“KENAPA KAMU NGGAK BILANG MAU ANTER FORMULIR! ITU MOBILNYA DISANAA!” aku jadi ngegas, Megan dan rombongannya hanya ketawa karena aku susah-susah samperin mereka yang ternyata mencari mobil Bank Syari’ah, yang notabene ada didekat dimana aku menyoraki Megan tadi.

Kami pun mulai mengumpulkan formulir satu persatu, menulis, mengumpulkan uang, dan setelah siap, kami berjalan menuju mobil tersebut. Aku sempat menelpon kakakku tadi, namun sayang ia tidak membawa KK, aku menelpon ayahku, sayang dia tidak angkat, aku menelpon pacarku, sayag aku tidak memiliki pacar.

Kawan-kawanku juga menyarnkan aku mencari berkas yang kemarin karena pernah ada tinjauan UKT dan aku berhasil, namun selepas aku cari-cari, aku tidak menemukannya sama sekali, aku jadi capek, kuberikan handphone pada Megan dan dia yang mencari, Megan jadi galau, akhirnya kami pasrah, dan diantara 24 temanku, hanya aku yang tidak lengkap data-datanya.

Perbincangan dengan pihak bank berlangsung, kami berbicara dan aku sempat melihat tanda pengenalnya, Berlian Aulina, dalam hatiku ini adalah pekerjaan yang pas untuknya karena dia memiliki nama Berlian yang sudah tentu berharga, namun aku rasa, pihak bank diciptakan seperti robot yang tidak boleh menyanggah ketentuan yang ada, ternyata banyak yang salah, kakak tersebut suruh menandatangani bagian sini dan bagian itu, aku keluar, memberi tahu teman-teman.

Teman-teman mengisi formulir lagi, selepas waktu yang lama dan kepasrahan diriku semakin tinggi, aku pun mengambil formulir lagi dan membawanya masuk mobil.

Ternyata ada yang salah lagi.

Aku keluar, memberitahu temanku, memberikannya formulir, dan mereka mengisi lagi, akhirnya selepas mereka mengisi, kami kembali lagi.

Hal itu terus menerus terjadi, si kakak itu sampai lelah memeriksa, namun seleksi data yang benar mulai ada satu-persatu, jadi ini seperti seleksi yang layak atau tidak, sampai semuanya benar-benar layak.

Namun yang membuat aku seneng banget disini adalah ketika kakak itu mengatakan “Tidak apalah kamu tidak memiliki KK, nanti saya kasi nomer kamu dan kamu bisa kirimkan ke WA saya” ia mengatakan itu semenjak entah aku keluar masuk yang keberapa kali, dan ketika itu aku tenang banget, ternyata santuy ku memiliki hasil.

Entahlah, selama ini aku percaya bahwa selalu ada tuhan diantara kita, ia begitu Maha Besar sampai ada pada atom-atom kecil, ia Maha Tahu dan Maha Dekat, dan aku bersyukur banget Allah memberikan aku kemudahan sehingga aku diberikan jalan melalui arah yang tidak terduga-duga, aku tidak menyangka bahwa orang yang kuanggap robot memberikan bantuan dari sisi humanisnya.

Namun, hari itu ada tiga formulir yang tertolak, diantaranya adalah Warman, Izza, dan Nihaya, mereka tertolak karena belum mengisi KTM melalui google dan terpaksa harus menunggu bulan Mei untuk klotter berikutnya.

Aku membantu mereka, khususnya Izza karena dia telah mengisi namun tidak diketahui apa penyebabnya ditolak, mungkin karena ia terlambat. Akhirnya kami semua menuju akademik dan berpapasan dengan Nur dan Sri, kami saling memandang dan aku menyapa.

Nur sebenarnya cantik, ia pendek, jika aku peluk, wajahnya akan ada pas di dadaku, ia memiliki mata yang indah, namun sayang, ia sering nge-gas, hal itu telah berlaku sejak dulu bahkan sejak Evan menjadi kosma kelas, namun bagaimanapun, aku memaafkannya karena ia pasti begitu panik ketika belum mengambil formulir, namun itu tidak apa karena aku percaya, semarah-marahnya kita pada sesuatu, sebenci-bencinya kita pada masalah yang menimpa, hal itu akan berakhir bila masalah itu telah usai. Aku percaya di dunia ini tidak ada badai yang abadi, Allah menurunkannya dengan kadar sesuai dengan kemampuan kita.

Hari menjelang siang itu, aku membantu mereka bertiga ke akademik agar dibuatkan jadwal baru secepatnya, dan selepas itu, kami semua berpisah, pulang, satu persatu kulihat okampus makin menyepi, suara motor melintas disampingku dan sesekali mobil menyertai, lalu semakin lama semakin tidak aku temukan lagi.

Aku hanya diam menyaksikan semua itu, aku naik keatas motor dan mulai menyalakannya, aku engkol dan motorku menyala. Segera aku keluar dari tempat parkir, menjadi satu dengan mereka yang telah pergi, sebab dunia kuliah sejatinya adalah cerminan dari dunia, kita datang, kita pergi, kita datang dan hidup, kita pergi dan tidak pernah kembali lagi…

 

 

 

 

Share:

0 comments:

Posting Komentar