Disebuah kampung damai
sementara perang dislikes semakin ramai...
Sore dengan kemilau matahari
merah yang telah lenyap. Bersamaan dengan sebuah alunan musik dari soundspeaker
yang dapat menenangkan hati. Sebuah antrian, sebuah percakapan antara sebuah
kebersamaan yang tak akan pernah terlupakan. Adalah sebuah kata yang tak bisa
terucap, adalah sebuah rindu yang tak mungkin terlelap.
Bersamaan dengan sebuah
bayangan hitam yang dibuat oleh cahaya, bersamaan dengan kegelapan yang membuat
matahari semakin benderang. Cahaya dan kegelapan, dua hal yang tak mungkin
disatukan, tapi tentu, keduanya bisa dipadukan, saling bisa melengkapi karna
begitulah kehidupan.
Adokku, Galang, tiba tiba
jatuh saat kami makan pas buka puasa samaan, dia terjatuh disamping aliran
sungai yang kecil, sementara kawanku tertawa, aku tak bisa membiarkannya
terjatuh dan ditertawakan. Saat aku membantunya, dengkulnya robek sampe
tulangnya kelihatan.
Aku langsung pusing, kelemahan terbesarku, darah dan sejenisnya membuat aku tak bisa mengendalikan tubuhku yang berdiri tegak, aku tegetar hebat, tubuhku merinding.
Tulang..daging...terpisah
Allahu akbar! Allahu akbar!
Kataku pelan menenangkan diri.
Disaat aku mencoba menenangkan diri Galang malah berteriak lebih parah.
Dia menyebut” Subhanallah! Masya Allah! Ibuuu sakiiit! ALLAHU AKBAR!!”
Entah berapa pahala yang ia
dapatkan, tapi kuyakin malaiakat Raqib menulisnya dengan sebuah untaian
senyuman. Sementara itu, malaikat Atid mengangguk angguk tak karuan.
Dirumah sakit....
Galang: ALLAHU AKBAR! SUBHANALLAH! masya
allaaaah! Ibuuu sakiiit! Ibuuu..kalo kamu dateng kusujud depen kamu ibuu!!
Huu..hu..”
Alah Affan: DIA KENAPA ANAK INI?!
Tanyanya kepada temennya yang juga membawanya ke rumah sakit. Dokter
hanya bisa mengangguk anggukan kepala.
Akhirnya kakinya dijahit,
dan keesokan harinya, ia ada di UKS, aku dekati dia”lang, udah sehat?”
“alhamdulillah al’akh”
“entah berapa pahala yang
kamu dapet”
Kami berdua tertawa
Terkadang, sakit membuat kita mengingat tuhan, karna hanya kepada tuhanlah kita bersandar, tidak pada yang lain, itulah mengapa ada rasa sakit, agar segera kita kembali kepada-NYA, sujud, lalu membiarkan-NYA membelai kepala kita.
0 comments:
Posting Komentar