Selasa, 17 Juni 2025

Betapa Rindu Kadangkala Muncul Melalui Tabir Waktu

 

Pun kadangkala aku memikirkannya. Aku memikirkan sekaligus merindukan bagaimana aku dulu bisa menulis banyak kata, merindukan bagaimana ketika aku masih di pondok mampu menulis ragam tulisan dan karya. Memang, aku berkembang, beberapa prestasi aku toreh, tetapi rindu itu tidak bisa aku bohongi. Aku mengingat malam-malam di Pena Santri, ketika aku menulis dan menyelesaikannya ketika shubuh mulai datang, mengemas barang, dan berangkat untuk sholat shubuh berjamaah.

 Aku merindukan masa-masa yang mana kita hanya perlu menikmati apa yang ada, sebuah tempat kita merasa cukup. Sementara kini, kurasa, kendati tidak benar-benar peduli, tuntutan itu semakin ada disana-disini. Ia mengepungku seperti hyena mengepung kelinci. Aku tak bisa mengelak. Pun juga, tidak ada pilihan selain melawannya. Berdiri, menghadapinya.

Malam ini pukul 12:57, sembari menulis ditemani Fahmi yang sedang bermain Mobile Legend, dengan lagu Andra and The Backbone ‘Sempurna’, dan tarian-tarian jari di atas keybord ini, aku kembali merindu.

Betapa kenangan masa lalu seringkali muncul melalui tabir-tabir waktu, yang tersingkap dalam memori, melalui gambar dan orang-orang. Melalui cerita dan titik-titik waktu.

Kadangkala, aku ingin kembali ke masa-masa itu, tetapi waktu mesti terus bergerak maju.

 

Share:

0 comments:

Posting Komentar