Jumat, 25 April 2025

Membuat Laporan Observasi

Belakangan banyak yang memberikan pesan dan bertanya tentang ‘bagaimana melakukan observasi di sekolah?’, kemudian, pertanyaannya adalah bagaimana formatnya?. Well, kedua pertanyaan tersebut sebenarnya tidak sulit-sulit amat, namun sekiranya perlu diketahui biar tidak salah tulis biar hasilnya manis, uhuy!

Pertama, kita akan membahas dulu pertanyaan yang pertama; Bagaimana melakukan observasi?

Hal pertama yang harus dilakukan adalah bertanya kepada diri sendiri atau melihat tugas yang diberikan terkait ‘hal yang akan diobservasi’. Dalam melakukan observasi tugasnya bisa macam-macam, apakah yang diobservasi adalah cara mengajar guru? Kelengkapan sekolah? RPP atau Silabus? Pelaksanaan program sekolah? Kesiapan siswa atau murid? Atau barangkali tukang cilok yang mangkal di depan sekolah? 

Hal tersebut perlu diperjelas agar jangan-jangan tugasnya adalah mengobservasi guru di sekolah tapi yang dilihat adalah tukang mamang cilok yang ada di depan sekolah. Kenapa penting? Satu, nanti nilai bisa jeblok. Kedua, nanti mamang ciloknya bisa ge’er.

Jadi perlu ditahu dulu hal yang perlu di observasi. Jika yang di observasi adalah sekolahnya? Maka observasinya juga banyak, namun bisa sekali turun. Data bisa diminta di TU sekolah, foto-foto bisa di ambil sendiri, dan RPP maupun silabus juga diminta.

Namun jika yang di observasi adalah cara mengajar? Maka itu beda lagi. Perlu adanya cheklist tentang bagaimana guru mengajar. Apakah ia menggunakan RPP? Apakah gurunya interaktif? Apakah gurunya memiliki manajemen kelas yang bagus? Apakah murid suka dengan penjelasan guru? Banyak. Jika murid yang di observasi, juga bisa dengan pertanyaan-pertanyaan sejenis.

Maka dari itu, perlu tahu secara jelas ‘hal yang di observasi’.

Untuk memperjelas hal yang di observasi, maka perlu sekiranya dibuat LEMBAR OBSERVASI.

Jadi, pembahasan kedua adalah tentang lembar observasi.

Simplenya lembar observasi mencakup hal-hal yang terdapat saat melakukan observasi, wujudnya bisa macam-macam, misalnya dalam bentuk cheklist ada/tidak, atau bisa juga sering/kadang-kadang/tidak pernah, atau iya/tidak. Bisa dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, dan lainnya.

Lembar observasi memang mencakup hal yang di observasi, dan pengisiannya bisa nanti saat membuat laporan, bisa juga saat di tempat.

Ketiga, Bagaimana menyusun hasil Observasi?

1. Cover yang berisi logo UIN, Nama observer dan NIM (Pastikan ini ada biar dosennya tidak bingung kasih nilai siapa), dan tentu saja Fakultas dan Prodi kita tercinta.

2. Halaman pengesahan (Kalau ada)

3. Kata Pengantar 

4. Daftar Isi

5. Lampiran (Saya tidak tahu lampiran diletakkan paling depan atau paling belakang observasi, yang jelas taruh saja) Dalam lampiran inilah ditaruh foto-foto observasi. Misalnya data murid, data guru, piagam sekolah, sesi wawancara, murid, bebas. Kalau mau taruhin foto kamu pelukan sama pacar juga boleh, tapi nilainya anjlok ayayayayyaya

6. BAB I PENDAHULUAN, Bab ini berisi Latar Belakang, Tujuan Observasi, Manfaat observasi (Misal, mahasiswa bisa mengetahui/memahami), dan tempat observasi.

7. BAB II Hasil Pelaksanaan Observasi, Disini ditulis hal-hal yang telah di observasi berdasarkan lembar observasi. Apakah wawancara soal iya/tidak, apakah sering/kadang-kadang/ jarang atau tidak pernah? Bebas.

8. BAB III : PENUTUP yang mencakup kesimpulan dan saran


Bisa tidur deh!

Begitulah.

Kalau salah gimana kak?

Santuy aja, namanya juga belajar.

Tugas itu yang penting jadi, kalau salah? Yaaaa, namanya juga belajar.

Kuncinya satu; dengerin dosen.


Filenya bisa di download disini (Nggak menjamin laporannya benar, namanya juga dibuat pas masih seumuran kalian, wkakaka): LINK DRIVE LAPORAN.  

 

 


Share:

Kamis, 24 April 2025

Pagi ini Aku Awali Dengan Rindu

Pagi ini aku awali dengan rindu, pada pukul 05:37 aku sedang mengetik tulisan ini setelah sebelumnya menyeduh secangkir susu dan sebelumnya lagi membaca buku Cara-Cara Terbaik Mengajarkan Matematika yang ditulis Randi Stone.

Hanya saja kerinduanku kepada sang ayah muncul, barangkali buku matematika itu menjelaskan sebuah skema bagaimana ayahku jago matemtaika, sementara aku harus berjuang habis-habisan untuk mempelajarinya. Barangkali juga karena pagi ini aku duduk sembari menikmati keadaan, dan bahwasanya hidup mesti disyukuri.

Hanya saja aku merindukan ayah kendati ia telah pergi. Aku merindukan senyum atau ucapan-ucapannya, aku merindukan segala hal-hal yang berkaitan dengan dan merindukan bagaimana cinta yang semestinya aku ungkapkan tidak akan mungkin lagi bisa aku sampaikan. Bahkan jutaan bunga di atas batu nisan tidak akan mengubah kenyataan bahwa orang yang kita cintai telah pergi.

Pagi ini aku awali dengan secangkir susu dan sekelumit rindu. Perasaan lainnya adalah ketakutan aku terhadap IELTS yang akan segera aku laksanakan. Aku sangat taku bilamana aku akan gagal, aku dipenuhi keraguan, namun baarangkali takut dan ragu adalah bagian dari hidup yang harus aku tapaki. Sebuah langkah—bagaimanapun jua—harus tetap dilakukan. Barangkali aku juga akan terluka dan terseok-seok, namun hidup adalah hidup, dan sebagaimana mimpi yang dipertaruhkan, ia hanya bisa didapatkan bilamana kita memenangkannya.


Share:

Jumat, 18 April 2025

Suatu Saat Jika Aku Menikah Nanti….

 Suatu Saat Jika Aku Menikah Nanti….

Jika suatu saat aku menikah, aku ingin membeli kasur yang empuk untuk istriku, mungkin cukup besar untuk kami, mungkin juga cukup untuk kami bermain. Aku ingin kasur itu empuk agar kami bisa tidur nyaman, agar istriku bisa istirahat, dan agar istriku bisa bangun dengan perasaan penuh sukacita. 

Suatu saat jika aku menikah nanti, aku akan terbangun dengan melihat orang yang paling cantik sedunia, yang ada disampingku, yang ada dihadapanku. Kala aku membuka mata, aku akan menjadi orang yang paling bersyukur sebab bisa menjadi milikmu, dan bersyukur sebab diantara jutaan lelaki yang bisa kamu pilih, kamu memilih aku. Barangkali aku juga akan iseng mencium bibir atau keningmu, atau mungkin meletakkan tangan kananku di pipimu.

Sautu saat nanti jika aku menikah, aku ingom sebuah mesin cuci yang bisa mengeringkan pakaian-pakaian basah. Aku ingin kegiatan mencuciku lebih efektif, aku ingin kegiatan lain bisa kita lakukan dengan lebih cepat. Aku ingin kita menjemur baju, dan aku harap sinar matahari bisa menjangkau kita berdua sebab aku ingin lebih sehat jika bersamamu. 

Barangkali, entah teras, ruang tamu, atau meja makan. Aku juga ingin memilikinya. Aku ingin kita menghabiskan makanan dan santap-santap berdua disana. Jika pada akhirnya meja makan itu tidak bisa kita miliki, jika ternyata rumah kita terlalu kecil untuk sebuah meja. Aku ingin kita makan satu lantai bersama. Kamu dan aku, dengan lauk pauk, dengan nasi hangat yang baru kita ambil dari rice cooker, dengan sayur bayaram dan brokoli, dengan senyuman kamu di hari itu, ah, indahnya…

Suatu saat nantu jika aku menikah, aku ingin kita lebih banyak berkomunikasi dan berbicara, aku ingin kita  lebih banyak menunjukkan cinta dan tak malu-malu saat melakukannya. Aku harap aku bisa sedikit lebih romantis karena aku orangnya kaku dan kikuk, namun aku ingin tetap bersyukur setelah aku memiliki kamu, hidupku jadi lebih bewarna pelangi dan merah jambu.

Jika pada suatu saat nanti aku pada akhirnya menikah. Aku ingin kamu tahu bahwa barangkali aku masih sempat berpikir bahwa kau  akan jauh lebih bahagia jika bersama orang lain, hal yang kadangkala membuatku sedih dan gundah, dan mulai mempertanyakan, apakah aku bisa membuatmu lebih bahagia dibandingkan kemarin? Aku ingin tahu apakah tujuanku menikah sudah benar; bahwa tujuanku adalah untuk membuat kamu bahagia, dan aku ingin , kebahagaiaan itu cukup untuk kamu, cukup untuk aku, cukup untuk siapapun yang ada di rumah ini, dan cukup untuk siapapun yang terlahir dari rahimmu.

Suatu saat nanti jika aku menikah, aku berharap memiliki rumah yang tidak terlalu besar, namun tidak juga terlalu kecil. Sebuah rumah yang pas dengan tanah-tanah yang bisa kita tanami tumbuhan cabai atau mungkin pohon-pohon jambu. Jika boleh, aku ingin menanam durian atau alpukat, dan jika boleh juga, jeruk atau rambutan. Aku bukanya ingin membuat rumah kita seperti hutan, aku hanya ingin bahwa di masa tua kita, kita masih bisa hidup santai, tanpa harus terlalu peduli dengan riauh riuhnya dunia yang selalu bergerak cepat dan mempermasalahan hal-hal sepele.

Suatu saat nanti jika aku menikah denganmu, aku berharap bahwa kita bisa melalui kebosanan -kebosoanan yang akan ada, barangkali ia muncul tiap hari dan tiap waktu, namun harapanku adalah aku ingin kita bisa melewatinya dan sadar bahwa sebuah hubungan panjang tidak hanya diisi oleh keseruan-keseruan belaka, melainkan juga ketahanan kita akan kebosanan, dan bagaimana kita berupaya untuk terus bersama.

Sauatu saat jika aku menikah nanti, aku berharap bahwa uangku cukup untuk membeli hal-hal yang kita butuhkan, hal-hal yang bisa membuat kita tidak terlalu bekerja keras untuk uang, hal yang bisa membuat kita tidak terlalu khawatir akan esok hari, hal yang membuatku ingin hidup untuk saat ini, di tempat ini, bersamamu.

Barangkali aku juga akan belajar bagaimana bisa romantis bersamamu, dan aku harap sebagaimana aku yang menerima kamu dengan masa lalumu, kamu nisa menerima aku dengan masa laluku.

Dan dosa-dosa, semoga menjadi hal yang kita tinggalkan di esok hari. Hari ini, aku ingin lebih lama bersamamu.

Dan jika suatu saat nanti aku menikah denganmu, aku ingin lebih banyak ruangan untuk buku-buku, mungkin juga tempat baca. Sofa empuk? Aku harap bisa memilikinya. Sebuah tempat dimana kita bisa membaca buku, dan kamu akan ada di pangkuanku.

Aku ingin rumah ini diisi cinta yang banyak namun cukup. Cukup untuk aku dan kamu, untuk orang lain, dan cukup untuk siapapun yang ada di Bumi.


Share: