Minggu, 27 Juli 2025

Kamis, 24 Juli 2025

Sinta 2

25 Juli 2025

Hari ini sosialisasi kurikulum 2025. Pak Firmansyah memberitahu kami tentang hal-hal yang harus kami pilih jika ingin menjadi akademisi atau praktisi. Tentu, aku mengambil akademisi yang tujuannya adalah dosen.

Hal paling mengejutkan adalah bagaimana kami yang angkatan 2025 mesti menerbitkan Sinta 2. Serius? Baru masuk sudah harus nerbitin Sinta 2?

Alamak!

Maka pada akhirnya aku bertanya kepada pak Firmansyah terkait hal itu. Jawabannya, aku harus memahami tentang Meta Analysis. Beliau juga sempat menjelaskan tentang Meta sintetis.

Jadi, teknik meta analisis ini adalah sebuah teknik yang seringkali dipakai di masa-masa ini, jadi kemungkinannya diterima di Sinta lebih banyak.

Meta analisis terbagi dua, kuanti yang akan mengacu ke Statistika, dan Kuali, yang akan mengacu ke Kajian Empiris dan kesimpulan.

Well, ini menurutku akan menarik.
bentar, kek kenal dua makhluk diatas.

Oh, hari ini juga tum Danil datang. Aku memberitahukannya tentang pakaian dari Lilis, namun ia malah memberikannya kepadaku.

Entahlah, hidup bisa seanjay itu.

Tum Danil juga, akan ngebut ngerjain skripsi sebab aku segera pergi.
Foto dari Tum Danil 

Share:

Jumat, 11 Juli 2025

Mimpi Advokat?

Tadi malam aku memimpikan suatu hal yang unik, menjadi seorang advokat. Memang belakangan mimpi yang datang ketika aku tidur agar rada-rada aneh. Misalnya, aku pernah mampir ke toko buku di Jawa, kemudian pulang dari sana ke Lombok. Menarik. Sebab disana ada Gontor dan ponpes dll. Malam ini pun aku bermimpi menjadi seorang advokat. Aku mendamaikan orang-orang yang sedang berselisih. Sangat menarik. 

Paginya, aku menyelesaikan artikel rekomendasi buku self improvement. Hmmmm. Kini aku menulis rekomendasi buku sejarah.


Share:

Minggu, 06 Juli 2025

Berhenti S2?

Ketika aku sedang berpuasa, ibu menelpon kak Ali. perbincangan itu terjadi. Perbincangan itu adalah tentang aku yang akan kuliah apa tidak. S2. Sayangnya uang tidak cukup, belakangan kak Arif ditipu dan mobilnya diambil, membuatnya sakit. Biaya S2 besar, bisa ratusan. Bahkan sekitar 130 jutaan. Sementara uang bapak yang tersisa adalah 40-an. Disinilah pergulatan itu terjadi.

Kak Ali menyayangkan mengapa aku tidak kuliah S1 diluar saja, dan S2 bisa di dalam. S1 katanya adalah untuk mendapatkan pengalaman, S2 bisa sambi-sambi. Hanya saja sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur, bapak juga sudah dikubur. Tidak ada artinya membahas lagi.

Aku telah mengatakan bahwa aku tidak mau kuliah dulu, aku mau mengabdi. Hanya saja aku dituntut untuk kuliah dulu biar nanti tidak terlalu tua. Tetapi semua memiliki pandangan tersendiri. Kak Ali berkata bahwa aku sebaiknya kuliah, tapi di Lombok. Kak Arif mau aku kuliah, tapi diluar. Kak Sol tidak mau aku kuliah, jika bukan beasiswa.

Inilah yang terjadi kalau kamu anak terakhir, dibesarkan dengan paternialistis, tidak diberikan banyak pilihan, dibuatkan panggung, bernyanyi sendiri. 

Aku berbicara dengan ibuku selepas telpon itu, dan perasaanku hancur. Bukan hanya karena impianku seharga 200 ribu, melainkan dendam yang pelan pelan ada dalam diriku. Kebencian. Benci yang menjalar melalui jantung, kebencian terhadap keluargaku, kehidupanku, dan dunia ini. Betapa ia menjalar begitu cepat seperti api memakan kayu.

Pun dari sekarang aku diminta mencari ceperan. Uang. Benar. Lagi-lagi soal uang. Bahwa aku bertanya pada ibu apa arti pendidikan aku? Apakah sekedar mencari uang? Jika iya, sebaiknya tidak perlu S2. Biarlah S2 menjadi takdir. Aku akan mendapatkan beasiswa. Namun mungkin ada tujuan selain itu?

Ibuku berkata bahwa 'hanya kamu sendiri yang tahu'. Tetapi aku sudah tidak ingin apa apa lagi, kehidupanku rasanya sudah tidak bermakna. Pun aku tidak tahu apa yang aku inginkan, menjadi apa, namun hal yang aku tahu, aku ingin membuat sebuah novel yang dengan novel itu banyak orang tersembuhkan. Aku ingin. Pelan-pelan. Entah kapan.

Aku ingin lebih kuat, jadi lebih kuat. Kemudian barangkali aku akan mati... Entahlah.
Share:

Rabu, 25 Juni 2025

glimpse

Dalam ketidakpastian, dan kebingungan memilih apa diantara yang mana. Namun hidup harus terus bergerak. Pun juga, kalah adalah bagian dari hidup, mesti diterima dengan selapang lapangnya.


Share:

Selasa, 24 Juni 2025

Selamat Menikah Bq. Lina Hayati

Lina menikah hari ini, untuk kalian yang tidak mengenalnya, dia adalah temanku ketika SD, anak yang selalu berada di posisi pertama kelas, disusul Yupita dan Yati Sukma. Rankingku? Nyempil kek tahi gigi.

Hal yang unik adalah, bahwa beberapa hal seperti bocil Velocity, nama Lina yang sebenarnya Auksar apalah, dan kedatanganku yang ternyata cuma sendiri. Kan lucu. Kalau fotoan bisa kek nyamuk, bahkan bisa dianggap orang ke 3.

Yang datang juga kek syeikh-syeikh atau orang alim. Seperti penghafal Al-Quran, itu tamu cowok. Tamunya Lina? Benar. Sebab ia menggunakan cadar, maka tongkrongannya orang yang mengenakan cadar juga. Hal ini jauh berbeda denganku yang hanya mengenakan kemeja, hampir pengen pinjam cadar untuk bisa fotoan sama mereka.

Hingga saat ini, aku masih nunggu temen. Kok nggak muncul-muncul. Dahlah, namanya juga hidup.

Quote yang kudapat hari ini : lelaki yang baik adalah yang baik kepada istrinya. Jika orang mengatakan bahwa lelaki itu tidak baik, tetapi istrinya mengatakan dia baik, maka sungguh lelaki itu baik. Begitupula sebaliknya.

see? So many jubah panjang people.
Share:

Senin, 23 Juni 2025

Masih Bertanya

Perang sudah ada di depan mata, nampak sudah tidak bisa dihindari lagi. Pengeboman Amerika ke Iran bisa menjadi pemicu yang baik. Pertanyaannya, apakah sebaiknya aku ikut militer untuk belajar disiplin? Atau ikut perang karena aku merasa hidupku kurang menantang dan berarti?

Kadangkala aku merasa semangatku ketika saat remaja menuju dewasa, mungkin SMA ke S1 awal begitu membara. Aku pernah menulis 300+ lebih esai waktu itu, hanya saja sekarang aku merasa berkarat. Kupikir, memiliki tempat untuk memacu diri, menghancurkan diri sendiri, mati, bukanlah ide yang buruk bukan?

Pun juga, aku ingin tahu apakah aku benar-benar memiliki jiwa, beberapa rasanya terasa kosong. Aku butuh sebuah tempat untuk hidup kembali. Tetapi, aku tidak tahu. Dimana tempat itu, dapatkah kita menciptakannya?

Masih bertanya-tanya.
Share: